Reuni :
Daisy meminta supir pribadi mengantar dirinya dan Lily pergi ke banyak tempat, bukan tanpa alasan karena lusa ibu nya itu akan mengadakan acara reuni dirumah besar mereka. Tentu saja acara dadakan membutuhkan persiapan, meski Daisy sudah menggunakan jasa orang lain tetap saja ia membutuhkan hal sempurna.
Tak semua orang suka datang ke acara seperti ini, apalagi ketika mendengar kata 'reuni' sudah banyak hal yang akan membuat tak nyaman terbayang dikepala.
Maka dari itu, disini Daisy sebagai salah satu orang yang punya pemikiran tak nyaman harus memberikan kesan baik kepada teman-teman lama semasa kuliah dulu.
Rata-rata temen Daisy berhasil dalam berkarier, ada yang menikah dengan pengusaha kaya raya, menjadi pejabat publik, dokter bahkan bekerja diluar negeri. Meski pun dirinya sebanding dengan teman-teman yang lain, Daisy tak mau kehilangan kepercayaan diri.
Apalagi sekarang disamping nya ada Lily, gadis keras kepala yang sangat cantik, siapa tahu nanti ada salah satu teman nya menyukai Lily lalu berniat menjodohkan anak mereka. Lagi pula Daisy sudah pusing dengan kelakuan gadis ini, setiap hari membuatnya sakit kepala.
"Mami kenapa liatin aku kaya gitu? Curiga deh kalo udah dipandang-pandang begini", Lily membuyarkan harapan ibunya yang sudah bercabang kemana-mana.
"Emang mami mandangin kamu gimana? Kamu anak mami, wajar dong mami liatin terus. Kalo mami mandangin anak orang, nanti dikira mau jual anak nya lagi", sahut Daisy sembarangan membuat Lily jadi semakin curiga. Ibunya itu mudah sekali terbaca jika sedang menginginkan sesuatu.
Dan sekarang, ia belum bisa menebak apa yang diinginkan ibunya.
"Apapun yang mami rencanain, please.. jangan ajak Lily ya mi, beneran deh".
"Kaya kamu tau aja apa yang mami rencanain, kita nyalon dulu hari ini. Duit papi kamu banyak, bingung gimana mau habisin nya".
Lily sempat melongo tanpa sadar mendengar perkataan ibunya, tapi begitu ia ingat betapa banyak uang sang ayah, tentu ia langsung setuju dengan ungkapan Daisy.
"Mami sombong banget, iya deh yang istrinya pak Dipta. Flexing sama anak sendiri engga dosa kok mi, serius.."
"Loh, mami ngga flexing sama kamu, mami cuma ngomongin fakta. Tersinggung kamu? Kan kamu anak mami, satu-satu nya lagi. Semua yang mami punya sekarang, itu bakal jadi milik kamu semua. Makanya harus cari suami yang setara, bukan mami meremehkan orang dibawah kita tapi mami cuma ngga mau ada kesenjangan dalam hubungan berumah tangga".
Lily juga selalu setuju dengan pemikiran ibunya, kalau disuruh memilih juga ia pun tak mau punya suami yang berada jauh dibawah mereka.
Lily bukan tak menghargai segala bentuk usaha hanya saja dibeberapa hal dalam kehidupan, kita harus realistis.
Lily memang suka pesta, bersenang-senang dan menghamburkan uang, tapi dia bukan gadis bodoh, Lily telah mendapat gelar Magister Managemen dibelakang namanya. Dan di usia sekarang yang Lily inginkan hanya menikmati waktu lajang sebelum menjadi seorang istri.
Kalau ditanya soal bekerja, tentu ia akan menjawab tak berminat bekerja dimana pun karena ayahnya memiliki banyak sekali usaha. Bahkan kalau Lily memutuskan menganggur seumur hidup, fasilitas nya akan tetap ada, dan terjamin.
"Aku ngga tersinggung kok mi, lagian aku juga bingung gimana caranya ngabisin duit papi. Padahal tiap malem udah nyawer biduan, masa iya masih banyak aja".
Daisy mencubit lengan putrinya gemas, anak ini kalau bicara asal memang juara. Coba suruh dia masuk dapur, bisa hangus terbakar semua rumah mereka.
"Sejak kapan di bar ada biduan? Ngawur kamu! Pokoknya hari ini kita nyalon dulu, perawatan lengkap karena besok mami mau kasih liat ke mereka kalo mami punya anak perawan. Ah, ngga sabar mami pengen lihat reaksi mereka. Mami aja ngga nyangka kamu secantik ini pas udah gede, soalnya kecil kamu juga ingusan".
"Jadi maksud mami, aku ngga normal kalo ngga ingusan?"
"Ya normal, tapi kan.. ah udah udah, ngapain sih bahas ingus. Awas kalo kamu kabur ke rumah Vale, mami seret beneran kamu dari sana".
"Engga, aku dirumah besok. Tapi janji ya abis acara mami, aku sama Vale mau liburan ke Maldives. Udah tiga bulan loh sejak mami bilang mau kasih izin, wajib ya?"
"Oke, mami izinin. Tapi ngga lebih dari dua minggu, siapin aja keperluan kalian nanti mami yang urus berangkat sama pulang nya".
Lily berjingkat senang, memeluk ibunya. Kendaraan yang mereka naiki pun berhenti disalah satu salon termewah di Jakarta.
"Yeay, mami baik banget ya Allah. Sehat selalu ya mi, i love you full mami".
Melihat tingkah menggelikan anaknya, Daisy cuma mendorong wajah gadis itu agar menjauh darinya. Menghentikan aksi Lily yang menciumi pipi nya.
"Udah ih, bedak mami nanti ngga rata".
"Alah, bedak doang mi. Nanti juga dandan lagi, thank you so much mami".
Tanpa mendengar lagi jawaban ibunya, Lily turun duluan dari mobil dengan wajah sumringah.
Sekali lagi, Lily bisa mendapatkan semua yang dia inginkan dengan mudah, sedikit proses dan hasil memuaskan.
Saat kau memiliki segalanya, manfaatkan dengan baik.
Dan bila kau tak memiliki semua yang ada pada Lily, maka bersyukurlah untuk hidup yang kau punya saat ini.
Besok hidup atau tidak, yang terpenting hari ini kau bersyukur.
![](https://img.wattpad.com/cover/260560898-288-k893030.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SHORT STORY
Short StoryShort story ! Kumpulan Cerpen yang mungkin bisa menghibur anda sekalian :) Namanya juga cerita pendek, ya jangan ngarep panjang :) Karena aku nulis nya pun asalan aja :-D