Red Couple 3

890 51 0
                                    

Menjadi miskin dan terlahir di tengah keluarga yang berantakan bukan lah keinginan seorang anak, andai bisa memilih tentu tidak akan pernah ada anak yang mau lahir ditengah kekacauan. Meski yang dikatakan hampir semua orang adalah setiap orang memiliki ujian nya masing-masing tapi tetap saja, keadaan yang sulit melunturkan kepercayaan terhadap keberadaan Tuhan.

Namun satu-satu nya kenapa Bianca enggan beranjak dari tempat duduk nya karena dia tengah memperhatikan keberadaan dua orang yang tengah jatuh cinta, semua orang disini mengenal mereka berdua. Dan siapa yang tidak menginginkan kehidupan sempurna seperti Arpita, dia perempuan yang baik dan pantas saja Tuhan mengirimkan lelaki sempurna seperti Bima untuk menjadi suaminya.

Hari ini terakhir mereka akan melihat Arpita, karena persalinan nya sudah semakin dekat dan dia memutuskan untuk berhenti bekerja. Tidak akan ada lagi orang sebaik Pita yang akan Bianca temui, wanita itu selalu menawarkan bantuan kepadanya namun ia selalu menolak dengan alasan enggan merepotkan padahal keadaan Bianca sungguh membutuhkan pertolongan.

Bahkan Bima juga menawarkan Bianca untuk tinggal di kontrakan mereka yang baru saja selesai dibangun, betapa baiknya mereka namun Bianca tak mau semakin terlihat menyedihkan. Tidak akan kau temukan orang sebaik Pita dan suaminya, kalau pun ada tentu saja orang itu Andrew.

Ngomong-ngomong soal Andrew, sudah seminggu lelaki itu tidak pulang. Entah kemana ia pergi, yang jelas Bianca menunggu kepulangan nya. Bianca menerima sejumlah uang dari lelaki itu untuk makan selama kepergian nya, Bianca tidak pernah mengerti kenapa mereka terlibat hubungan tidak jelas seperti ini. Namun memikirkan kalau suatu hari nanti akan selalu ada perpisahan diantara mereka membuat dadanya nyeri.

Pita mendekat kearah Bianca yang sedari tadi terlihat lesu, dia sudah cukup mengenal gadis didepan nya itu dan menurut Pita, ia harus membantu Bianca meskipun telah ditolak berulang kali. Bianca, wanita baik itu bukan hanya sering menutupi kesulitan nya namun juga sering menyiksa diri.

"Bi, kamu akan inget alamat aku kan? Kalo kamu ngga kerumah ku dalam seminggu ini, aku sendiri yang akan menyeret kamu dari sana." Ujar Pita dengan raut muka serius, entah mengapa setiap kali dia melihat Bianca yang mencoba tegar mengingatkan nya kepada sosok Ibu yang telah membesarkan nya.

Ibu Pita adalah wanita hebat yang berhasil mendidik anak-anak nya, membesarkan anak nya sendiri sambil bekerja keras membiayai kebutuhan mereka, semua yang dilakukan Pita bukan hanya mengingatkan nya pada ibu dirumah namun lebih ke hati yang ikut sedih apabila melihat orang yang kita kenal mengalami kesusahan.

"Iya mbak, gue inget kok. Lagian ngga usah serius gitu mukanya, ngga cocok sama kelakuan."

Pita mencubit lengan Bianca yang tidak mau membalas tatapan nya, selain keras kepala Bianca sangat sulit didekati. Dia memang terlihat terbuka namun tak pernah sekali pun mulutnya meminta bantuan orang lain. Pita khawatir dengan hal itu, Bianca bersikap seakan dia mampu menyelesaikan masalah nya namun sesekali manusia perlu meminta bantuan kepada orang lain.

"Aku serius, Bi. Aku akan mendatangi kontrakan kamu kalo minggu depan ngga muncul kerumah ku, kita udah sama-sama bukan sehari dua hari Bianca, bertahun-tahun. Ingat?"

"Jadi, jangan sampai kamu membuatku jadi manusia jahat jika sesuatu terjadi kepadamu tanpa aku ketahui. Kamu cuma perlu datang kerumah kami, dan aku tidak akan memaksa kamu lagi setelah nya."

Bianca hanya mengangguk menanggapi permintaan Pita, ia menyuruh agar Bima membawa istrinya pulang secepat mungkin karena tak mau wanita hamil itu semakin banyak meminta hal lain yang tidak akan pernah bisa Bianca lakukan.

Bima membiarkan istrinya masuk kedalam mobil lebih dulu, lalu ia mendekati Bianca yang berdiri tak jauh dari kendaraan mereka.

"Kamu gadis baik, Bianca. Jangan takut untuk menerima bantuan istriku, kami tidak pernah melihat orang lain sebagai masalah dan kamu sudah dianggap sahabat oleh Pita. Kamu harus percaya bahwa setiap bantuan yang datang, tidak memerlukan balasan apa-apa selain ucapan terima kasih. Istriku pasti akan kecewa jika kamu mengabaikan nya lagi kali ini."

Bianca tersenyum mendengarkan Bima yang kembali menjelaskan niat baik Pita, kalau kalian berpikir dia tak mau menerima bantuan wanita itu karena takut membebani, tentu saja salah. Pita hanya tidak mau mereka melihat ketidakberdayaan nya menjadi seorang manusia. Bianca telah kehilangan banyak hal dalam hidupnya termasuk kepercayaan diri, dan bertemu orang baik seperti mereka akan semakin menunjukkan betapa kecilnya Bianca. Setidaknya, orang seperti Andrew lah yang tidak akan membuat nya merasa malu pada diri sendiri.

"Terima kasih, mas Bima. Aku ngga percaya kalian, suami istri yang sangat kompak. Aku akan main kerumah kalian nanti kalau libur, aku janji. Tapi jangan katakan sama mbak Pita kalo aku udah janji, aku ngga mau dia menyambutku dengan antusias. Aku ngerasa ngga pantes diperlakukan seperti itu oleh kalian."

Bima memandangi wajah Bianca yang selalu tersenyum, duka apa yang dia sembunyikan sungguh tersimpan rapi dibalut senyuman. Bima mengerti kenapa Pita sangat ingin mengajak Bianca tinggal dirumah mereka, gadis itu terlalu banyak memendam perasaan nya sendirian.

"Kamu pantas mendapatkan kebaikan dari setiap orang yang kamu temui, Bianca. Percayalah, kami benar-benar mengharapkan kedatangan kamu."

Bianca mengangguk, respon yang sama ketika Pita memintanya. Bima berpamitan kepada wanita itu lalu menyusul Pita yang memerhatikan mereka sejak tadi, entah apa yang mereka bicarakan tapi dia bisa melihat Bianca tersenyum.

"Kamu ngomong apa sama Bianca? Kaya nya dia ngangguk serius gitu."

Bima menjalankan kendaraan mereka, menekan klakson meninggalkan Bianca yang setia melepaskan kepergian mereka.

"Aku meminta nya secara khusus memenuhi permintaan kamu, dia terlihat sangat kuat tapi matanya mengatakan kalau dia sangat tidak berdaya. Sebenarnya, apa yang terjadi dengan nya sampai kamu maksa untuk ngajak dia tinggal di rumah kita?" Tanya Bima penasaran.

"Aku hanya tidak ingin ditinggalkan lagi oleh orang baik seperti Bianca, aku pasti akan merasa bersalah seumur hidupku jika kehilangan teman setulus dia."

"Sama seperti Desi?"

Pita menatap kosong jalanan yang mereka lewati, mengelus perut buncitnya yang beberapa minggu lagi akan segera melahirkan bayi.

"Ya, sama seperti Desi. Beda nya, Bianca membutuhkan cinta dari keluarga dan teman bicara sedangkan Desi membutuhkan seorang suami."

"Desi memiliki keluarga yang mencintainya, teman-teman yang baik dan setia, pekerjaan dengan gaji tinggi, tidak pernah kelaparan apalagi sampai berhari-hari menahan perihnya. Sedangkan Bianca. . Dia terlihat sangat kuat, tapi tidak. Dia sering mengambil sisa makanan orang lain untuk dimakan, dia bahkan pernah meminum air dikeran kantor, kamu tahu kenapa aku selalu mengajak nya makan bersama tanpa harus melukai harga dirinya. Dia membutuhkan bantuan, bukan cuma soal perut tapi rasa kesepian dalam dirinya juga harus dikurangi."

Bima mendengarkan setiap kalimat yang diucapkan istrinya dengan penuh perhatian, tidak berniat mencela atau menghentikan nya.

"Aku melihat tangan nya, hatiku sakit saat mengetahui kalau Bianca sering melukai dirinya sendiri demi menenangkan penderitaan hatinya. Dia sangat mempercayai Tuhan, aku juga tahu itu, tapi jiwanya sedang mengalami guncangan yang sangat hebat jadi ia tetap membutuhkan seseorang untuk membantunya."

Jauh dari keberadaan Pita dan suaminya, Bianca telah kembali bekerja seperti biasa. Tersenyum sepanjang hari tanpa lelah, siang ini ia bisa makan dengan cukup tanpa perlu khawatir kalo besok akan kelaparan selain karena uang yang diberikan Andrew, Pita juga sudah membayar lunas katering makan siang nya. Bianca kembali merasa tidak pantas menerima itu karena masih banyak diluar sana yang lebih menderita darinya, namun untuk kali ini saja dia mau menerima bantuan dari orang lain tanpa merasa berdosa.

Andrew melihat dari kejauhan apa yang dilakukan Bianca, tersenyum lebar menatap gadis itu.

"You're beautiful with that smile, Bi. I wish i can see your smile every single day."

Pria dengan seragam baru nya itu berjalan meninggalkan tempat kerja Bianca, kalau hidup memang adil biarkan kali ini Andrew berusaha semampu nya untuk memenangkan nasib mereka.

SHORT STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang