Daddy's Princess :
Kamar seluas lapangan itu tidak memiliki banyak perabot seperti figura yang menempel di dinding, pernak-pernik khas para gadis pada umum nya, semua tampak polos dan hanya ada satu lukisan di sudut ruangan.
Bernuansa putih ke-emasan, lampu hias berukuran besar menggantung dilangit kamar, dilengkapi tempat tidur yang bisa memuat banyak orang namun dikamar ini hanya ada satu orang saja dapat menidurinya.
Seorang gadis terlelap nyenyak diatas ranjang, dengan posisi yang kurang nyaman karena dia berada di tepian kasur. Rambut panjang nya menjuntai menutupi wajah, pakaian nya masih sama dengan yang dikenakan semalam, mini dress merah yang bahkan tidak mampu menutupi separuh paha. Jaket kulit hitam membalut bagian atas tubuh, troncheti yang sudah terlepas sebelah, gadis ini mengalami hangover meski tak terlalu parah seperti sebelum nya tapi cukup untuk membuatnya tidak bisa bangun lebih cepat.
Pintu dibuka paksa dari luar, ibu dari gadis muda yang tengah tidur itu berdiri berkacak pinggang menatap jengah kearah putrinya.
Wajahnya terlihat kesal dan marah.
"LILY RUSHEA WHITE! Kalo kamu ngga bangun sekarang, mama blokir semua ATM kamu!" Perintah berisi ancaman itu tak mampu membangunkan orang yang diajak bicara karena memang kesadaran nya telah terbang entah kemana, Lily tidur, benar-benar tidur seperti orang mati.
Daisy White, ibunya berjalan kearah kamar mandi kemudian mengambil air dari sana untuk diguyurkan ke wajah sang anak.
Sekali, dua kali, hingga kesabaran nya menipis Daisy pun menyiramkan air ke muka Lily dan teriakan marah pun menggema dikamar besar itu.
"BANGSAT! MAMI?!!" Maki perempuan itu karena terkejut terkena siraman air dingin, disaat yang sama juga terkejut karena pelaku penyiraman adalah ibunya sendiri.
"Mami?" Gumam nya lagi seolah sedang meyakinkan diri bahwa perempuan yang sedang marah dihadapan nya itu adalah ibunya, Daisy.
"Mami.. good morning, mi", sapanya dengan raut tak bersalah. Merapikan rambut kusutnya lalu mengusap wajah, mata sayu yang masih sangat mengantuk itu terlihat memprihatinkan.
"Morning? Really?? Lily Rushea White! Kamu lihat matahari udah mau tenggelam lagi sekarang! Matahari aja minder lihat kelakuan kamu! Ya tuhan! BANGUN! Bangun ngga kamu! Mami bawain ember kesini, bangun Lily!!" Bentak Daisy yang diliputi rasa kesal dan emosi, dirinya tak habis pikir kenapa bisa melahirkan putri seperti Lily padahal dulu waktu ia masih muda, Daisy bahkan sangat takut keluar rumah tanpa ditemani ibunya.
Namun melihat Lily sekarang, sungguh Daisy tak bisa berpikir jernih. Anak gadis semata wayang nya ini sangat tidak tertolong.
Lily yang hendak merebahkan lagi badan nya langsung ditarik oleh Daisy hingga terpaksa ia pun menegakkan kepala.
"Mami, aku masih ngantuk banget. Please, lima menit lagi ya?" Lirihnya dengan suara serak, bagaimana tidak habis suara kalau semalaman dirinya berteriak seperti orang gila.
"Engga, bangun sekarang!"
"Please.."
Daisy kembali hendak menarik tangan anaknya ketika suami perempuan itu muncul dan melepaskan pegangan Daisy dari tangan Lily.
"Sayang, biarin Lily tidur dulu. Lagian ini belum malam, biarin", kata Dipta dengan wajah tenang seolah tak terganggu dengan aura mengerikan yang mengelilingi mereka.
Lily diam-diam menyunggingkan senyum dibalik rambut panjang yang menutupi separuh wajah, ia tahu kalau papi nya pasti akan datang. Papi nya yang terbaik soal menenangkan mami yang pemarah, ya, menurut anda sendiri heii, ibu mana yang tidak ngamuk kalau anak nya selalu keluar setiap malam, pulang teler dan tidur sampai sore tanpa henti.
Daisy yang hafal betul dengan perilaku ayah dan anak itu pun hanya bisa menghempaskan tangan Lily kesal, mendengus sebal kearah Dipta yang selalu membela kelakuan Lily.
"Terus aja bela, sampai kapan kamu mau bela ini anak! Mami kirim kamu ke rumah nyai, biar tau kamu kalo anak gadis ngga boleh keluar setiap malam. Ini lagi pulang-pulang teler, mami pusing lihat kelakuan kamu, Lily! Darah mami naik terus karena kamu, mami ngomong di dengerin ngga?!" Lagi-lagi Daisy membentak anaknya, namun yang dimarahi memasang wajah memelas membuat Dipta mengusap kepalanya tanpa henti.
"Iya mami, Lily denger kok. Ya kan, sayang?" Bukan Lily yang menjawab melainkan ayahnya. Lily hanya mengangguk meng-iyakan perkataan ayahnya.
Di ruangan ini hanya Daisy yang waras, karena dua orang lain nya memiliki perjanjian tersembunyi yang hanya mereka berdua tahu.
Apapun yang dilakukan oleh Lily, papinya akan selalu membela karena gadis itu menyimpan rahasia besar Dipta. Rahasia yang sudah lama sekali namun bila terbongkar, maka lelaki keturunan luar itu akan ikut terkena kemarahan istrinya.
Dipta menghilangkan lima tempat makan yang biasa ibunya bawakan sebagai wadah bekal makan siang ketika ke kantor, dan semua tupperware itu kesayangan Daisy karena beliau membelinya di Singapore. Sungguh nyawa mereka tiada artinya dibandingkan koleksi kesayangan wanita paruh baya itu, Dipta dan Lily sepakat tidak akan saling membocorkan rahasia mereka demi keselamatan bersama.
Lily pun sama, ia memecahkan vas bunga mahal milik ibunya yang dibeli melalui acara lelang di Macau tiga tahun lalu. Harga nya pun bisa membeli dua mobil.
Dipta memberi kode kepada anaknya agar mendekati sang mami agar kekesalan wanita itu cepat mereda, Lily yang paham maksud kode tersebut bangun untuk memeluk Daisy.
"Mami.. cantik banget deh, lima menit lagi ya," rayu Lily tanpa melepaskan pelukan yang membuat hati Daisy sedikit goyah.
Biar bagaimana pun, Lily adalah anak kesayangan nya. Kehadiran Lily dirumah ini membawa kebahagiaan yang tiada henti, Daisy divonis tidak akan memiliki keturunan karena penyakit jantung bawaan lahir namun Tuhan memberikan keajaiban sehingga gadis dua puluh delapan tahun itu lahir, Daisy mencintai putrinya melebihi apapun di dunia ini, ralat, mungkin satu tingkat dibawah tupperware milik nya.
"Kapan sih mami pernah menang dari kalian berdua!"
Dipta yang mendengar perkataan istrinya dengan nada pasrah itu pun memeluk dua orang yang sangat berarti dalam hidupnya itu, mereka berpelukan dengan senyum masing-masing terukir diwajah.
"Makasih ya mi, Lily sangat banget sama mami. I love you, mami", ucap Lily tulus kemudian mencium pipi ibunya cukup lama. Menerima perlakuan demikian mau tak mau membuat Daisy tersenyum bahagia.
Merasa bahwa perdebatan itu telah didamaikan secara kemanusiaan yang adil dan beradap, Dipta pun mengajak istrinya keluar dari kamar putri mereka.
Sebelum kedua orangtua nya berhasil mencapai pintu, Lily melayangkan dua jempol ke arah papinya yang cuma bisa mengedipkan sebelah mata.
Mendengar suara pintu tertutup, Lily pun melepas jaket kulitnya beserta sepatu, lalu menghempaskan kembali tubuh ramping nya ke kasur, menarik selimut. Mengulas senyum senang dan tak butuh waktu lama, gadis itu kembali tertidur nyenyak.
Lima menit katanya, ini Lily, lima menit hanyalah 'katanya'. Karena sampai tengah malam pun gadis itu tidak terbangun, bahkan dia melewatkan tiga waktu makan sekaligus.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHORT STORY
Short StoryShort story ! Kumpulan Cerpen yang mungkin bisa menghibur anda sekalian :) Namanya juga cerita pendek, ya jangan ngarep panjang :) Karena aku nulis nya pun asalan aja :-D