Liburan :
Maldives atau yang biasa kita sebut maladewa adalah surganya dunia, bagi mereka yang punya banyak uang, datang kesini merupakan sebuah keharusan.
Keindahan yang tak bisa dianggap remeh, karena memang memanjakan mata, belum lagi iklim cuaca yang begitu bersahabat.
Lily sangat jatuh cinta dengan negara ini, padahal ini bukan pertama kali datang tapi rasanya masih sama seperti saat pertama. Lily jatuh cinta lagi dan lagi.
Laut biru membentang luas didepan mata, deburan ombak menenangkan suasana hati, angin sepoi-sepoi yang menerbangkan rambut dan kain yang menjadi penutup separuh badan kedua gadis itu.
"Ah. Senang nya bisa kesini lagi, gue berharap bisa dapet jodoh disini. Ya, paling tidak kenalan gitu", Lily menghempaskan tubuh lelahnya ke atas pasir. Mengeluarkan suncreen kemudian mengoleskan nya ke seluruh tubuh, Valerie juga melakukan nya.
"Dateng berdua, jangan sampe balik berempat ya, Vale. Gue turunin pangkat lo dari sahabat ke babu!"
"Banyak amat empat, emang siapa aja yang dihitung? Biasa juga cuma bertiga".
Valerie memasang kacamata, menatap sekeliling mereka berharap dapat menemukan hal menarik tapi tak kunjung terlihat.
"Elo, anak lo, dan si korban yang lo perkosa", sahut Lily santai tak terpengaruh dengan derasnya angin yang mengarah ke mereka.
"Terus satu lagi siapa?"
"Ya, gue lah. Emang siapa lagi?"
"Gue heran deh, Ly. Masa lo sama sekali ngga tertarik buat nerima satu dari sekian banyak cowok yang deketin, please lah, lo cantik banget lont -tapi gaya lo bikin cowok-cowok minder".
"Kalo mereka minder sama gaya gue, berarti bukan mereka orang nya. Simple kan? Lagian gue ngga suka sama cowok yang terlalu nurut, ngga menantang sama sekali. Gue mau yang agak susah diluluhin, sedikit bossy, oh jelas dia harus tampan sekali karena Ganesha dulu lo tau sendiri se-perfect apa orang nya. And then, dia harus punya aura yang kuat supaya siapapun ngga bisa rendahin dia. Intinya, gue ngga suka kalo cowok udah kaya kerbau dicucuk hidung gitu. Ogah! Alias -skip!"
"Nyari laki begitu dimana dah, perasaan belom pernah gue ketemu cowok seperti yang lo sebutin barusan. Selera lo bener-bener ngga tergapai, bitch! Tapi it's oke, lo juga terlalu sempurna untuk didapetin cowok mokondo".
Dua sahabat itu saling melemparkan tawa lalu menikmati angin pantai yang mulai terasa menyejukkan.
Langit masih terang, dan mereka harus menikmati liburan sebelum kembali mengacaukan ketenangan keluarga, terutama Lily.
Jauh dari tempat mereka, tepatnya dirumah Lily, kini ada dua keluarga besar yang sedang bertemu untuk makan siang bersama.
Diantaranya ada Dipta, Daisy yang duduk bersebelahan. Dihadapan mereka ada Prakash Ahmed Khan yang ternyata pernah menjalin kerja sama dengan Dipta beberapa tahun lalu, hubungan mereka sangat baik karena pekerjaan itu membuat mereka memenangkan tender milyaran. Lalu Renjana bersama tiga anak nya ikut makan dengan tenang disebelah Prakash, cara mereka makan sungguh membuat Daisy takjub.
Apalagi anak bungsu Renjana yang terlihat sangat kalem, wajahnya sangat cantik dan kulitnya sedikit kecoklatan tapi justru itu yang membuatnya tampak lebih mempesona. Berbeda dengan dua kakak nya yang lain, Shevarta Tanisha Khan jauh lebih santai.
Rajash Ahmed Khan juga membuat Daisy kagum dan tak berhenti memuji dalam hati betapa tampan nya pemuda itu, gayanya lebih santai dibanding saudara tertuanya tapi tak membuatnya tampil norak.
Lalu Daisy beralih ke anak pertama Prakash, Yuvaan Ahmed Khan.
Siapapun akan setuju kalau lelaki itu tampak sangat dingin, tak tersentuh dan aura dominan nya sangat kuat sehingga Daisy pun sedikit segan untuk menegurnya. Tapi entah mengapa ia yakin Yuvaan sangat baik, apalagi penampilan nya sangat formal. Tadi Renjana bilang kalau dirinya memaksa Yuvaan pulang lebih cepat karena harus makan bersama keluarga Dipta, dan disini lah mereka.
"Ini Lily beneran belum dikasih tahu sama sekali, Di? Takut anaknya ngga setuju kalo nanti pulang liburan tiba-tiba disuruh nikah", kata Renjana menyuarakan isi pikiran nya sesaat setelah acara makan siang telah selesai dengan penuh khidmat.
"Aduh mbak, jangan khawatir. Lily itu kalo lihat cowok ganteng kaya Yuvaan, udah pasti klepek-klepek. Aman pokok nya, Yuvaan sendiri gimana sayang? Kamu beneran mau nikahin anak tante, ini perawan agak bar-bar tapi masih bisa diiket kok", Daisy berkata seperti itu tanpa beban seolah yang dibicarakan bukan lah anak gadisnya.
Tapi justru itu yang membuat Prakash dan keluarga nya tertawa, kalau ibunya saja seperti ini, entah bagaimana bentukan anaknya. Pasti lebih ajaib.
"Kamu bisa aja, Yuvaan setuju. Malah dia yang ngebet minta kenalin, ya kan mas?"
"Waduh, kebongkar rahasia besar", celetuk Rajash ketika melihat raut masam kakak nya. Ibunya sama saja dengan calon besan mereka, tak bisa menjaga wibawa anak didepan orang lain. Yuvaan yang sedatar itu harus bertarung dengan ibu seperti Renjana.
"Iya, tante", jawab Yuvaan singkat.
Daisy nyaris mengeluarkan pujian lagi setelah mendengar suara calon menantunya. Yuvaan memang calon menantu ideal untuk Lily, tidak menyesal dia mempromosikan sang putri kepada teman-teman reuni kemarin.
Sekalinya dapat, Lily langsung dilamar oleh salah satu konglomerat paling disegani di negara ini.
Siapa yang tidak kenal keluarga Prakash, bahkan foto keluarga mereka menyebar disosial media.
Dipta dan Prakash hanyut dalam obrolan mereka soal pekerjaan, lupa kalau tujuan datang kesini untuk melamar. Biasalah bapak-bapak rempong, emang ibu doang bisa rempong? Bapak juga bisa lah, bahas yang bahenol-henol. Eciahh
"Ya udah kalo gitu, jadi kesimpulan nya, setelah Lily pulang dari liburan kita langsung urus semuanya. Tunangan, seserahan, pengajian, lalu menikah", Renjana semangat empat lima mengatakan rentetan kalimat sebanyak itu hanya dengan satu tarikan nafas.
Daisy menyambut bahagia usulan nya.
Rajash tak berhenti mengulum senyum melihat wajah Yuvaan, padahal kakak nya itu sudah berharap akan bertemu calon istrinya, tapi sayang hal itu tak bisa direalisasikan karena Lily masih berada dibelahan benua Asia ujung.
"Mas Yuvaan kecewa berat".
"Shut up, Raja!"
"Erhh.. harusnya mas lihat muka sendiri, kaya mau makan ni meja tau".
"Tanisha.."
"What?"
"Jangan ikut sekte Rajash, kamu adik mas yang paling waras".
"Ops, oke.. Sorry mas Raja".
"Alah. Ngga butuh pembelot!"
Tiga saudara itu saling mengganggu, dan semua nya tak lepas dari pandangan Daisy.
Diam-diam dia perasaan bahagia merasuki setiap celah dalam hatinya, putrinya akan mendapatkan keluarga luar biasa setelah menikah.
Dan ia terharu akan hal itu.
Kembali pada Lily, gadis itu tak berhenti menyentuh telinga nya yang gatal.
"Kenapa sih? Dari tadi garukin kuping terus", tegur Valerie yang risih dengan tingkah sahabatnya.
"Kuping gue gatel, curiga lagi diomongin mami dirumah. Mami juga belum nelpon, aneh kan ya? Ngga biasa mami lupa nelpon kita", ujar Lily tak henti mengusap telinga nya yang sudah memerah.
"Iya ya, baru sadar. Udah sih, mungkin mami baru sadar anak-anaknya butuh happy. Nanti juga pasti nelpon".
Lily mengangguk sebagai tanggapan untuk perkataan Vale, lalu mereka kembali bersantai menunggu matahari tenggelam.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHORT STORY
Short StoryShort story ! Kumpulan Cerpen yang mungkin bisa menghibur anda sekalian :) Namanya juga cerita pendek, ya jangan ngarep panjang :) Karena aku nulis nya pun asalan aja :-D