part 59

69 10 4
                                    

Happy reading

****


Dara masih terbaring di ruang rawatnya, ditemani Bastian, Sarah, Clara, Gerry dan juga Danu . Bastian duduk disamping ranjang sambil menunggu Dara yang masih belum siuman, mungkin benturan yang cukup keras membuatnya harus istirahat ditempat tidur untuk beberapa hari. Sudah 1 hari Bagas belum juga muncul sejak Dara masuk kerumah sakit bahkan sudah 2 hari hari dia belum menemui Dara dia sedang ada ujian praktek di sekolahnya sehingga tak bisa melihat kondisi Dara.

"Dar gue khawatir banget sama Lo, Lo bangun ya gue gak mau terjadi sesuatu sama Lo" ucap Bastian tidak tenang.

Gerry menepuk pundak Bastian, dia mencoba menenangkan Bastian yang sangat khawatir dengan kondisi Dara. "Gue tahu Lo khawatir sama Dara, tapi Lo harus tenang dia cuma butuh bedress aja kok. Dokter udah bilang kemaren kalo Dara gak papa, dia cuma butuh istirahat untuk mengurangi rasa sakit diperutnya."

Bastian menoleh ke Gerry. "Iya, tapi gue khawatir banget sama keadaan istri  dan calon anak gue"

"Lo tenang ya, kita berdoa semoga Dara dan bayinya baik-baik aja." Timbal Danu.

"Ya Bast, udah lah Lo sabar aja kita berdoa yang terbaik buat Dara."

"Mendingan Lo minggir deh dari situ, bentar lagi Bianca datang dan ngeliat Lo kayak gitu pasti dia curiga."

Bastian mengangguk, dia baru saja bangkit dari duduknya tiba-tiba Bianca datang dengan membawa makanan. "Hai Guys, sorry gue telat ya" Sapa Bianca semangat.

"Gak papa, lo habis dari mana jam sekarang baru nyampe?" Tanya Bianca.

"Iya tadi ada masalah dijalan, gimana keadaan Dara?" Tanya Bianca meletakkan tasnya diatas meja lalu mendekati Dara.

Setelah dua jam Akhirnya yang ditunggu pun tiba, Bagas akhirnya datang menjenguk Dara dirumah sakit. Dia begitu khawatir melihat kondisi Dara yang masih terbaring lemah belum siuaman. "Sayang, kamu bangun aku kangen sama kamu. Aku minta maaf ya akhir-akhirnya aku sibuk, tapi aku janji bakal akan selalu ada buat kamu."

Bastian menggelar nafas berat melihat Bagas yang kini duduk didekat Dara. Sepertinya dia cemburu melihat kedekatan Bagas dan Dara, ya meskipun dia tahu kalo mereka sudah pacaran sebelum mereka berdua menikah. Tapi tetap saja rasa cemburu dihatinya tidak bisa dia sembunyikan, langkahnya harus berhenti ketika Bianca memanggilnya. "Bas kamu mau kemana?" Tanya Bianca.

"Aku mau keluar cari angin" jawabnya.

"Aku ikut ya,"

Bastian mengangguk.

Kini mereka duduk sebuah taman didekat, Bastian sedari tadi hanya terdiam tanpa kata apalagi. Padahal disampingnya ada Bianca, namun wajahnya tampak begitu murung dan sedih. "Bast kamu tuh kenapa sih dari tadi ngediemin aku, kalo kamu ada masalah cerita dong kali aja aku bisa bantu kamu. Kalo kamu diem kayak gini bagaimana aku bisa tahu masalah kamu, aku pacar kamu Bas jadi kamu jangan sungkan cerita sama aku."

"Aku khawatir sama keadaan Dara, aku takut terjadi sesuatu sama dia." Ucap Bastian spontan tanpa dia sadari sudah mengungkap kegelisahannya.

Bianca tercengang, dia mengerutkan alisnya mendengar ucapan Bastian. "Kamu khawatir sama Dara, jadi dari tadi kamu kayak gini mikirin Dara." Gumam Bianca kaget, dia tak menyangka sosok laki-laki yang begitu dia cintai saat ini sangat khawatir dengan cewek lain. Cewek itu berdiri melipatkan kedua tangannya sambil menatap Bastian kesal.

Bastian menyadari perkataanya saat mendengar ucapan Bianca, dia langsung berdiri disamping Bianca "Gak gitu Bi maksud aku." Ucap Bastian meyakin

"Aku kecewa sama kamu." Ketus Bianca langsung pergi meninggalkan Bastian.

"Bi, dengerin aku dulu.!" Teriak Bastian dengan wajahnya yang kusut. "Maaf aku Bi. Gimana aku gak khawatir sama Dara, dia istri aku dan sekarang dia lagi ngandung anak aku. Aku khawatir sama Dara aja kamu marahnya kayak gini, apalagi kalo kamu tahu semuanya " Ucapnya dalam hatinya. Dia mengusap kepalanya kesal sambil memandang Bianca yang sudah pergi.

"Kenapa Lo Bas kusut banget muka Lo." Tanya Bagas baru saja datang, kini dia mengambil duduk disamping Bastian.

Cowok itu menoleh. "Gak gue gak papa kok, gimana keadaan Dara dia udah siuman?" tanya Bastian santai.

"Belum, ya gue berharapnya dia baik-baik aja karena gue khawatir banget sama dia."

Bastian merangkul Bagas dengan tenang lalu tersenyum singkat. "Bukan hanya Lo Bagas yang khawatir tapi gue juga, gue jauh lebih takut kalo Dara sampai kenapa-kenapa." ucapnya dalam hati.


*****


Dara masih berbaring diranjang tapi kali ini dia sudah membuka matanya, kondisinya semakin membaik mungkin akan secepatnya pulang. Dara adalah tipe orang yang tidak suka berlama-lama dirumah sakit karena tidak suka mencium bau obat dan hal yang lainnya, sementara Bastian dari tadi berdiri termenung sambil menatap ke jendela luar.

Dara menoleh ke Bastian. "Bas, Lo kenapa sih dari tadi ngelamun aja kayak banyak pikiran." Ucapnya sambil memposisikan dirinya duduk di Ranjang.

"Tadi bokap gue nelfon Dar." Sahutnya Bastian santai.

"Terus?"

"Dia mau ketemu sama gue."

"Ya bagus dong berarti bokap Lo udah gak marah sama Loz karena Lo kabur dari rumah. Harusnya ini berita baik dong buat Lo,  bukan Lo malah murung kayak gini."

"Gue gak tahu Dar apakah gue bisa maafin bokap atau gak, karena gue udah terlanjur kecewa sama dia. Dia rela bohongi gue demi orang lain di bahkan sama sekali dia gak peduli sama kondisi gue."

"Bas sini" panggil Dara lembut. Dia mengajak Bastian duduk berdua disampingnya di atas ranjang.

Cowok itu menatap Dara lalu berjalan perlahan mendekati Dara, dia lalu mengambil posisi duduk disamping Dara diatas ranjang. Sementara Dara menyenderkan tubuhnya didada Bastian, "Bas gue tahu Lo pasti marah sama bokap Lo, tapi Lo gak boleh kayak gini. Sejahat apapun orang tua udah nyakitin perasaan kita, namun dia tetap lah orang tua yang harus kita jaga perasaanya. Mungkin dia punya alesan yang gak bisa dia  ngasih tahu semuanya. Gue percaya kok kalo bokap Lo sayang sama Lo, dan pasti bakal ngelakuin apa aja buat Lo."

Bastian melingkari tangannya ditubuh Dara. "Tapi bokap udah  ngecewain gue, dia malah milih perempuan itu dibanding sama gue."

"Bast terkadang kita sering melakukan kesalahan sama orang tua kita, namun mereka dengan lapang dada memaafkan kesalahan kita. Namun saat mereka melakukan kesalahan sekecil apapun ke kita, sebagai anak kita lupa dan menutup mata karena tidak mau berdamai dengan masalah itu. Jadi intinya Bas.! Kita harus bisa  berdamai dengan diri kita sendiri maka kita bisa memaafkan orang lain. Lo ngerti kan maksud gue?" jelas Dara dengan tenang, sambil mengelus pucuk tangan Bastian dengan lembut.

Bastian menatap Dara "Makasih ya Dar, Lo udah ngasih pencerahan sama gue. Gue sadar kalo gue itu egois dan gue cuma pengen semua ngertiin gue. Mata gue sekarang sudah terbuka, kalo apa yang gue selama ini terhadap bokap gue itu salah dan gue sudah melakukan kesalahan yang besar."

"Nyokap Lo pasti bangga sama Lo. Lagian gue gak mau kalo anak kita punya papa yang pendendam, kalo dia ada sini pasti dia bakal marah."

Bastian menatap perut Dara. "Maafin papa ya sayang, papa gak bisa jadi ayah yang baik buat kamu. Tapi papa janji bakal memperbaiki semuanya demi kamu sayang." Ucapnya sambil tersenyum dia mencium perut istrinya, lalu mencium kening Dara. "Maafin gue ya. Gue janji sama Lo Dar setelah pulang ke Indonesia, gue bakal nyelesain masalah gue sama bokap gue."

"Iya gue percaya kok sama Lo, dan gue juga janji bakal selalu ngedukung apapun masalah dan kondisi Lo."

*****

Imperfect loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang