Saat dunia terasa tidak berpihak kepada mu, disaat itu juga kau harus menjadi lebih kuat. Walau pun hati mu hancur, tapi wajahmu harus tetap tersenyum karena dunia tidak peduli dengan penderitaan mu, dan orang-orang tidak merasa simpati dengan air mata mu. Mereka hanya akan terus menilai kebahagiaan mu dan membandingkan kehidupan mu dengan mereka tanpa melihat dibalik semua itu hanya ada luka yang berdarah-darah. Bianca tidak terbiasa dengan situasi yang baru dia hadapi sekarang, dia masih tidak terima begitu cepat hari berlalu meninggalkan nya dengan sejuta kenangan manis ketika bersama Andrew. Lelaki itu bukan hanya meninggalkan nya, tapi juga menghilang dari peredaran lingkungan hidup Bianca.
Ia berusaha mencari nya ditempat kerja, tempat-tempat yang dulu pernah Andrew jadikan tempat bekerja namun tidak satupun dari mereka yang mengetahui keberadaan lelaki itu. Andrew meninggalkan nya, kali ini pria itu tidak akan kembali kepadanya meski Bianca berharap semua itu bohong.
"Aku tidak akan selalu ada saat kamu terjatuh, Bianca. Jadi berhati-hatilah dengan jalan yang kamu pilih."
Bianca tidak memilih jalan nya sendiri, dia bersama lelaki itu ketika memilih untuk melangkah bersama karena dia yakin bahwa Andrew tidak akan melepaskan pegangan nya. Bianca tidak peduli dengan semua rasa sakit nya ketika ada Andrew disisinya, lalu ketika pemuda itu memilih pergi apa yang harus Bianca jalani. Hidupnya berubah ketika bertemu Andrew, kesulitan nya terasa mudah saat pria itu mengulurkan tangan untuk membantu nya dan Bianca menggantungkan semua harapan padanya.
Bianca mungkin lelah menolak kenyataan kalau miskin itu menyedihkan, namun bersama Andrew dia tak perlu membandingkan hidup siapa yang lebih susah karena pria itu rela bekerja apa saja demi mencukupi kebutuhan nya. Dia memiliki kemampuan menahan segala ego nya demi mendapatkan pekerjaan, dia tidak memiliki gengsi dan Bianca mencintai semua yang ada padanya. Namun mengetahui bahwa selama ini kehadiran Bianca disamakan dengan seseorang yang telah tiada melukai harga dirinya, bayang-bayang orang itu masih terus menghantui kehidupan Andrew dan tanpa ia sadari kalo dirinya menjadi pengganti saja. Cintanya tidak cukup menghapus kenangan Andrew bersama perempuan itu, dan entah kemana dia pergi sehingga Bianca sangat ingin bertemu wanita bernama Belinda itu.
Selain karena tidak punya pilihan lain, Bianca akhirnya memutuskan untuk menerima bantuan dari Pita. Ia memutuskan untuk tinggal dirumah yang disewakan oleh Pita, Bianca bersikeras kalau dirinya akan membayar sewa perbulan dan tidak akan tinggal gratis disana seperti keinginan pasangan suami istri itu. Ngomong-ngomong soal Pita, dia telah melahirkan bayi laki-laki yang lucu dan menggemaskan. Pipinya gembul dan berwarna kemerahan, Bianca berulang kali meminta izin kepada Pita untuk menggendong dan menciumi wajahnya. Hatinya sungguh senang melihat bayi itu, kehadiran nya membawa kebahagiaan dan tentu saja anak itu diberkahi semua cinta yang dimiliki kedua orangtua nya. Bianca iri dengan kehidupan Pita, selain karena dia perempuan yang beruntung, ia juga anak dan menantu yang begitu dicintai oleh keluarga Bima.
Kapan Bianca akan merasakan kehangatan seperti itu?
Bianca tidak apa-apa jika tak menemukan keluarga yang utuh seperti Pita, dia hanya membutuhkan lelaki bernama Andrew Gamalil dalam hidupnya. Dicintai oleh pria itu membuat Bianca menyadari betapa indahnya kehidupan ini, Andrew mungkin tidak sesempurna Bima yang melimpahi istrinya dengan banyak kemewahan dan cinta yang tiada habisnya, namun Andrew mampu menyelami kehidupan Bianca tanpa ia harus mengatakan kesulitan nya. Pria itu terlalu memahami Bianca sehingga ketergantungan diantara mereka terjalin erat.
"Aku harap kamu betah tinggal disini ya, Bi. Ibuku memintamu untuk datang kerumah kami malam nanti, makan bersama keluarga Bi. Mau kan?"
Pita yang menyadari ada banyak perubahan dalam raut Bianca ingin sekali bertanya kenapa gadis itu terlihat murung dan sedih, namun ia tak bisa melakukan nya karena Bianca akan selalu tersenyum ketika berhadapan dengan nya. Dan sedari tadi ia tak melakukan apapun selain melamun, Pita merasa bahwa dia telah melewatkan sesuatu. Bianca mungkin bisa menutupi kesedihan nya dari orang lain, tapi Pita sangat peka terhadap hal-hal seperti ini apalagi itu terjadi pada orang yang ia sayangi.
"Aku.. ingin istirahat aja mbak, boleh ya? Besok kalo ngga capek, aku bakal kerumah mbak numpang makan. Udah lama ngga nyicip makanan rumahan." Katanya sembari meluruskan kaki berbaring diatas kasur, bukan maksud Bianca bersikap tidak sopan terhadap Pita hanya saja pikiran nya penuh dengan Andrew dan tubuhnya sangat lelah. Bianca hanya ingin tidur, mencoba memimpikan semua keindahan yang telah dia lalui bersama pria brengsek itu.
"Bi, kamu tahu kan kalo aku selalu menunggu untuk mendengarkan cerita kamu. Kamu sudah kuanggap adikku, jangan memendamnya sendiri jika memang menyakitkan. Kita bisa berbicara layaknya saudara, dan kamu hanya perlu terbuka kepada orang lain."
Ya, Bianca ingin sekali mencoba nya. Dia ingin sekali menceritakan semua yang ia alami kepada orang lain, tapi bodohnya bukan kepada Pita. Dia tidak mau wanita itu ikut merasakan penderitaan nya meski hanya sekedar bercerita, Bianca hanya mau Andrew yang mendengarkan nya karena pria itu memahami hidup mereka.
Gadis itu hanya termenung membalas pandangan sedih dari Pita yang kini menunggu jawaban nya, melihat kebahagiaan Pita ia semakin tidak tega membagi cerita sedih kepada wanita itu.
"Nanti ya mbak, saat aku udah ngerasa aman untuk cerita, pasti akan aku ceritain semua nya. Tanpa melewatkan satu pun bagian nya, maaf karena belum bisa berbagi sama mbak. Aku cuma ngga mau mbak ikut sedih karena masalahku, aku bakal ngerasa bersalah sama mas Bima kalo sampai istrinya ikutan sedih."
"Bianca.."
Bianca tersenyum berusaha menghentikan Pita untuk berkata lagi, ia juga menyuruh wanita berhijab itu untuk segera kembali kerumah nya karena mungkin anaknya menunggu untuk diberikan Asi. Pita tidak mengatakan apapun lagi karena tak mau membuat Bianca merasa tidak nyaman dengan perhatian nya.
Mungkin lebih baik menunggu sampai Bianca benar-benar siap membagikan ceritanya.
Ditinggalkan oleh Pita dikamarnya sendirian, Bianca mulai menangis tanpa suara. Hatinya sakit sekali, semua anggota tubuhnya seperti habis dipukuli dan rasanya menyakitkan. Ia membutuhkan Andrew disamping nya untuk menghentikan semua kesakitan ini, bibirnya terus memanggil nama pria itu tapi tak ada yang datang selain malam yang segera menghampiri.
Bianca menangis tersedu-sedu sambil memeluk bantalnya, meluapkan perasaan hancur dan marah, kecewa karena setelah apa yang mereka lakukan lelaki itu membuang nya begitu saja. Mengungkapkan sebuah fakta yang menyakitkan namun seolah tak cukup untuk membuat Bianca membenci nya, Bianca sudah terlalu benci pada kehidupan nya dan membenci Andrew tak pernah ada dalam rencana nya.
Selama ini, Andrew memang sering memancing keributan dengan nya. Pemuda itu akan selalu mengacaukan hari-hari tenang Bianca, dia akan membuat Bianca marah dan memaki nya tapi yang terjadi tidak seperti itu.
Andrew hanya takut kalau Bianca akan melakukan sesuatu yang bodoh, saat ia menyadari kamar gadis itu terlalu tenang maka Andrew akan menyalakan music sangat kencang demi memancing Bianca keluar dan memarahinya.
Atau ketika lampu kamar gadis itu selalu gelap, maka Andrew akan memukuli dinding agar Bianca membalas hal yang sama, menandakan gadis itu masih ada disana.
Andrew membantunya dengan melakukan banyak kebodohan yang sering kali mengganggu, Bianca merindukan nya. Dia ingin bertemu dengannya meski hanya sekali, dia ingin bertanya kepada Andrew apakah mereka benar-benar harus berpisah dengan cara seperti ini disaat semua rencana telah disusun rapi.
Rencana memang selalu jadi rencana karena Tuhan yang mengatur semuanya, tapi Bianca memaksa untuk kali ini dia ingin dipertemukan dengan Andrew, dia mau melihat pria itu dan memakinya sekali lagi sebelum menerima kenyataan bahwa mereka memang tak layak bersama.
Perasaan menyesal ketika melangkahi batas yang pernah ada membuat Bianca semakin menangis, seharusnya mereka tak pernah berciuman dan mengungkapkan perasaan masing-masing bila pada akkhirnya akan berpisah dengan cara Andrew yang meninggalkan nya. Harusnya Bianca tak usah memberikan harga dirinya kepada lelaki itu, namun semua penyesalan itu hanya tinggal rasa sakitnya saja.
Andrew meninggalkan sebuah surat yang berisi rasa sakit, dan Bianca tak bisa membencinya.
"You're the one and only stupid, Bianca. He is not fall in love with you, dia adalah brengsek yang berhasil merayumu dan membawamu tidur bersama nya. Dia brengsek yang tergila-gila dengan perawan mu, sialan Bianca, kamu menyedihkan sekali."
KAMU SEDANG MEMBACA
SHORT STORY
Short StoryShort story ! Kumpulan Cerpen yang mungkin bisa menghibur anda sekalian :) Namanya juga cerita pendek, ya jangan ngarep panjang :) Karena aku nulis nya pun asalan aja :-D