Nadhir tidak miskin, dia hanya terlalu kaya sampai berpenampilan seperti berandalan yang kekurangan uang untuk membeli pakaian bagus.
Pemuda itu terlalu menikmati hidup tanpa embel-embel orang kaya, disaat hidupnya sangat diberkahi dengan berbagai hal tentu saja ia harus mencari yang setara dengan nya untuk dijadikan pendamping. Bukan karena dia tak percaya cerita cinderella, Nadhir menggunakan akal sehat nya disertai logika yang berjalan. Perempuan yang bisa mengimbangi nya, dia harus cerdas dan mampu memahami situasi yang sedang terjadi.
Meski Andrea sama sekali tidak pandai dalam mengendalikan emosinya, tapi gadis itu terlahir dari keluarga kaya yang menjunjung tinggi pendidikan, manner dan semua tata krama yang biasa kau lihat pada kaum elite kebanyakan.
Sekarang dia sedang duduk berhadapan dengan gadis yang akan segera ia nikahi dua bulan lagi, namun mereka tidak bisa menemukan solusi terbaik dari masalah yang sedang dihadapi. Andrea menginginkan gaun pernikahan nya berwarna hitam, memakai jasa desainer terbaik di negeri ini tapi Nadhir ingin warna putih yang mana akan lebih terasa sakral. Mereka berdebat selama berjam-jam dan sampai detik ini tak menemukan jalan tengah.
"Aku tidak mau mengubah pilihan ku, hitam atau tidak menikah saja sekalian."
"Sialan, Andrea. Apa kau senang bermain-main dengan hal itu? Pernikahan ini bukan lelucon."
Nadhir menggeleng tidak mengerti, kemarin mereka selalu sepakat memilih apapun yang berkaitan tentang pernikahan. Bahkan cincin pun keduanya memiliki selera yang sama, dan gaun sialan ini mengacaukan segala nya. Sial
"Bukan lelucon tapi aku akan membatalkan nya jika tidak setuju dengan pendapatku."
Pemuda itu melipat kedua tangan nya sembari menghela nafas, berulang kali melakukan nya sampai emosi didalam dadanya meredam. Ia menatapi wajah calon istrinya yang keras kepala, mencari masalah yang sebenarnya dan bertanya kenapa Andrea berubah sangat menyebalkan hari ini. Dia tidak pernah sekeras kepala sekarang, hari ini dia benar-benar menguras emosi Nadhir. Brengsek, andai aku tidak mencintai nya. Nadhir berdehem pelan sembari mengusir apapun yang tengah dia pikirkan, Andrea sangat cantik. Dia tidak pernah terlihat jelek bahkan dengan pakaian paling sederhana sekali pun. Matanya selalu dimanjakan dengan gaya Andrea yang modis, gadis itu tahu caranya memilih pakaian sesuai dengan tren.
"Baiklah, kita akan memakai warna hitam sebagai pilihan utama. Memang nya berapa kali kita harus mengganti pakaian sehingga kau harus memilih seperti ini?"
Andrea membalik buku yang menunjukkan satu persatu desain baju pengantin, Nadhir menunggunya untuk mendengar jawaban.
"Tiga kali, pagi hari saat pemberkatan, tengah hari untuk acara menyambut para tamu dan malam free party for our mate and family include your idiot friends."
"God, apa kau yakin tidak akan kelelahan? Membayangkan nya saja sudah membuat kaki ku sakit sekarang." Ujar Nadhir dengan suara malas, dia terus memerhatikan wajah Andrea yang tampak tenang seolah tidak terusik dengan keluhan nya. Ada yang aneh dengan gadis itu tapi dia tidak tahu apa.
"Kau tidak perlu menghadirinya jika kelelahan, aku bisa menemukan pengganti mu."
"Shit, apa yang sebenarnya terjadi pada mu? Kenapa kau terus membicarakan soal pengganti, dan apa tadi? Kau ingin membatalkan pernikahan kita, are you serious with that? Kau sangat aneh hari ini."
Dia mulai putus asa untuk mendapatkan jawaban jadi kembali menunggu tanggapan Andrea adalah yang terbijak, Nadhir bukan cenayang, Astaga! Kenapa perempuan dan mood mereka menjadi satu hal yang mengerikan bila tidak dipahami. Setidaknya, berbicaralah soal keinginan mu jika memang kau menginginkan nya. Dan sikap Andrea membuatnya kesal, sangat kesal sampai dia menahan tangan nya untuk meninju meja. Brengsek Nadhir, tahan saja kemarahan mu seperti sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHORT STORY
Short StoryShort story ! Kumpulan Cerpen yang mungkin bisa menghibur anda sekalian :) Namanya juga cerita pendek, ya jangan ngarep panjang :) Karena aku nulis nya pun asalan aja :-D