first love (Arsina) 2

170 13 3
                                    

Setelah melewati masa orientasi siswa, akhirnya tiba juga hari dimana semua siswa disuruh memilih jurusan apa yang akan mereka ambil. Masing-masing dari mereka diberikan potongan kertas berukuran sedang, wajib di isi dengan nama lengkap beserta jurusan yang hendak di pilih kemudian alasan nya.

Arsina sudah memilih jurusan apa yang akan ia ambil, dari sebelum ia mendaftar sekolah ketertarikan nya soal belajar komputer lebih besar. Sina tidak terlalu pandai soal itu makanya ia optimis akan giat belajar jika nanti sudah masuk jurusan Teknik Komputer Jaringan. Tanpa ragu ia menulis nama lengkap nya, tidak lupa jurusan lalu alasan kenapa dia memilih TKJ. Merasa telah cukup, Sina segera memberikan kertas nya kepada kakak kelas yang bertugas mengumpulkan.

Dika yang ternyata menyusul dibelakang hanya menatap jahil kepada Sina, namun ia tak mau membalas apapun yang berhubungan dengam Dika. Karena dalam beberapa hari saja mereka sudah di doakan orang-orang berjodoh, yang benar saja! Bertengkar dan adu mulut memang nya lucu dimata mereka, padahal Sina selalu kelelahan setelah berbicara dengan Dika.

Pemuda itu menyusul Sina dan menyamakan langkah mereka, belum tahu apa yang akan ia bicarakan namun suara bisik-bisik sudah terdengar ditelinga Sina.

"Mulai lagi drama Ardina bersi low budget."

Sina sontak menghentikan langkah untuk menepis kekesalan nya, dia bingung kenapa setiap kali berdekatan atau melihat wajah Dika hati nya selalu saja kesal dan marah, tapi bukan benci. Apa ya, Sina juga bingung perasaan ini.

"Mau apa?"

"Mau makan, lo laper nggak? Duit jajan gue banyak hari ini."

"Nggak peduli, makan aja sendiri sana. Nggak usah nempel gue kemana-mana, bisa?"

Dika melipat kedua tangan di dada, menatap wajah Sina yang hari ini kelihatan lebih segar. Rambut panjang nya dibiarkan terurai hari ini, ada pita kecil yang terpasang untuk menahan poni. Manis sekali, batin Dika.

"Gue nggak nempelin lo deh perasaan, ini kita berdiri aja masih ada jarak. Rewel lu asinan."

Sina mendengus malas melanjutkan bicaranya, sudah diingatkan tadi hanya menghabiskan energi. Ia berjalan menjauh namun Dika menarik tangan Sina, sampai mundur lagi ke hadapan nya. Ini demen banget tarik-menarik tangan, udah kaya film india ya.

"Apalagi item?! Bisa nggak, jangan tarik tangan. Bisa panjang sebelah tangan gue, dasar lo item!"

"Bah, nggak nyangka gue ternyata lo panjang tangan. Pantesan kemarin anak-anak ngeluh permen tugas pada ilang, elo yang ngambil? Tobat sis, lo berdosa njir!"

Sina menghempaskan tangan Dika sangat kuat sampai terlepas, maju selangkah untuk menutup mulut pemuda itu namun ingat sekarang masih banyak orang. Ya allah, ya allah, begini amat hidup Sina.

Ia hanya bisa menggerakan kedua tangan nya seolah hendak menggaruk wajah Dika dengan eskpresi penuh emosi.

"Mulut lo itu ya, lain kali gue kepret beneran biar diem. Sehari aja bisa nggak, jangan ganggu atau pun ngomong yang aneh-aneh. Lo pikir gue apaan nyolong permen, mak gue masih sanggup beliin."

"Tobat tobat segala lo bilang, elo yang tobat. Insaf lo item dekil."

Dika tidak tersinggung sama sekali dengan ucapan Sina, yang mana itu termasuk body shamming justru hal itu yang dia tunggu.

SHORT STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang