Happy reading
*****
Bastian terbaring diranjang rumah sakit, perkelahiannya dengan Ayas membuatnya berada ditempat itu. Wajah sedikit lebam serta keningnya diperban. Di ruangan itu tidak hanya sendiri tapi ditemani oleh Alan, kedua sahabatnya serta Bianca yang duduk disamping ranjang. Dia begitu setia menunggu pacarnya sejak Bastian masuk kerumah sakit.
"Bas aku kangen sama kamu, kamu bangun ya jangan lama-lama tidurnya."
"Udah Bianca kita sabar aja, berdoa aja demi yang terbaik buat Bastian. Gue yakin dia gak bakal kenapa-napa kok, Lo tahu Bastian kan dia orang yang kuat." Ucap Gerry menenangkan Bianca.
"Lo kan udah kemaren disini, sebaiknya Lo pulang istirahat. Gue pasti bakal ngabarin Lo kok tentang perkembangan Bastian." Timbal Danu pelan.
"Bener apa kata Danu Lo pulang, Bastian biar kita yang jagain."
"Gue khawatir sama keadaan Bastian, gue gak mau dia kenapa-napa."
"Iya Bianca kita pulang, biar om anterin kamu. Kamu juga harus istirahata, Bastian pasti gak mau lihat kamu sakit." Ucap Alan.
Dara datang ketika Bastian siuman dari pingsannya, cewek itu mengurungkan niatnya untuk masuk karena melihat Bianca sudah berada disamping Bastian. Terlihat Bianca begitu khawatir dengan kondisi Bastian, wajahnya sedih dan tangannya menggenggam erat tangan.
Dara menatap dibalik kaca, "Cinta Bianca begitu besar buat Bastian, segitu khawatirnya Bianca melihat kondisi Bastian. Gue memang jahat udah ngerebut Bastian dari Bianca, posisi gue jadi istri Bastian akan nyakitin Bianca." Dara berbalik badan,tak terasa airmatanya sudah menetes kepipinya. Dia menyenderkan tubuhnya, lalu terduduk lemah. "Udah cukup Dar loh nyakitin mereka, Lo jangan jadi cewek egois. Kehadiran Lo dihidup Bastian akan membuat orang lain sakit. Lo udah bohongi mereka, dan setelah itu Lo bakal ngancuri kebahagiaan mereka." Dara menangis sejadi-jadinya hingga sesegukan. "Ayah, Bunda mereka udah benci sama gue. Mereka gak mau ketemu sama gue lagi, suatu saat gue bakal juga dibenci sama Bianca terutama Bagas." Ucapnya dalam hatinya, dadanya terasa sesak dan airmatanya terus mengalir membasahi pipinya.
Ceklek..
Dara menoleh, dia segera bangkit dan pergi dari tempat itu. Dia tidak mau jika Bianca tahu keberadaanya, ia tak mau menambah masalah baru dan kesalah pahaman.
Bianca berdiri didepan ambang itu, melangkah kakinya dengan ragu melihat kanan kiri. "Kok gue ngerasa ada orang ya disini, apa jangan-jangan barusan ada Dara kesini. Dia mau jenguk Bastian. Tapi kenapa dia gak langsung masuk aja, " Ucapnya dalam hatinya.
*****
Alan masuk kerumahnya, dia menemukan istrinya yang sedang menunggu diruang tengah. Dia menghelai nafas berat lalu mengambil duduk disamping istrinya, sementara istrinya pergi mengambil minum.
Alan memijit pelipisnya, dia sepertinya merasakan apa yang dialami oleh Bastian. Posisi yang begitu sulit dirasakan oleh anaknya saat ini, antara cinta dan tanggung jawab adalah pilihan yang berat yang dialami oleh Bastian.
Bastian harus bertahan untuk cintanya atau bertanggung sebagai seorang suami sekaligus ayah, dia cinta pada Dara istrinya tapi dia sayang Bianca yang kini yang sudah dia pacari hampir lima tahun.
Sudah banyak waktu yang dia habiskan bersama Bianca, namun Dara datang di kehidupannya menjadi seorang istrinya yang tak pernah diduga.
Tidak lama kemudian Siska kembali sambil membawa segelas kopi, dia duduk disamping Alan memberikan kopinya.
Alan menyeruput kopinya, lalu dia meletakkan gelasnya diatas meja.
"Masalah Bastian sangat rumit, sekarang dia lagi diposisi ditempat.""Maksud kamu mas?"
"Kamu tahu waktu aku kerumah sakit kemaren, ada yang cewek yang disana dan nemenin dia sampai hari ini."
"Ya bagus dong mas, berarti istrinya memang peduli sama Bastian."
"Bukan cewek yang kemaren, tapi ini cewek lain yang belum pernah mas lihat sebelumnya."
"Siapa lagi mas?"
"Namanya Bianca, kamu tahu dia siapa?"
"Siapa?"
"Pacarnya Bastian."
"Kamu serius Mas, bukannya Bastian udah punya istri ya namanya Dara. Kok ada Bianca pacarnya Bastian."
"Ya itu kenyataanya, mas juga gak tahu apakah Bianca tahu soal Bastian yang udah punya istri."
"Kalo menurut aku sih Biancanya gak tahu, buktinya dia masih mau jengukin Bastian dirumah sakit."
"Mas kurang paham jelas masalahnya, tapi Kasihan sama Bastian dia bisa memikul beban seberat ini. Disatu sisi dia punya pacar tapi disisi lain punya istri apalagi sekarang lagi hamil."
"Maka dari itu mas, ini kesempatan kamu buat memperbaiki hubungan kamu sama Bastian. Aku yakin dia pasti bisa menjadi dewasa menghadapi masalahnya dia, apalagi sebentar lagi dia bakal jadi seorang ayah. Pasti membuatnya semakin dewasa dalam menghadapi setiap masalah, dan aku yakin dia pasti maafin kamu.Dia butuh kamu sekarang untuk memberikan dia support."
Alan menarik nafas lalu dihembusnya, lalu mengangguk-angguk. "Ya kamu benar, mungkin salah mas juga ya gak pernah ada waktu buat dia."
****
Dara berjalan menyusuri trotoar sambil menjinjing tasnya dalam keadaan menangis, dadanya sesak dan nafasnya terengah karena dia sudah berjalan cukup jauh dari rumah sakit.
Kini dia sudah memasuki sebuah danau yang cukup luas dan indah, air danau yang begitu tenang membuat pikirannya jauh lebih tertata. Dia menatap jauh diseberang sana,Airmatanya kembali menetes ketika mengingat semua kenangannya yang indah bersama Bagas, "Udah cukup Dar Lo nyakitin orang-orang disekitar Lo. Lo harus berhenti berperan dalam drama ini, drama yang Lo ciptain yang akan menghilangkan senyuman mereka. Cepat atau lambat, mereka akan tahu semua nya dan Lo harus siap jika hari itu tiba. Dimana Lo kehilangan orang yang paling berarti buat Lo, dia yang selalu ada buat Lo dan selalu menemani Lo dalam suka dan duka. Pasti itu akan terasa sakit dan membuat Lo akan hancur, tapi disaat itu Lo akan jadi orang yang tidak berdaya membiarkan itu semua pergi dalam sekejab." Ucapnnya dengan diiringi deraian airmata yang deras.
Saat ini Dara sedang berada posisi yang sulit, dia tidak tahu harus menguraikan perasaannya. Bunda dan Ayahnya kini sudah kecewa bahkan tidak akan mau bertemu lagi dengannya. Dia benar-benar sendiri, tidak ada tempat untuknya mengeluarkan kesedihan dan airmatanya.
Jalan satu-satunya adalah Sarah dan Clara yang menjadi tempat untuk dia menceritakan semua masalahnya, alhasil dia bergegas pergi dari danau lalu pergi kerumah salah satu sahabatnya.
Sudah tiga puluh menit dia habiskan diperjalanan, akhirnya dia sampai dirumah Sarah.
Sesampai disana, dia menemukan Sarah yang baru saja turun dari mobil.
"Dara." Ucap Sarah kaget.Tangis Dara semakin kencang ketika dia berlari menghampiri Sarah dan memeluknya begitu erat.
"Dar, Lo kenapa?" Tanya Sarah.
"Gue capek Sar, gue capek sama semua ini. Gue gak tahu apakah bisa menghadapi masalah ini, sekarang gue bener-bener butuh Lo."
"Ya gue tahu saat ini Lo bener-bener hancur, tapi gue yakin Lo bisa melewati ini semua dan suatu Lo akan bahagia."
*****
Happy reading
Typo bertebaran, belum direvisi

KAMU SEDANG MEMBACA
Imperfect love
Fiksi RemajaCinta menyatukan dua insan. Menyatukan dua hati yang saling mencintai. Apa jadinya kalo jika di satukan sama orang yang gak pernah kita inginkan. Bastian dan Dara murid di Sekolah Trisatya, mereka dikenal sebagai murid yang selalu bersaing untuk me...