first love (Arpita) 10

150 13 4
                                    

Bersama, bukan hanya sekedar menjalani hari-hari berdua namun juga kesempatan kita untuk saling mengenal dan memahami kepribadian orang yang kita ajak hidup bersama, pada awalnya memang akan terasa indah dan menyenangkan tapi seiring waktu berjalan kita mulai banyak menyadari bahwa orang yang kita nikahi memiliki banyak ketidak sempurnaan dan saat itulah kita juga menyadari bahwa hidup bersama dengan berbagi emosi juga waktu kepada orang yang sama seumur hidup itu sangatlah lama, pernikahan adalah bentuk penyatuan dua jiwa dengan berbagai sifat, sikap bahkan tingkah lakunya.

Bima yang sedari tadi memijit pelipisnya memandangi meja, menunduk tidak tertarik dengan keluh kesah yang diungkapkan oleh Christian sejak dua jam lamanya. Entah mengapa dia tidak memarahi pria itu karena sudah menyita waktunya begitu lama, dan kenapa juga dia harus menjadi tempat curhat anak itu disaat BESOK adalah hari pernikahan nya dengan Arpita.

"Bangsat! Masa gue didiemin cuma gara-gara naro handuk dikasur, lu pikir aja Bim, gue cape pulang kerja malah diomelin sama hal sepele begitu. Gila bener si Wita, aneh banget anjing lah."

Bima hanya menghela nafas, sudah sepuluh kali dia mengatakan hal yang sama, rasanya telinga Bima mulai berdenging dan rasa ingin menendang Tian pulang dari rumahnya semakin memuncak. Kalau saja rumah nya tidak banyak orang, mungkin Tian benar-benar akan diusir olehnya.

"Gue nggak ngerti kenapa Wita mau dikawinin sama elu, Yan. Menurut lu, itu sepele banget tapi bayangin si Wita udah cape juga ngurusin anak kalian dirumah seharian, belum lagi anak lu demam, susah makan. Hal kecil yang lu lakuin itu bikin dia kesel lah, beresin rumah nggak segampang yang lu bayangin Yan. Coba gantian elu yang lakuin, gue sih nggak jamin lu mampu, modelan lu begini mana bisa diharepin."

Bima yang sejak tadi hanya mendengarkan kini menoleh kesamping, melihat Engga datang dengan dua gelas kopi ditangan nya. Sang penyelamat selalu datang terlambat, setelah dua jam mendengarkan keegoisan Christian, akhirnya Bima bernafas lega.

"Tolong lu nasehatin temen kesayangan lu Ngga, sumpah gue cape banget ngasih tau dia. Anak lu kembar anjing, kalo yang satu sakit pasti sodara nya ikutan rewel. Bayangin ngasuh dua anak aja udah setengah mampus cape nya, eh laki kaga pengertian, mau nya enak sendiri. Kalo gue jadi Wita, gue siram bensin bangsat!"

"Dih, si Bima serem banget anjing. Kaya berita yang viral itu, kasian banget dua-dua nya. Ngga nyalahin salah satu, tapi ya namanya manusia selalu mikirin diri sendiri tanpa peduli imbasnya kemana."

Christian yang mendengar perkataan Bima seketika syok berat, beruntung sekali dirinya tidak menikahi Bima, kalau iya, entah apa yang akan terjadi. Lagi pula orang gila pun enggan menikahi teman sendiri, sejenis pula. Amit-amit ya Tuhan

Dia mengelus dadanya, menyebut nama Tuhan nya dalam hati, tapi enggan menyadari kesalahan nya sendiri. Bima meneguk kopi hangat yang disuguhkan Engga dihadapan nya, pria itu sudah memakai inai di jari-jari tangan nya. Warna nya merah terang, meski tak bercorak dan hanya mewarnai kuku tetap saja Bima terlihat berbeda. Wajahnya cerah dan aura kebahagiaan terpancar jelas dari sorot mata gelapnya. Pria brengsek itu akhirnya menikahi pujaan hati yang sudah diminta kepada Tuhan langsung, dijaga melalui doa dan keyakinan nya, Bima benar-benar tak melewatkan setiap hari untuk memanjatkan doa terbaik bagi kehidupan mereka berdua.

Sempat merasa putus asa kepada hidupnya, kuliah hampir berhenti karena Bima merasa tak mampu menyelesaikan skripsi, ditambah lagi tekanan dari lingkungan yang kurang menyenangkan membuatnya harus meneguhkan hati.

Ditengah rasa putus asanya, Bima kembali mengingat tujuan nya berubah, bukan hanya untuk orang lain tapi demi kebaikannya sendiri. Bima tidak mau menjadi lelaki tak bertanggung jawab atas kehidupan nya sendiri, dia mau setiap orang yang ada dalam hidupnya bersyukur karena mendapatkan Bima. Pria itu memperbaiki sikap dan perilaku nya, mengubah kebiasaan buruk nya yang selalu merokok disaat stress, mulai menjalani kehidupan yang sehat, meski tak sepenuhnya berhenti merokok tapi Bima sudah bisa mengurangi ketergantungan nikotin tersebut.

SHORT STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang