Voment!❤
~~~
Ini adalah kedua kalinya bagi Vasya menginjakan kaki di rumah keluarga Grispara. Jika yang pertama gadis itu hanya melihat ke dalam sampai ruang makan saja, maka kali ini Vasya melihat sampai belakang rumahnya.Ditambah lagi ia duduk diantara bibit unggul Grispara.
"Kenapa?" pertanyaan itu muncul secara bersamaan dari mulut Marva dan Jio.
Dua laki-laki itu keheranan melihat gadis mungil ini terus saja melihat-lihat ke arahnya.
Marva mendengus, melirik Jio sinis kemudian menatap ke depan lagi. Baginya, kolam renang dan rerumputan adalah pemandangan yang lebih bagus daripada dua orang disisi kirinya.
Vasya mengerjap, "kalian Kakak adik, kan? Tapi kok mukanya gak ada mirip-miripnya?"
Pertanyaan Vasya yang kelewat polos itu ternyata berhasil merubah Atmosfer disekitarnya, Jio maupun Marva tidak ada yang berniat membuka mulut untuk menjawab pertanyaan Vasya.
"M-maaf, salah ya pertanyaannya?" Vasya menggaruk pipinya sendiri.
Vasya jadi tidak nyaman berada diantara mereka tanpa Naya. Setelah kejadian memalukan di Mall tadi, Naya mengajak Vasya ke rumahnya. Sebenarnya Vasya ingin menolak karena hari minggu ini harusnya ia datang ke tempat penyembahan, tapi Vasya tidak enak menolak Naya yang telah membantunya tadi membayarkan pecahan guci itu.
Lalu bagaimana dengan Marva yang tadi menyeletuk seenaknya bahwa Vasya adalah calon istrinya? Laki-laki itu hanya membual saja agar Bos Mall melepaskan tangan Vasya karena sudah dipastikan Bos itu takut pada Marva selaku keluarga Grispara.
Berbeda dengan Vasya yang sedari tadi memikirkan ucapan Marva, apa laki-laki itu bersungguh-sungguh dengan ucapannya? Kalau iya, Vasya sungguh ingin menolaknya.
"Anak-anak, ngemil dulu nih, Bunda bikin kentang goreng." Naya datang dengan membawa dua piring berisi kentang goreng penuh dan Bi sumi yang membawa nampan berisi tiga gelas jus jeruk.
"Lah? Bunda kok gak panggil aku buat bantuin?" Vasya mengambil alih piring berisi kentang goreng dari tangan Naya dan menaruhnya diatas meja kecil berbentuk bundar.
"Bi Sumi udah bantu Bunda kok, lagian kamu kan tamu, gak boleh repot-repot." sahut Naya tersenyum kecil.
"Makasih ya, Bi?" ucap kedua putra Naya dan Vasya bebarengan.
"Sama-sama." Bi Sumi mengangguk lalu kembali ke dapur.
Marva melihat kursi panjang yang diduduki Naya masih muat satu orang, ia memilih pindah tempat menjadi duduk disamping Naya. Menyenderkan kepalanya dibahu sang Bunda dengan mata terpejam, angin yang sejuk membuat cowok itu mengantuk.
"Bang Jio masih kuliah, ya?" Vasya membuka obrolan sambil memasukkan satu kentang ke mulutnya.
Jio menggeleng, "baru aja lulus kemaren, waktu pertama kali kita ketemu kan itu persis pas aku baru pulang dari Bandung, namatin kuliah."
Vasya manggut-manggut, Jio adalah orang yang hangat dan nyaman untuk diajak ngobrol. Berbeda dengan adiknya yang bermulut cabe.
"Sayangnya Bunda gak bisa dampingin Aa disana." sambar Naya dengan raut wajah sedihnya.
"Gak papa, lagian Bunda kan mesti jagain Marva disini. Oma Liana sama Opah Gavin dateng kok ke acara wisuda aku." Jio tersenyum mengusap punggung tangan Naya.
Tangan Naya terulur mengusap kepala Jio, sebenarnya ia ingin sekali mengunjungi acara wisuda Jio tapi si bungsu sama sekali tidak mau ditinggal olehnya. Lagian Naya juga takut kalau Marva 'kambuh' disaat Naya tidak ada di rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different Marvasya [COMPLETED]
Novela JuvenilBagaimana mungkin aku dan dia akan menyatu, cara kami menyebut Sang Pencipta saja berbeda. (Marvael Arludra Grispara). Bicara tentang perbedaan, sebenarnya perbedaan itu indah, rasa ingin memiliki satu sama lain yang membuatnya terasa pedih. (Varasy...