the bad 'girl' 2

293 15 5
                                    

Menjadi seorang anak dari sepasang orang tua yang saling mencintai, tentu saja akan melahirkan putra-putri yang juga saling menyayangi.

Galih Mahendra, adalah anak tertua dari tiga bersaudara. Dia anak pertama laki-laki, dan satu-satu nya dikeluarga ini karena dua saudara lainnya adalah perempuan.

Hidup Galih sangat sempurna, sejak kecil hingga dewasa, bahkan di usia tiga puluh tahun tidak ada perubahan dalam kasih sayang yang dia rasakan dari keluarganya. Mereka semua bahagia menjalani kehidupan sebagai keluarga cemara, meski semua nya masih sama tapi Galih sadar kalau dalam hidupnya sendiri telah banyak yang berubah.

Jika dulu ia memilih berpenampilan culun, maka sekarang dia tampil gagah dan sangat tampan, kharisma yang dimiliki lelaki itu tidak bisa dilewatkan begitu saja. Apalagi tubuh tegapnya menjulang tinggi, garis rahang yang sempurna, hidung mancung disertai sorot mata tajam yang selalu saja mengintimidasi siapapun ketika ia memandangi objeknya.

Ada banyak alasan mengapa dulu Galih mengubah penampilan nya, dia sadar kalau dirinya lahir dengan semua kesempurnaan yang tidak setiap orang dapatkan, Galih memilih menenggelamkan diri bersama tampilan luarnya yang tidak tampan. Berusaha sebisanya agar jangan terlihat, menghalangi siapa saja yang hendak mendekat dan tidak menerima siapapun masuk ke dalam hidupnya.

Namun seiring berjalan waktu dan bertambah nya usia, Galih harus mengubah semua pemahaman nya. Dia perlu mencari teman, dia perlu bergaul dan menemukan banyak relasi serta menambah wawasan agar pekerjaan yang ditekuni saat ini bisa berumur panjang, dikenal banyak orang lalu semakin sukses.

Ada satu kebiasaan yang entah sejak kapan mulai menjadi kegiatan favoritnya, Galih sangat suka melakukan hal ini, setiap hari dan setiap kali dia punya waktu luang maka Galih akan melakukan nya.

Duduk di kursi kebesaran miliknya dalam sebuah ruangan pribadi, ruang berpendingin yang sejuk, menghadap ke pemandangan kota yang menakjubkan, Galih menatap layar tablet yang dipegang sembari menajamkan matanya. Raut mengeras karena merasa terusik akan apa yang dilihatnya membuat Galih diam-diam mengepalkan tangan, lelaki itu tampak marah tapi sebisa mungkin menyembunyikan ekspresinya setelah mendengar suara ketukan pintu.

"Masuk!" Suara bariton miliknya memecah keheningan dalam ruang tersebut, seorang laki-laki berusia lebih muda lima tahun darinya masuk.

"Maaf pak, nyonya Mahendra ingin mengajak anda makan siang bersama. Beliau menunggu di bawah, katanya ada hal penting yang harus dibicarakan", ucap pegawai lelaki itu dengan wajah tenang seolah tidak terganggu oleh tatapan menggelap dari bos nya.

"Minta dia ke ruangan ku, sekarang!" Bentak Galih, tidak tahu mengapa dia sangat kesal dan marah tapi seharusnya pegawai muda itu tidak menjadi tempat pelampiasan. Sayangnya Galih tidak peduli, dia hanya mau nyonya Mahendra itu datang sendiri kepadanya dan berlutut dibawah kaki Galih.

"Katakan padanya, jika berani menolak datang kemari maka aku sendiri yang akan menyeretnya dari sana. Pergi!" Sekali lagi ia mengeluarkan suara dengan intonasi berat yang sangat menggegarkan jiwa itu, tatapan mata tajamnya tak kunjung lepas dari mengawasi lelaki yang berdiri dengan kaki bergetar itu.

"Baik pak!" Jawabnya, bergegas meninggalkan ruangan Galih secepat mungkin karena tidak mau menjadi sasaran empuk kemarahan sang bos.

Belum sampai sepuluh menit dari kepergian pekerjanya, Galih sudah mendengar pintu ruangan nya dibuka dengan sangat kasar kemudian dibanting begitu keras sampai dinding pun ikut bergetar.

"Mahendra!" Pekik orang itu dengan wajah memerah, bibirnya yang berwarna merah menyala itu terlihat mengumpat berkali-kali karena melihat lelaki yang membuatnya kesal itu santai, duduk dibalik mejanya sembari menatap dingin kearahnya.

SHORT STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang