Red Couple

3.7K 83 5
                                    

Pernahkah kau merasa bahwa dunia ini tidak benar-benar adil untuk orang-orang kecil seperti kita, dimana keistimewaan bukan diperuntukkan untuk kaum miskin seperti Bianca Nurmaliza. Seberapa keras usaha mu untuk memperoleh perasaan diistimewakan, selalu saja dipatahkan oleh kenyataan yang amat memilukan.

Begitulah yang setiap hari gadis itu rasakan, bekerja siang dan malam tanpa henti untuk membiayai diri sendiri, tanpa bantuan siapapun dan bertahan didunia ini merupakan tujuan terakhir yang bisa dia lakukan karena sudah banyak bisikkan yang meminta Bianca untuk bunuh diri, tapi ia tak pernah mendengarkan nya.

Tidak akan ada yang menolong mu selain dirimu sendiri, dan bertahan adalah cara yang paling baik, yang bisa dia lakukan agar tetap menikmati hidup miskin.

Gaji yang tak mencukupi sebulan kehidupan nya, hutang yang mulai menumpuk diwarung, perut yang setiap hari kekurangan makanan, atau air galon yang selalu habis tak ketahuan. Mengenaskan, tapi sekali lagi, Bianca bisa bertahan sampai besok pagi.

Seseorang menyalakan musik dikamar sebelah, kosan ini sangat sempit dengan sepetak ruangan kecil, kamar mandi didalam serta tidak ada ventilasi udara selain jendela kaca diatas tempat tidur Bianca yang mengapar dilantai. Disini tempat paling murah dari semua kosan yang Bianca datangi, berterima kasih kepada pemiliknya karena tak pernah menagih uang bulanan meski dia terlambat membayar.

Bianca menutup telinga nya karena musik dan getaran bass itu menembus dinding kamar nya, selain murah disini juga bebas melakukan apapun dan satu-satu nya yang bisa Bianca lakukan ketika orang disebelah nya menyalakan musik seperti di acara festival, adalah menyumpal telinga nya dengan kapas. Mencoba untuk tidur, namun tetap saja tidak bisa karena selain suara musik yang mengganggu, perutnya juga kelaparan.

"Astaga! Lama-lama kuping gue bisa pecah kalo begini terus setiap hari."

Gadis itu bangun dengan rambut berantakan, kaos lusuhnya melorot sehingga menampilkan bahu yang terpasang tali bra berwarna hitam. Ia menghela nafas sebelum memutuskan untuk bangun dari kasur tipis nya, tidak menimbang lagi keputusan yang dia ambil untuk melabrak tetangga menyebalkan disebelah.

Bianca menggedor sangat keras pintu kayu lapuk itu, tidak peduli kalau gedoran nya bisa merobohkan pintu, dia hanya terus melakukan nya sampai orang didalam membuka pintu. Tak berapa lama kemudian orang yang ditunggu pun membuka pintu, dia tersenyum menyebalkan ketika melihat Bianca yang siap meluncurkan sumpah serapahnya.

"Ngapain lu? Ngga punya kerjaan lainkah selain gedorin pintu orang. Ganggu banget lu, ngga jelas!"

Bianca menahan mulutnya yang sudah gatal untuk mencaci laki-laki dihadapan nya itu karena melihat seseorang keluar dari kamar mandi pria itu, cewek baru lagi. Damn bastard!

"Gue ngga peduli lu mau ngapain disini, tapi bisa ngga jangan nyalain musik kenceng gitu. Disini bukan cuma lu aja yang butuh ketenangan, gue sama yang lain juga butuh istirahat. And, stop to bring that bitch here. I hate your moan bitch, it's so disgusting!"

"Itulah kenapa lu harus pacaran, Bianca Nurmaliza. Jangan kolot dengan prinsip hidup lu yang harus menjaga norma, tell me if you need someone to give a fuck for you. I'll be there, jomblo terus emang ngga bosen?"

"I don't need a bastard like you, i can make sure my finger is better than your fucking dick! You jerk! Turn off your music, NOW!"

Bianca berbicara setengah menjerit karena kesal, dan entah mengapa setiap kali berhadapan dengan pemuda didepannya ini emosi didalam dirinya selalu saja keluar tanpa diminta. Bianca itu orang nya sabar, baik dalam pekerjaan atau pun ketika sedang tertimpa masalah, namun saat bertemu muka dengan lelaki ini ia nyaris tak bisa menahan diri.

Dan entah sejak kapan mereka menjadi tetangga, yang jelas Bianca selalu menjadi orang pertama yang keberatan ketika Andrew menyalakan musik nya. Dia tidak segan untuk protes dan memaki Andrew, segala hal yang berkaitan dengan pria itu akan selalu menguras emosi Bianca.

Andrew menahan tangan Bianca ketika gadis itu hendak kembali masuk ke kamar nya, menatap wajah perempuan yang baru saja memakinya dengan tatapan tak terbaca. Iris matanya menunjukkan sesuatu yang sangat gelap, dan menggairahkan namun Bianca tak menyadarinya.

"Don't touch me, Andrew Fucking Gamalil."

"Don't you say if your finger is better than my dick, Bi, or you'll regret it."

"Lepasin tangan gue! Jangan pernah nyentuh gue dengan tangan kotor lu, ngga sudi gue dipegang sama laki brengsek kaya elu!"

Bianca menghempaskan tangan Andrew sangat kuat, ia menggunakan sisa tenaga nya untuk meladeni pria kurang ajar itu. Tidak lupa dia juga menghempaskan pintu kamar nya, dan sesaat setelah itu tidak ada lagi suara musik yang terdengar.

Sebenarnya tidak akan pernah ada keributan kalau saja Andrew tidak mengganggu ketenangan Bianca, semua orang disini sangat segan dengan keberadaan Andrew bahkan ketika mereka tahu kebiasaan pria itu yang selalu membawa gadis berbeda pulang untuk ditiduri.

Bianca mungkin munafik kalau tidak mengakui betapa tampan nya Andrew, sayang nya wajah tampan saja tidak cukup untuk nya. Sikap dan perilaku lelaki itu sungguh memuakkan.

Meskipun Andrew sangat bajingan, tapi dia pernah membantu Bianca selamat dari kematian.

Ingat bisikkan bunuh diri diawal cerita, ya, dulu sekali ia pernah mendengarkan bisikkan itu lalu melakukan nya tanpa sadar.
Dan si bajingan Andrew mendobrak pintu kosan nya untuk menyelamatkan Bianca, kejadian yang tidak akan pernah dia lupakan. Dan mungkin sejak itu juga, Andrew menjadi satu-satu nya orang yang selalu menguras emosi Bianca.

Dengan kehadiran nya, Bianca bisa melewati hari-hari penuh kesulitan. Dengan membenci kehadiran Andrew, Bianca sering kali lupa dengan penderitaan hidupnya. Andrew mengambil semua kebencian yang ada dalam hidup Bianca, lelaki itu melakukan nya demi menjaga kewarasan Bianca.

SHORT STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang