Happy reading
***
Seorang pembeli masuk kedalam Coffe Shop, membuat beberapa pasang mata refleks menatap kearahnya.
"Bro lihat tuh cewek." ucap salah satu pengunjung kepada temannya.
Kedua mata pengunjung itu tak lepas dari seorang gadis yang baru saja memasuki Coffe Shop tersebut kini sedang berdiri di depan kasir untuk memesan Coffe.
"Siapa sih bro?" laki-laki lain ikut tertarik dan membalikkan badannya untuk melihat jelas gadis tersebut.
"Cakep banget bro ceweknya, kita samperin yuk." ajak cowok itu.
"Gak ah loh aja deh, gue malu kalo mau kesana."
"Ya gak papa bro, sekali-kali kan ketemu cewek cakep. Kali aja nyantol gitu sama kita."
"Ya udah yuk." keduanya bangkit dari tempat duduknya menuju meja Dara yang sibuk menatap ponselnya.
Kedua cowok itu berdiri dibelakang Dara, dan tanpa sengaja melihat sebuah cincin melingkari jari manis Dara.
"Eh bro kayaknya nih cewek udah nikah bro, lihat noh cincin dijarinya.""Iya bro bener. Itu kan cincin nikah, Berarti dia udah istri orang dong, Agh..! Tapi gak mungkin umurnya aja masih seusia kita palingan kelas 3 SMA."
"Bener juga dia kan masih seusia sama kita, jadi gak mungkin lah udah nikah. Wajahnya aja masih seger gitu, udah gitu gak ada tanda-tanda kalo dia udah nikah."
"Biasanya kalo orang pake cincin kawin itu berarti tandanya udah nikah. Udah bro kita balik kemeja
aja, nanti suaminya datang bisa berabe."Kedua cowok itu kembali mejanya, namun pandangan tak lepas dari gadis itu.
"Sayang banget sih cewek secakep itu udah punya suami, pasti beruntung banget suaminya dapatin dia."
"Bener. Kenapa sih yang cakep banyak udah nikah duluan."
Tiba-tiba dua orang cewek masuk kedalam Caffe dan melihat kearah Dara.
"Eh Dara.! Ada disini juga ya?" tanya Bianca antusias
Dara mengangkat kepalanya, memandang Bianca. "Eh Bianca, iya baru aja gue dateng. Loh udah lama disini?"
"Gak, gue baru dateng. Loh sendirian aja?" tanya Bianca balik.
"Iya. Oh ya udah gabung aja sama gue, gue juga sendirian kok." tawar Dara.
"Oke." Bianca dan temannya duduk dimeja Dara. "Oh ya Dar, kenalin ini sahabat gue namanya Yanti." ucap Bianca.
"Hai, gue Dara."
"Gue Yanti."
"Jadi Dara ini temannya Bastian dan mereka satu sekolah. Kita gak sengaja ketemu kemaren ditongkrongan Cafe Blacksi"
"Oh ya Dar gue boleh minta nomor hp loh gak, siapa tahu kan kita bisa ngobrol-ngobrol biar lebih dekat lagi."
"Boleh." Dara menyodorkan hpnya kepada Bianca.
******
Dara, Sarah dan juga Clara memasuki toko buku, mereka mulai melewati setiap rak-rak buku. Sementara mata Clara jelalatan menelusuri judul buku satu persatu. Dara dan Sarah hanya menemani Clara untuk mencari novel terbaru, karena sahabatnya yang satu ini begitu bucin terhadap novel. Jika ada novel terbaru dan best seller pasti dia akan memburunya dimana pun akaan dicari hingga keujung dunia.
"Cara jadi istri yang baik untuk suaminya agar makin cinta." Sarah membaca buku yang terpampang nyata didepanya, dia menyengir memandang Dara.
Dara menatap Sarah membidik. "kenapa loh lihat gue kayak gitu, ada yang aneh sama muka gue?"
"Gak ada, loh sini bentar deh lihat ini" Sarah menarik tangan Dara secara paksa.
"Apasih beb." Dara melihat buku itu, lalu matanya melebar. "Astaga ditoko buku sebesar ini ada ya jual buku begituan?"
"Ya ada lah, setiap buku pasti ada kegunaanya. Loh harus beli buku ini"
"Gue beli buku kayak ginian? Apaan sih gak jelas banget, mendingan gue beli novel daripada beli buku itu."
"Hey Dar loh lupa sekarang udah nikah, jadi beli aja siapa tahu loh dapat tips buat dirumah tangga loh." ucap Sarah dengan nada suara kecil sambil terkekeh
"Kalian ngomong apasih kok bisik-bisik?" tanya Clara yang menyadari kedua sahabatnya berbisik-bisik seperti sedang membicarakan sesuatu.
"Gak ada kok, oh ya loh udah selesai belum beli novelnya? Udah sore ini ntar gue dicariin nyokap gue." ujar Sarah.
"Udah kok tinggal dibayar." Clara berjalan menuju kasir.
"Ya udah kita tungguin diluar ya sambil nungguin taxi." balas Sarah.
Dara dan Sarah berjalan keluar toko buku. Sambil menunggu Clara keluar dari toko buku mereka berbincang-bincang masalah buku yang mereka lihat tadi. "Harusnya loh beli buku itu, hitung-hitung belajar buat jadi istri yang baik buat Bastian." Sarah terkekeh.
"Apaan sih, lagian gue sama Bastian kan nikahnya terpaksa. Ngapain juga gue harus jadi istri yang baik."
Tidak tahu berasal darimana Bastian tiba-tiba muncul dari arah kiri mereka, dia langsung mendekti kedua gadis itu yang sedang berdiri didepan toko buku.
"Dara, Sarah..! kalian berdua ngapain disini?" tanya Bastian yang baru saja datang.
Kedua gadis itu menoleh. "Bastian." ucap mereka serentak.
Dara mengerutkan alisnya. "Bastian loh lagi ngapain disini?" ketusnya.
"Gue gak sengaja lewat dan lihat kalian berdua disini makanya kesini." balas Bastian.
"Oh ya Bas gue perhatiin dari kemaren loh gak pake motor" tanya Sarah.
Bastian menatap Dara. "Tuh gara-gara temen loh, makanya kemana-mana gue naik angkutan umum."
"Siapa? Dara. Kok bisa sih?" tanya Sarah penarasan.
"Iya jadi motor gue disita sama Dara sama dompet gue, makanya hidup gue miris banget gara-gara singa betina ini." cibir Bastian..
Dara melotot sambil berdecak. "Apa loh bilang singa betina?" tanya Dara kesal.
"Iya emang benar kalo loh itu singa betina."
"Enak aja loh samain gue sama singa betina." Dara meginjak kaki Bastian dengan keras, membuat cowok itu bertiak histeris karena kesakitan.
"Emang parah loh ya jadi cewek." ucap Bastian kesal. Sementara Sarah hanya memandang keduanya yang saling lempar cibiran. Dia menggelengkan kepala, lalu memgeluarkan suara. "Lanjutin aja biar gue yang jadi wasitnya, siapa yang menang dapat hadiah."
"Hadiah apa?" tanya Sarah.
"Hadiah dede bayi." cibir Sarah terkekeh.
"Ih, Sarah."
"Gak jelas loh berdua." Bastian kemudian pergi dari tempat itu.
Dara menyengit. "Udah sana pergi, merusak pemandangan gue aja."
"Udah yuk kita pulang." Ajak Clara yang baru saja keluar dari toko buku.
Ketiga meninggalkan toko buku.
****

KAMU SEDANG MEMBACA
Imperfect love
Fiksi RemajaCinta menyatukan dua insan. Menyatukan dua hati yang saling mencintai. Apa jadinya kalo jika di satukan sama orang yang gak pernah kita inginkan. Bastian dan Dara murid di Sekolah Trisatya, mereka dikenal sebagai murid yang selalu bersaing untuk me...