part 65

69 8 3
                                    

Happy reading

****

Bastian sedang terbaring lemah ditempat tidur dengan kepalanya dibaluti perban, karena lemparan beberapa batu dari para murid itu membuatnya harus berada diatas ranjang ruang IGD.

Dara masih duduk disamping ranjang sambil memegang erat tangan Bastian yang kini berbaring lemah tak berdaya. "Bas.! Lo bangun ya, gue gak bisa lihat Lo terbaring lemah kayak gini. Lagi-lagi Lo terluka gara-gara gue, gue emang gak pantas buat berada disamping Lo." Ucapnnya sambil mengeratkan genggaman itu. Tangan kirinya beranjak diatas kepala Bastian, dia mengusapnya dengan lembut dan penuh perhatian. "Lo harus sembuh, biar nanti Dede nya lahir Lo bisa lihat senyumnya dan mendengar tangisan untuk yang pertama kali. Gue nungguin banget momen itu Bast, dimana kita berdua bisa menyaksikan kelahiran anak kita." Ucap Dara tanpa sengaja airmatanya terjatuh. Dilihatnya mata Bastian masih terpejam serta tubuhnya masih terbujur kaku ditempat tidur. "Papa cepat sembuh ya, Dede gak mau lihat papa sakit. Papa harus kuat ya demi aku sama Mama, papa kan super heronya aku." Ucapnya lagi dengan nada suara anak kecil.

Tidak lama kemudian Bianca pun datang, membuat cewek itu menoleh sambil menghapus airmatanya dia bangkit dari kursi dan berdiri di ujung ranjang. "Bianca." Ucapnya.

"Gue boleh duduk disini?" Tanya Bianca kikuk.

Dara tersenyum sismpul. "Boleh silahkan."

"Makasih." Jawab Bianca, dia segera duduk disamping ranjang.

Dara menarik nafas panjang, dia berjalan perlahan keluar dari ruangan dalam keadaan menahan airamatanya.
Tinggallah Bastian dan Bianca berdua didalam ruangan tersebut, Dara berusaha menguatkan hatinya melihat Bianca yang kini berada disamping Bastian dengan wajah yang sedih. Terlihat jelas penyesalannya atas perbuatan yang dia lakukan beberapa hari yang lalu disekolah membuat Bastian sekarang terkapar tak berdaya.
Mungkin tindakannya salah dengan memperlakukan Dara didepan umum tanpa memikirkan resiko, dia tidka menyangkan jika Bastian senekat.itu membela Dara dari sorakan anak-anak itu tepat didepan matanya.

"Maafin ya aku ya Bas, kamu kayak gini semua gara-gara aku. Aku yang bikin kamu celaka, coba aja aku gak manasin anak-anak pasti kamu gak kan nekat kayak kemaren. Aku cuma marah sama kamu karena udah ngebohongi aku, kamu menikah sama Dara tanpa sepengetahuan aku. Aku minta maaf Bas, yang harus disalahin itu aku Bas. Aku tahu kamu pasti marah sama aku, kecewa sama aku tindakan kemaren." Isak tangis Bianca membuat tangan Bastian bergerak, sepertinya cowok itu merespon apa yang Bianc katakan. Dia berharap jika Bastian terbangun dan membuka matanya. Yang pertama dia lihat adalah dirinya, bukan Dara. Meskipun dia tahu Dara adalah istri Bastian, tapi tetap saja dia tidak bisa menerima jika Bastian adalah suami Dara sah, apalagi kalo dia sampai tahu jika Dara sedang mengandung anak dari pacarnya. Mungkin hatinya semakin hancur dan dia akan semakin marah, kecewa karena Bastian sudah seutuhnya milik Dara.

Tapi nasi sudah menjadi bubur, semua yang terjadi tidak bisa kembali normal seperti dulu. Yang bisa dia lakuin adalah belajar menerima kenyataan kalo Bastian pacarnya tapi juga suaminya Data, dia berusaha menutup matanya sambil meyakinkan dirinya jika itu adalah mimpi.
Di terus menangis sambil melihat tubuh Bastian. "Bast, aku sayang banget sama kamu. Tapi kamu kenapa tega khianatin aku kayak gini, kenapa kamu bisa ngelakuin ini semua terhadap. Aku gak tahu apa yang harus dilakuin, apakah aku harus menerima kamu atau ngelepasin kamu buat Dara?"

Dari jendela kamar Dara Hany melihat Bianca, cewek itu sambil menangis sejadi-jadinya.


****

Imperfect loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang