Malam Pertama :
Menikah adalah pilihan yang akan kau jalani seumur hidup, jika sudah memastikan bahwa kau siap menikah maka lakukan apapun yang bisa mempertahankan rumah tangga mu.
Namun, disini Yuvaan baru saja menikahi seorang gadis. Belum ada sehari tapi ia rasanya menyesal terlalu cepat mengajak Lily sekamar, padahal mereka bisa meminta dua kamar sebagai tempat beristirahat.
Ide Yuvaan agar mereka sekamar memiliki banyak alasan, termasuk karena dia tak ingin orang lain melihat Lily tidur.
Istrinya itu sangat cantik ketika tidur, Yuvaan sering menginap dirumah Lily sebelum menikah. Dia sudah seperti pencuri karena diam-diam masuk ke kamar Lily hanya untuk menatapi wajah cantik istrinya kala tertidur, diam-diam mencuri ciuman dikening lalu menghabiskan satu jam penuh berdiam disana tanpa melakukan apapun.
Dia lebih cocok disebut penguntit karena melakukan hal itu, andai ada orang yang mengetahuinya tentu Yuvaan akan di cap sebagai pria kurang ajar.
Meski pun ada yang tahu, mereka lebih suka tutup mata dan telinga. Toh semua akan berakhir baik.
Sayangnya, kali ini Yuvaan tak bisa.
Tak bisa mengalihkan pandangan dari punggung mulus Lily yang terpampang nyata didepan mata, rambut panjang nya disampingkan ke bahu, gaun berat itu sudah dilepas dari tubuh ramping Lily.
Yuvaan berusaha menetralkan degub jantung yang menggila, berjalan kearah ranjang.
Dia juga sudah berganti pakaian, piyama tidur berbahan lembut.
Mereka tidak akan melakukan malam pertama seperti yang biasa orang lain lakukan, Yuvaan menyadari hubungan mereka didasari perjodohan, tanpa melibatkan perasaan padahal sudah jelas disini dia tergila-gila pada istri sendiri.
Melihat Lily yang tak pernah berbicara pelan padanya, selalu ketus dan jutek, Yuvaan menyimpulkan wanita itu belum sepenuhnya menerima Yuvaan.
Dia tidak mau menyentuh Lily jika mereka belum saling mencintai, paling tidak Lily sudah bisa menerima nya.
Yuvaan ingin semua hubungan mereka diliputi kebahagiaan bukan keterpaksaan, jadi tak masalah menunggu lebih lama untuk bisa bersikap terbuka.
Lily yang merasa diperhatikan sejak tadi menoleh ke arah Yuvaan, beda yang dibenak pria itu maka berbeda pula yang ada dipikiran Lily.
Lily menanamkan pemikiran kalau Yuvaan terpaksa menikah dengan nya, karena sikap lelaki itu tak pernah ramah. Selalu menjawab singkat pertanyaan nya, obrolan diantara mereka juga selalu membahas tentang pernikahan.
Setelah ini dia sendiri bingung harus membahas apa lagi bersama Yuvaan, mencari topik obrolan agar suasana diantara keduanya tak canggung.
Lily menoleh sekilas kearah Yuvaan yang memainkan ipadnya, pria itu tidak cuma dingin tapi pekerja keras, lebih tepatnya gila kerja.
Entah apa saja pekerjaan nya, padahal harta Yuvaan sangat fantastis. Tapi ini bukan cuma soal harta, melainkan tanggung jawab Yuvaan sebagai pemilik sekaligus pemimpin perusahaan.
Kamar besar ini terasa sejuk, mencekam dan sunyi.
"Ini ngga ada acara kembang api apa ya?" Suara Lily memecah kesunyian, menarik perhatian serta pendengaran Yuvaan untuk memandang kearahnya.
"Kembang api?"
Lily tersenyum menghadap cermin, menyisir pelan rambut panjang nya. Walau Yuvaan terlihat sangat tak peduli, lelaki itu selalu merespon dengan cepat ketika Lily mencoba membuka pembicaraan. Dia juga selalu menatap mata Lily ketika bicara, membuat Lily merasa dihargai.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHORT STORY
Krótkie OpowiadaniaShort story ! Kumpulan Cerpen yang mungkin bisa menghibur anda sekalian :) Namanya juga cerita pendek, ya jangan ngarep panjang :) Karena aku nulis nya pun asalan aja :-D