first love (Arpita) 3

200 21 4
                                    

Ketenangan merupakan suatu perasaan yang jarang kita dapatkan dikala situasi sedang riuh, bagaimana bisa tenang kalau keadaan disekitar kita berisik dan heboh. Mungkin bila bentuk ketenangan itu memang nyata ada nya, Arpita akan menutup mata dan telinga nya demi mengabaikan apa yang dilakukan anak-anak dikelas mereka.

Arpita mengeluarkan ponsel nya dan memasang headset ke telinga sambil menyalakan musik, dia menatap malas kepada teman-temannya yang masih saja heboh. Entah apa yang membuat mereka sangat menyukai jam pelajaran kosong, baginya lebih baik belajar dari pada bernyanyi tidak jelas seperti sekarang. Desi pun sudah meninggalkan nya sendirian, memilih bergabung dengan anak laki-laki yang bermain gitar. Arpita menekuk wajahnya kurang bersemangat, merafalkan kata-kata didalam hati agar tetap santai dan tenang.

Belum sempat dia menemukan posisi nyaman, orang lain sudah mengganggunya. Arpita menoleh kesamping dan melihat Bima duduk dibangku Desi, dia lagi dia lagi.

Semakin hari, Arpita semakin tidak mengerti kenapa Bima selalu mendekatinya disaat orang lain mengabaikan kehadiran nya. Memang tidak mengganggu konsentrasi, hanya saja jika Bima berada didekatnya Arpita merasa seluruh fokusnya berpindah kepada anak lelaki itu. Seperti sekarang, dia tidak ingat tujuan awalnya hendak mendengarkan musik.

"Ada apa?" Tanya Bima heran karena Arpita terus memandanginya, pemuda itu meletakkan sebungkus momogie diatas meja dan itu tidak lepas dari lirikan mata Arpita.

Dari pada menjawab pertanyaan Bima, dia memilih berusaha mengabaikan. Sayangnya tidak mudah bagi Arpita, apalagi sekarang Bima lancang sekali mencuri satu headset nya lalu memakaikan benda kecil itu ditelinga nya. Arpita berdecak tak suka, tetap saja tak membuat Bima terusik. Mereka berdua sama saja, perbedaan nya cuma pada sorot mata.

Jika Arpita cenderung menutupi kehangatan dalam dirinya dengan memandang dingin orang lain, maka Bima lebih suka mengintimidasi tanpa menghalangi keinginan nya untuk mendekat.

"Lo boleh duduk disini tapi jangan usik kegiatan gue, bisa?"

"Silakan."

"Bima?"

"Hmm. . "

Arpita hendak menarik kembali kabel headset nya namun tangan Bima lebih dulu menghalangi, tidak mau terjadi sentuhan yang akan menimbulkan sengatan itu lagi akhirnya Arpita mengalah dan membiarkannya saja. Begitu juga Bima yang mulai menyelam bersama lagu, dia melirik sekilas kearah Pita dan tersenyum.

"Cantik banget." Pujian itu keluar dari bibir Bima yang mana membuat Arpita memalingkan wajah kesamping tak ingin tertangkap basah sedang merona, dia bisa merasakan kedua pipinya memanas karena ucapan Bima.

"Berisik!"

Bima masih tersenyum tanpa mengalihkan matanya untuk terus memerhatikan gerak-gerik Pita, yang diperhatikan hanya bisa menelan ludah karena hawa disekitar mereka seketika berubah panas. Apalagi saat Bima mengulurkan tangan nya untuk memegang kursi Arpita, gadis itu langsung menegakkan tubuhnya agar tidak terlalu bersandar.

Hening diantara mereka berdua, namun tetap berisik didalam ruangan kelas tersebut. Saat beberapa anak menyadari kelakuan Bima yang gencar mendekati Arpita, mereka mulai mengubah sasaran untuk di goda. Apalagi sekarang Desi yang diam-diam berbisik kepada Christian agar menyanyikan lagu untuk mereka berdua.

Kelas yang tadi ramai kini berubah senyap, semua mata tertuju kepada mereka berdua. Bima menyadari perubahan suasana itu pun menoleh kepada teman-teman nya, reaksinya cukup menggelikan karena memandang bosan wajah mereka satu persatu.

"Nggak usah aneh-aneh, nanti ada guru dateng." Bima memberikan peringatan kepada yang lainnya agar jangan melakukan kegaduhan lagi, bukannya ia tidak sadar dengan sikap teman-teman nya tapi ia tidak mau ikut terkena imbasnya.

"Siapa suruh lu pacaran di kelas anjing, kelakuan lu kaya anak bener Bim sumpah!"

"Si Bima anak bener kalo deket sama Pita aja, coba diluar. Beh. . Bukan maen, berandal mah nggak cukup!"

Sorak sorai tertawa menggoda Bima semakin membuat tangan Arpita berkeringat, bukannya dia tak tahu apa-apa tentang pembicaraan mereka hanya saja, Pita memang belum tertarik untuk berpacaran. Apalagi sedikit banyak ia tahu kalau Bima itu berandalan, dan ya, memang benar kelakuan Bima kalem kalau di kelas saja. Mulut pemuda itu pun sama kasarnya dengan Tian, hanya ketika mereka berdekatan seperti ini maka semua keburukan yang ditunjukkan Bima pada orang lain akan disembunyikan sangat rapi. Dia selalu menampilkan sisi terbaiknya ketika ada Arpita, dan itu sangat mengganggu.

Bukannya Arpita tidak mengerti kenapa Bima bersikap demikian terhadapnya, hanya saja saat di Sekolah ia enggan melibatkan diri dengan siapapun dalam hubungan yang rumit. Arpita telah banyak membaca novel tentang percintaan, semuanya berhasil dan berakhir bahagia. Tapi kita hidup di dunia nyata yang tak semua kisah berjalan mulus, Arpita bukan tidak ingin tapi dia enggan melakukan nya. Bersikap dingin seperti ini agar menyadarkan Bima bahwa dia tidak mau pertemanan dalam kelas jadi canggung apabila semua hal tidak berjalan lancar.

"Diem nggak lu berdua?" Balasnya kesal, dia hendak bangkit dari kursi tapi Arpita menahannya. Dia tahu apa yang akan pemuda itu lakukan, keluar kelas dan tidak akan kembali sampai pulang sekolah nanti.

Bima ini ketua kelas tapi tidak pernah menunjukkan tanggung jawabnya sebagai pemimpin, kadang kehadiran nya sangat dibutuhkan ketika ada kepentingan tapi dia selalu saja menghilang. Arpita melihat wajah kesal Bima berubah lembut saat mereka saling bertatapan.

"Jangan kemana-mana, duduk disini sampe ganti pelajaran."

Melihat gelagat mereka berdua yang sama-sama canggung semakin menarik semua orang untuk bersorak sambil bersiul.

"Picisan banget bangsat, adegan basi yang bikin perut gue geli. Najis si Bima langsung kicep dipegang tangan."

Tawa mereka berderai sangat keras sampai seluruh kelas bergema, anak kelas lain mungkin tidak akan percaya kalau Bima anak paling bandel di sekolah ini akan diam tak berkutik jika Arpita sudah mengeluarkan perintahnya. Sayang nya memang seperti itu kenyataan yang ada, Arpita menarik lebih keras tangan Bima agar duduk kembali.

"Lo bikin gue diketawain anak-anak."

"Itu karena lo nya bodoh."

Wajah Bima memerah mendengar perkataan gadis itu, namun akhirnya dia menurut juga. Arpita diam-diam tersenyum yang justru tak sengaja dilihat olehnya, alasan kenapa Bima sangat ingin menarik perhatian Pita ya karena gadis itu terlalu fokus pada bukunya sampai tak peduli lingkungan sekitar.

Anggap ini alasan yang sangat murahan sekali, tapi mendekati orang yang pendiam seperti Arpita sungguh menantang baginya. Bukan untuk menunjukkan bahwa dirinya mampu, Bima hanya ingin memberitahu Pita kalau sesekali berpaling dari dunianya tidak akan merusak apapun. Justru mereka akan menemukan hal baru yang bisa dinikmati keindahan nya.

Anak-anak sekali lagi bernyanyi mengiringi kediaman mereka berdua, Christian memainkan lagu Dudy Oris, aku yang jatuh cinta.

Hari itu mereka sama-sama bernyanyi dalam hati mengikuti alunan gitar yang dimainkan teman Bima. Arpita mulai mengerti kenapa sekolah selalu menjadi tempat cinta pertama ditemukan, karena memang diumur ini lah mereka mengenal banyak hal baru. Rasa ingin tahu yang besar, perasaan baru yang tidak dikenali juga euporia bahagia ketika berhasil menaklukan perhatian seseorang.

"Aku punya perasaan. .

Nampak nya kau tak mengerti

Tahukah dirimu?

Tahukah hatimu?"

Bima bernyanyi hanya sepenggal lirik, namun efeknya luar biasa menggetarkan seluruh kesadaran Arpita. Mereka tidak saling menatap namun seakan hati mereka bersatu untuk meneruskan lirik yang tertinggal.
Hari itu untuk pertama kali nya, Bima benar-benar menjadi sangat diam. Sedangkan Arpita, bukan pertama kali dirinya menjadi pendiam tapi pertama kali baginya untuk menahan diri agar tidak bersuara lalu mengacaukan suasana indah yang menyelimuti mereka berdua.

SHORT STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang