Jangan repot-repot memberi kasih sayang untuk orang yang mati rasa.
Terajio Brama Grispara.
•
•
•Marva tidak dapat tidur malam ini, dia sibuk memikirkan hari esok tentang janjinya pada perempuan yang saat ini sedang mengandung anaknya. Apakah semuanya akan berjalan lancar?
Malam ini pun Marva tidur di rumahnya sendiri dan meninggalkan Vasya sendirian di apartemen, Marva tidak ingin Naya curiga karena dirinya sering keluar rumah.
"Hah... perbedaan itu." Marva membuang napas lelah.
Dia beranjak menuju kamar mandi untuk menggosok gigi sebelum tidur, kembali dengan mematikan lampu kamar dan bergantian menyalakan lampu kamar tak lupa menyalakan lilin tidur pemberian dari Vasya. Ketika tangannya sedang sibuk membersihkan tempat tidur, Marva tak sengaja menyenggol lilin tidurnya dan mengakibatkannya terjatuh.
"Heleh, untung gak pecah."
Tangan Marva mendadak berhenti ketika akan memungut lilin tidurnya, dia menangkap bayangan ditembok melalui ekor matanya. Refleks mulutnya terbuka lebar melihat bayangan tulisan from Varasya Xiallena yang terpancar dari bawah lilin tidur yang saat ini tergeletak di lantai.
Marva terkekeh, "dia udah berusaha ngasih tau, tapi gue terlalu bodoh sampe gak nyadar ada tulisan ini di bawah lilin."
Memajang lilin itu lagi ke tempat sebelumnya, Marva menggagalkan niat ingin rebahannya ketika pintu kamarnya tiba-tiba terbuka menampilkan wanita cantik dengan rambut dicepol asal.
"Bunda belum tidur?"
"Kamu juga belum tidur." Naya terkekeh sambil mendudukkan tubuhnya di sebelah Marva.
Cowok itu tersenyum kala Naya mengusap pipinya lembut, "Ava ada masalah? Coba cerita sama Bunda."
Marva tertegun, mengapa seorang Ibu selalu tau keadaan anaknya? Betapa kuatnya ikatan batin Naya dengannya sampai Marva sulit untuk berbohong.
"Gak ada masalah kok, Bun," ucap Marva membuang muka agar Naya tak melihat kebohongan dimatanya.
Kamu bohong, Nak.
"Bunda liat wajah kamu cemas waktu Bunda datang ke coffe shop, Bunda kira kamu kenapa. Syukur deh kalo gak ada, ya udah tidur gih udah malam." Naya mengacak pelan rambut Marva.
"Ava cemas karena Bunda marah-marah," kekeh Marva membuat Naya ikut tersenyum.
"Maaf, habisnya Bunda kesel, lagi khawatir eh ditelfon gak diangkat." Naya cemberut.
Marva mengecup singkat pipi Naya, "dimaafin kok, maafin Ava juga ya sok sibuk."
Naya memanggut dengan senyum manisnya, dia mengecup lama kening Marva lalu keluar setelah mengucapkan 'selamat malam.'
Sementara di apartemen, malam-malam seperti ini Vasya mendadak ngidam. Ia mau menelfon Marva tapi tak enak hati takut mengganggu tidur cowok itu, lagi pula Marva sudah banyak berkorban hari ini.
Vasya mendesah kecewa sambil menutup isi kulkasnya, isi kulkas itu sebenarnya sudah lebih dari cukup, tapi yang Vasya ingin tidak ada di dalamnya. Dia ngidam tempe goreng yang dimakan sewaktu masih hangat.
"Di luar ada yang jual gak ya?" gumamnya sambil menyembulkan kepala ke jendela, senyumnya mengembang melihat ada beberapa pedagang kaki lima di dekat apartemen ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different Marvasya [COMPLETED]
Dla nastolatkówBagaimana mungkin aku dan dia akan menyatu, cara kami menyebut Sang Pencipta saja berbeda. (Marvael Arludra Grispara). Bicara tentang perbedaan, sebenarnya perbedaan itu indah, rasa ingin memiliki satu sama lain yang membuatnya terasa pedih. (Varasy...