Aku yang tertatih, namun dipaksa terus berlatih.
Varasya Xiallena.
Diam ku bukan berarti tidak tahu, diam ku menunggu kejujuran mu.
Misyara Xiallena.
_______•
•
•Bagaimana sih rasanya dipanggil cantik oleh Ayah?
Bagaimana sih rasanya dimanjakan oleh Ayah?
Bagaimana sih rasanya disanjung dan dibanggakan oleh Ayah?
Dan bagaimana perasaan hangat menjalar dihati ketika usapan tangan kekar Ayah mendarat dikepala?Sungguh Vasya ingin merasakan itu semua, ingin menyandar didada bidang sang Ayah dan bercerita tentang kerasnya dunia yang kini menghantam habis-habisan dirinya.
Tentang penyakitnya yang semakin ganas.Tapi rasanya itu hanya khayalan semata yang Vasya impikan, halu! Kata itu selalu menampar Vasya sampai menyayat begitu dalam. Perih dan nyilu melebur dihatinya.
"Bodoh!"
Makian itu kembali menusuk pendengaran Vasya, kepalanya diombang-ambingkan membentur tembok rumahnya, sampai-sampai cat putih ditembok itu luruh bagai butiran kecil seperti pasir.
"Kenapa Misya bisa sakit seperti itu? Bapak tinggal sebentar saja kamu sudah menyakiti kembaran mu sendiri, hah?" cecar Bigis mencengkram kuat rahang Vasya.
Gadis itu menggeleng lemah, percuma saja ia jelaskan bahwa Misya demam sejak semalam karena shok melihat kekasihnya bersama perempual lain bermesraan didepan mata kepalanya sendiri.
"Cepat berangkat ke sekolah gantikan posisi Misya, Bapak gak mau Misya dapat alfa dari guru karena ulah keji kamu!" Bigis menendang Vasya dan melempar tas Misya diwajah gadis itu.
Keji? Siapa yang sebenarnya keji disini? Apa perlu readers Different Marvasya membelikan cermin besar untuk Bapak Bigis terhormat?
Tanpa sepatah kata, Vasya berdiri memungut tas itu dan berlalu dari sana dengan mengayuh sepedanya.
"Dasar anak kurang ajar! Berangkat sekolah bukannya salim dulu malah melengos aja." cibir Bigis seakan lupa jika dirinya selalu tidak mau jika Vasya ingin mencium tangannya.
Sepeda Vasya melaju sangat lambat, maklum saja sang pengendara belum sarapan tadi. Ke sekolah pun hanya bermodalkan alat tulis, tidak ada uang sepeser pun yang Bigis berikan untuk Vasya.
Akibatnya Vasya terlambat datang ke sekolah, gerbang sudah tertutup rapat. Kalau Vasya kembali ke rumah, bisa habis ia oleh Bigis.
"Neng kok tumben telat?" tegur Pak Satpam mengagetkan Vasya.
Gadis itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "hehe iya, Pak, tadi bangunnya kesiangan."
"Waduh! Maaf ya, Neng. Saya gak bisa bukain gerbang buat Neng. Saya harus patuh pada tata tertib di sekolah ini." sesal Pak Satpam yang dibalas senyum tipis dari Vasya.
"Biarkan dia masuk, Pak." suara berat yang khas menginterupsi.
"T-tapi."
"Buka gerbangnya, Pak! Saya yang urus." tegasnya membuat Pak Satpam segera membukakan gerbang itu lebar-lebar.
Vasya menuntun sepedanya memasuki area sekolah dengan mulut terbuka lebar, ia tak menyangka Dewi fortuna sedang memihak padanya saat ini. Sampai-sampai orang yang paling ditakuti warga Bangun Jaya menyelamatkannya hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different Marvasya [COMPLETED]
Ficção AdolescenteBagaimana mungkin aku dan dia akan menyatu, cara kami menyebut Sang Pencipta saja berbeda. (Marvael Arludra Grispara). Bicara tentang perbedaan, sebenarnya perbedaan itu indah, rasa ingin memiliki satu sama lain yang membuatnya terasa pedih. (Varasy...