Andrew bersandar pada tiang lampu sambil menikmati rokok nya yang sisa setengah, menghembuskan asap nikotin itu ke udara. Sesekali menatap langit yang gemerlap bertabur bintang, udara malam ini cukup dingin namun tak membuatnya kedinginan karena sudah terbiasa.
Ia telah menunggu selama satu jam untuk bertemu Bianca dan pulang ke kosan mereka bersama.Cinta itu tidak mengenal siapa yang akan ia cintai, tidak tahu waktu kapan ia harus tumbuh dan berkembang dalam hati seseorang, namun jika sudah memiliki cinta terhadap orang lain maka harus siap menerima resiko nya.
Dibawah remang nya lampu jalan, Bianca bisa melihat sosok Andrew yang menjulang tinggi tengah merokok. Penampilan nya yang berantakan sungguh menyegarkan mata, rambut gondrong nya yang berantakan, tato di kedua lengan serta baju robeknya yang selalu menjadi andalan. Dan jangan lupakan celana lelaki itu sudah tidak jelas bentukan nya, namun meski tampilan nya sangat semrawut dimata Bianca lelaki itu tetap tampan. Seminggu tanpa keributan yang diciptakan nya membuat hati Bianca sedikit merindukan nya, sungguh menyiksa mencintai dalam keadaan melarat. Disatu sisi ia ingin bersama dengan Andrew lebih lama, dilain sisinya kenyataan membangunkan Bianca agar tetap menjaga jarak darinya.
Mereka belum bisa bersama, bahkan untuk saling bersandar pun ia yakin belum mampu.
"Ngapain bengong disitu? Ayo, buruan pulang. Gue kedinginan!" Kata Andrew yang telah melihat kedatangan Bianca, gadis itu memandanginya dalam keheningan membuat jantungnya berdebar lebih cepat.
"Ngga ada yang minta lo nunggu gue, setelah seminggu ngilang ngga ada kabar, lo masih muncul disini dengan tampilan yang sama." tampan, demi Tuhan, kamu selalu tampan Andrew Gamalil.
Andrew menarik tangan Bianca agar berdiri lebih dekat dengan nya.
"Kenapa lu selalu marah ngga jelas sama gue, Bianca. Apa yang salah dari gue sampai tatapan lu selalu penuh kebencian? Padahal saling mencintai sudah cukup untuk merubah perasaan kita."
"Love? What is love, And? What do you expect about love? Cinta ngga akan merubah perasaan kita, kenyataan kalau kita tetap miskin itu ngga merubah apapun. Hidup bersama membutuhkan lebih dari sekedar love each other, we need money to spend time together. Dan lihat kita sekarang?"
Andrew melepaskan pegangan nya pada tangan Bianca, kembali bersandar pada tiang lalu mengalihkan pandangan nya kearah jalanan yang sepi.
"You're right, we need more money. Maaf, tidak akan terulang lagi."
Padahal mereka hanya membicarakan hal sepele namun dampak nya begitu besar untuk hati kedua orang tersebut, Bianca yang tak mau merasa bersalah berjalan mendahului Andrew. Mereka beriringan melintasi trotoar yang sepi, malam ini terasa begitu sunyi namun mereka menikmati waktu berdua.
Andrew menatap punggung gadis yang sudah membuatnya jatuh cinta itu dengan pandangan sedih, andai saja Andrew bertemu Bianca lebih cepat tentu saja masih ada kesempatan untuk berubah menjadi lebih baik.
Sebenarnya, selalu ada kesempatan untuk merubah diri namun kita sudah terlalu lama nyaman dengan kebiasaan jadi sulit untuk membelokkan arah tujuan hidup.Bianca merasakan panas dipunggung nya, ia pun menoleh melihat Andrew yang begitu dalam tengah memandangi nya. Mata mereka bertemu dan getaran cinta itu terasa lagi, bohong kalau tidak bisa merasakan nya namun apa yang bisa mereka lakukan.
"Apa yang lo lakukan selama seminggu menghilang, And? Lo bahkan meninggalkan uang buat gue, harusnya lo bantu diri sendiri dulu baru mikirin orang lain. Gue bukan siapa-siapa dan ngga berhak menerima kebaikan elo."
Andrew mengalihkan matanya yang sedari tadi menatap Bianca, elo berhak menerima semua kebaikan itu Bianca, gue udah berusaha keras melakukan yang terbaik supaya lo percaya kalo kita bisa bersama tanpa perlu meragukan takdir lagi.
"Gue nyari kerjaan tetap, dan keterima disana. Gue cuma pulang seminggu sekali, malam ini sengaja ngajak lu balik bareng biar bisa ngobrol. Besok pagi gue udah harus pergi lagi, dan butuh enam hari cuma untuk nemuin lu lag, Bi."
"Serius emang kerja nya? Dimana?"
"Kalo gue sebutin juga, lu ngga bakal main kesana dan nganterin gue makanan Bianca."
Bianca mengangguk paham, tapi itu ide bagus karena mungkin satu hari nanti akan ada saat Bianca tidak sadar maka ia akan menemui Andrew ditempat kerja barunya, mengantarkan makanan lalu memastikan pria itu baik-baik saja.
"Ide bagus, mungkin suatu hari nanti bakal gue lakuin kalo lagi ngga waras."
Bianca berjalan dalam keadaan mundur dan dia tidak melihat apa yang ada dibelakang nya, sehingga Andrew dengan cepat menahan lengan gadis itu dari terjatuh karena ada lubang. Mereka berdekatan, sangat dekat sampai Bianca bisa merasakan hangatnya nafas Andrew diwajahnya. Pria itu memegang erat lengan nya seolah hendak ingin diremukkan, warna matanya menggelap penuh misteri.
"Hati-hati, Bi. Gue ngga akan selalu ada buat lo, perhatikan jalan yang lo ambil karena mungkin ada hari dimana gue ngga ada disana saat lo jatuh. Jadi, tetap hati-hati dimana pun lo berjalan."
Bianca sangat ingin mencium bibir Andrew yang selalu menghisap rokok nya, prinsip hidup yang dipegang Bianca selama ini entah pergi kemana karena ketika ia merapatkan tubuh kepada Andrew, detik selanjutnya ia mencium bibir pria itu. Lebih tepatnya mengecup pelan bibir Andrew, tidak memikirkan apapun selain melakukan keinginan nya.
Sudah lama sekali dia hendak melakukan itu, selama ini Bianca hanya menutupi setiap keinginan nya. Menjauhkan segala pikiran kotor ketika bersama dengan Andrew, apalagi ketika ia menyadari bahwa jari-jari Andrew sangat besar dan kasar. Membayangkan betapa gelinya ketika disentuh oleh tangan pria itu membuat Bianca menempelkan lagi bibirnya.
Andrew terkejut, tentu saja ia tidak menyangka kalau Bianca akan mencium nya ditengah jalan. Terasa sangat amatir dan kaku, namun harus Andrew akui kalau sikap Bianca sekarang membuatnya ingin melakukan lebih dari sekedar menempelkan bibir saja.
Pemuda itu melingkarkan tangan nya kepinggang Bianca, merapatkan tubuh mereka lalu mencium bibir Bianca lebih dalam.Terima kasih karena ini sudah larut, jalanan sepi dan tidak ada satu orang pun yang akan menghentikan kegiatan mereka.
Bianca yang sudah tahu akan resiko yang diterima nya bila nekad mencium Andrew, sekarang mengalungkan kedua tangan nya ke leher lelaki itu. Semakin menempelkan tubuh mereka, melupakan segala perdebatan batin dan juga hati yang terus berperang saling berlawanan.
Dua insan itu terlihat sangat menikmati ciuman mereka sampai lupa jalan pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHORT STORY
Short StoryShort story ! Kumpulan Cerpen yang mungkin bisa menghibur anda sekalian :) Namanya juga cerita pendek, ya jangan ngarep panjang :) Karena aku nulis nya pun asalan aja :-D