Jemari kasar itu meraba setiap inci permukaan kulit pucat yang kini berada didalam kuasanya, menari bersama belaian lembut yang memabukkan. Satu desahan penuh kenikmatan mengalun merdu keluar dari bibir tipis berwarna merah muda itu, jeritan tertahan nya karena perasaan yang sangat menggebu dibawah sana minta diloloskan.
Deritan ranjang, sprei yang berantakan serta aroma khas percintaan membuat dua insan yang tengah dimabuk cinta itu semakin gencar mencari kepuasan. Gerakan yang semakin tak terkendali, hentakan penuh dorongan yang memaksa serta berbagai umpatan meluncur dari mulut mereka berdua.
Rasanya sangat nikmat, basah dan menggelikan. Ada ribuan sengatan listrik yang mengaliri setiap hembusan nafas mereka karena mencoba menembus tembok gairah yang semakin memuncak, getaran demi getaran memaksa erangan terus bersuara sampai tenggorokan merasa tersakiti.
"Ben, ouh!" Desahnya dengan nafas terengah, matanya sayu memancarkan sinar menggoda yang akan menjatuhkan pria manapun dibawah kakinya. Bibir membengkak nya setengah terbuka, lehernya dipenuhi titik-titik keringat dan rambut panjangnya kusut karena tak berhenti dijambak oleh pria yang menunggangi nya.
"Say again, Sana. Say my name!" Pinta Bennedict pada wanita yang kini tak berhenti mengerang karena ulah tangan nakalnya.
Punggung mulus yang terpampang didepan mata, pantat bulat nya yang memerah akibat dipukul keras oleh Ben membuat gairah lelaki itu semakin tersulut. Matanya yang berwarna coklat terang semakin menyala, rahang nya mengetat karena desakan yang sebentar lagi akan meledak menghancurkan mereka berdua.
"Bennedict, please!" Sana sudah tidak tahan dengan posisi ini, pusatnya bukan cuma merasakan nikmati tapi juga perih. Dia tidak suka bercinta dengan gaya ini tapi Ben begitu menggilainya. Sana menahan dorongan, hentakan keras Ben sampai kepalanya terbenam diatas bantal.
Ia menggigit bibirnya sendiri karena milik Ben sangat memenuhi dirinya, ujung jari kaki nya mulai terasa dingin dan pahanya pun ikut kebas namun gelombang itu sebentar lagi akan sampai.
Mereka sama-sama menyambutnya dengan lolongan yang merasa terpuaskan. Begitu Ben ambruk diatasnya, Sana segera mencari pegangan agar masih tetap sadar.
Wanita itu tidak boleh ikut terlelap bersama Ben, atau besok dia akan menjadi mayat.
Ben dan dirinya tidak boleh berdekatan, mereka bukan sepasang kekasih apalagi suami istri. Sana cuma pemuas nafsu pria itu, dia bekerja untuk memuaskan para lelaki yang kekurangan belaian seperti Ben.
Setelah merasakan pergerakan Ben yang pindah ke samping nya, lelaki itu lantas memejamkan mata. Dia tidak tidur, cuma ingin menutup mata sebentar demi menenangkan dirinya yang masih tidak mau berhenti menggilai tubuh mungil Sana.
"Kau tidak akan kemana-mana malam ini, Sana. Aku sudah membayar mu satu malam penuh, jangan berpikir untuk melarikan diri lagi karena kau tidak akan bisa lepas dariku", bisikkan itu terdengar seperti perintah mematikan ditelinga Sana yang sudah siap memakai kembali gaun nya, matanya tidak henti memandang wajah Ben yang selalu menawan.
"Apa maksudmu? Aku tidak mau menemani mu semalaman, Ben! Perjanjian kita tidak seperti ini, kau tidak mungkin lupa kan?"
Bennedict bukan pria bodoh yang tidak tahu kalau Sana bukan lah barang, dia tidak mau terlibat lebih jauh bersama lelaki maskulin itu karena Sana mengenal keluarga nya dengan sangat baik.
Sana memang pelacur tapi dia tidak merusak rumah tangga orang lain, Ben tidak mungkin serius dengan ucapan nya.
"Aku serius, Sana. Pergilah jika kamu ingin melihat tempat ini kulenyapkan sekarang juga!" Suara Ben memberat dan nada marah tersirat jelas didalam nya, Sana mematung sesaat demi mengamati ekspresi lelaki yang kini sudah membuka mata kemudian menatapnya dengan penuh ancaman.
"Lakukan apapun, Ben. Aku tidak peduli, aku pergi!" Ucap Sana dengan suara tegas dan enggan menuruti kemauan Bennedict, lelaki itu tak punya hak atas dirinya dan mereka cuma sebatas teman kencan semalam.
Meskipun Ben selalu mengeluarkan uang banyak demi membayar dirinya, Sana tidak mau diajak bermalam.
Mereka hanya perlu saling memuaskan, selesai bermain diatas ranjang mereka hanya dua orang asing yang tidak saling mengenal.
Sayangnya, Sana terjebak dalam permainan Ben yang sedari awal mengincarnya.
Pria gila itu menginginkan Sana hanya untuk dirinya, tidak peduli pada reputasi buruknya Ben hanya mau Sana menjadi miliknya seorang.
Bennedict Julian selalu memegang kata-katanya ketika dia mengucapkan sesuatu, jadi saat Sana menolak dirinya maka ia benar-benar akan meratakan tempat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHORT STORY
Short StoryShort story ! Kumpulan Cerpen yang mungkin bisa menghibur anda sekalian :) Namanya juga cerita pendek, ya jangan ngarep panjang :) Karena aku nulis nya pun asalan aja :-D