part 7

295 41 1
                                    


Happy readimg

*****

Bianca melihat pantulan didalam cermin, dia berlenggak-lenggok memamerkan sederet gigit putih melihat dress yang dia kenakan untk pergi kencang bersama Bastian.

"Ini baru cantik." ujar Bianca.

Setelah siap Bianca segera melangkah keluar kamar, dia langsung menunggu Bastian yang akan menjemputnya.

Rafael yang sibuk menonton tv, menoleh mendengar Bianca keluar dari kamar.

"Mau kemana Bi?"

"Mau jalan sama Bastian kak." sahut Bianca yang ikut duduk disampingnya.

"Oh ya kalian udah lama ya gak jalan berdua, Bastian juga udah lama gak main kesini."

"Iya Bastian mungkin sibuk, baru hari ini dia bisa ngajak Bianca keluar."

Setelah beberapa menit kemudian seseorang mengetuk pintu ketika keduanya tengah mengobrol diruang tengah. "Itu kayaknya Bastian deh kak, ya udah aku bukain dulu."

Bianca segera membuka pintu, ternyata orang yang ada dibalik itu adalah Bastian. Dengan pakaiannya yang rapi, rambutnya dipomade sehingga nyamuk pun tidak berani hinggap.

"Eh Bastian apa kabar loh?" tanya Rafael yang baru saja datang dan berdiri disamping adiknya.

"Eh kak Ael, apa kabar?" tanya Bastian patuh.

"Alhamdulilah baik, loh sendiri kemana aja kok baru nongol sih?" tanya Rafael lagi.

"Iya kak ada banyak tugas disekolah jadi baru nyamperin kesini sekarang."

"Ya udah kalo gitu aku pamit dulu ya kak."

Keduanya menyalami Rafael, masuk kedalam mobil dan meninggalkan halaman rumah.

Setelah menghabiskan waktu tiga puluh menit akhirnya mereka pun sampai disebuah cafe mewah, keduannya langsung masuk kedalam cafe.
Mereka duduk di meja tengah cafe. "Kamu mau pesen apa?" tanya Bastian.

"Kamu lupa ya makanan kesukaan aku?" tanya Bianca sebal.

"Oh ya Sorry, kali aja kamu pengen nyari yang beda gitu. Ya udah kita pesen kayak biasanya ya." Bastian memanggil pelayang cafe untuk mencatat pesanan mereka.

Bianca mengengir kuda menatap Bastian. "Kamu kenapa ngeliat aku kayak gitu?" tanya Bastian yang juga ikut menatap Bianca.

"Gak papa sih, aku kangen aja sama kamu, udah lama kan kita gak kayak gini."

Bastian menggenggam kedua tangan Bianca sambil menatapnya.."Maafin aku karena jarang ada waktu buat kamu, tapi mulai hari ini Aku janji sama kamu, aku bakal sering-sering ada waktu buat kamu." Bastian tersenyum, lalu mencium kedua punggung tangan Bianca.

"Makasih ya, aku bahagia banget bisa kenal sama kamu. Love you..!!" ucap Bianca dengan suara lembut.

"Love you to so much."

Bastian melepaskan kedua tangannya karena pesanan sudah sampai ke meja mereka. "Makasih ya mba."

Pelayan itu pergi, Bastian memandang semua makanan dengan rasa tidak sabar ingin menyantapnya. "Selamat makan." keduannya sudah menyantap makanan masing-masing, Bastian menyuapi Bianca, begitu juga dengan sebaliknya.

Tiba-tiba tanpa sengaja Bianca menatap tangan Bastian, sebuah cincin kawin yang melingkari jari manis kekasihnya itu.

"Itu bukannya cincin kawin ya, kok bisa sih Bastian pake cincin itu." ucap Bianca dalam hatinya, sedangkan Bastian tengah sibuk menikmati makanannya.

"Bas" panggil Bianca yang terus memandang cincin.

"Ya kenapa Bi," sahut Bastian.

"Itu cincin yang ada ditangan kamu punya siapa? Itu kan kalo gak salah cincin kawin, kok bisa kamu pake cincin kawin sih?"
Bastian mendadak menyudahi makannya mendengar ucapan Bianca, dia hanya terdiam kaku. Bagaimana caranya dia bisa mengelakan dari pertanyaan itu, kalo Bianca sampai tahu jika itu adalah cincin kawinnya dengan Dara pasti dia akan marah.

"Bastiam." panggil Bianca lagi. Dia menatap Bastian aneh

"Ya sayang, kenapa?"

"Bastian, jadi dari tadi aku ngomong kamu gak denger ya?"

Bastian menggeleng. "Gak, coba kamu ulangin pertanyaan kamu."

"Itu Bas, cincin yang ada ditangan kamu punya siapa? Kok bisa kamu pake cincin kayak gitu sih, itukan cincin kawin."

Bastian memandang tangannya. "Oh cincin ini?" tanya Bastian gugup.

"Iya, biasanya kalo orang pake cincin itu tandanya dia udah nikah. Jangan-jangan kamu udah nikah ya, ayo nikah sama siapa kamu?" Desak Bianca.

"Cincin ini punya temen aku sayang, jadi ada teman aku kemaren berantem sama istrinya jadi cincinnya mau dibuang, ya makanya aku inisiati buat pegang cincin ini daripada dibuang kan gak baik, pamali." gumamnya gugup, tangannya gemetaran, sekujur tubuh sudah berkeringat.

"Kamu serius itu punya temen kamu" tanya Bianca ragu.

"Iya sayang."

Bianca mengangguk ngerti. "ya Tuhan maafin hambamu ini yang tidak mengakui yang sebenarnya, kalo hamba sudah menikah." ucap Bastian dalam hatinya, seketika dia mengingat momen dimana dia mengucapkan ijab kabul.

"Bas, aku ke toilet bentar ya." pamit Bianca, cewek itu pergi.

"Aduh untung gue bisa kasih alasan ke Bianca, kalo gak bisa ketahuan semua kan rahasia gue. Bastian kok loh bisa lupa sih sama cincin nikah ini, kan Bianca jadi curgia dan dia pasti gak puas sama alasan yang gua buat." Bastian  mendesis kesal.

Dari kejauhan Tiga orang cewek baru masuk ke cafe tersebut, yang satu pergi dan sisanya duduk dimeja yang tak jauh dari meja Bastian.

Kini Bianca sudah berada di toilet, dia mencuci tangannya di wastafle lalu memandang cermin. "Apa benar cincin dipakai sama Bastian itu punya temannya, tapi kok bisa pas banget ya ditangan dia. Dan alasan dia gak masuk akal banget." Bianca menghelai nafas panjang, tiba-tiba Dara keluar toilet dan langsung berdiri disamping Bianca.

Bianca menoleh, tanpa sengaja dia juga melihat cincin yang melingkari dijari manis Dara. "Kok dia juga pake cincin kawin sih, dia kan masih muda dan keliatanya gak jauh beda umurnya sama gue. Tau ah pusing gue, masih kecil udah pada jadi pengantin." Bianca kemudian melangkah keluar dari toilet, dan sebuah jepit rambut yang jatuh tanpa disadari oleh Bianca.

Dara melihat jepit rambut yang terjatuh akhirnya dia menoleh, mencoba memanggil Bianca namun sudah jauh. Dara memutuskan untuk menyimpan sampai dia menemukan Bianca lagi. "Jepit rambut cewek itu jatuh, ya udah deh gue simpen dulu nanti kalo udah ketemu orangnya lagi baru dibalikin."

Setelah Dara sudah mengoles pipinya dengan sedikit makeup serta lipstik dibibirnya, dia pun kembali ke meja. Dia sangat pamalu jika harus makeup di tempat umu, namun dia harus tetap keliatan cantik alhasil tidak jadi masalah jika pergi keoilet untuk melihat penampilannya.

*****

Imperfect loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang