Kenangan bersamamu... argh! Mengapa sangat sulit dilupakan?
Teresa Zirlega.
•
•
•Teresa benar-benar menepati permintaan Karys untuk datang ke apartemen dokter muda itu sebagai salam perpisahan.
Entah ada urusan apa yang membuat Karys mendadak pergi tanpa memberitahukan alasannya pada Teresa, gadis itu jadi berpikiram macam-macam. Jangan bilang kalau Karys akan menikah karena dijodohkan seperti cerita di novel pada umumnya.
Teresa berdandan cantik malam ini, berharap Karys terpesona dan menggagalkan niatnya untuk pergi keluar Negri.
"Ekhem," deham Teresa merasa tenggorokannya mendadak kering.
Belum sempat memencet bel, pintu dihadapannya sudah terbuka menampilkan wajah dingin sang pemilik apartemen yang menatapnya dari ujung kaki sampai ujung kepala.
"Lama." Satu kata menjengkelkan membuat Teresa mendengus.
Tanpa menunggu dipersilahkan, high heels biru dongker Teresa sudah menggema memenuhi apartemen Karys. Laki-laki itu hanya mengangkat bahu dan menutup pintu.
"Langsung ke dapur, alat dan bahannya sudah saya siapkan," titah Karys dibalas lirikan tajam dari Teresa.
Teresa mendadak lesu ketika melihat sebuah koper besar berwarna coklat yang dibiarkan tergeletak di atas ranjang, apakah Karys sengaja membuka pintu kamarnya agar Teresa melihat hal itu? Huh, menyebalkan!
Karys duduk di kursi meja makan sambil menopang dagu, memandangi gadis cantik yang berhasil membuat nalurinya terasa berat meninggalkan Negara ini.
"Kenapa diam? Biasanya bawel," celetuk Karys. Teresa menggeleng pelan sambil memotongi sayuran, entah apa yang akan dimasak gadis itu.
"Teresa-."
"Dokter Karys, kamu diam aja ya nanti aku salah masaknya." Teresa memberenggut.
"Kamu marah, saya mau pergi?" tanya Karys menatap wajah Teresa yang separuhnya tertutup poni.
"Kenapa harus marah? Kan memang kodratnya laki-laki hadir tanpa permisi, membuat nyaman, memberikan harapan, lalu pergi tanpa pamit," sahut Teresa, menarik senyum tipis.
"Tapi saya pamit kok."
🍈🍈🍈
Alun-alun kota terisi penuh oleh orang-orang yang sedang menikmati hari libur panjang pasca penerimaan raport. Tentu saja bukan hanya dari kalangan pelajar yang datang, terdapat anak-anak yang didampingi orang tuanya, juga pemuda-pemudi bersama pasangannya.
Tak mau kalah, si sulung Grispara turut hadir bersama teman sekolahnya dulu yang sempat ia cium pipinya. Ssstt keceplosan.
"Kayaknya udah lama banget gak jalan-jalan bareng kamu."
Jio menoleh, menatap gadis yang berjalan di sampingnya, "maaf ya, akhir-akhir ini aku sibuk."
Sibuk mencari tau latar belakang Ayah kandung ku sendiri, lanjutnya dalam hati.
Noni hanya tersenyum sebagai jawaban, dia melirik tangan Jio yang selalu disembunyikan dibalik saku jaket hitamnya. Entah mengapa ada perasaan ingin menggapai jemari laki-laki itu lalu menggenggamnya erat-erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different Marvasya [COMPLETED]
Fiksi RemajaBagaimana mungkin aku dan dia akan menyatu, cara kami menyebut Sang Pencipta saja berbeda. (Marvael Arludra Grispara). Bicara tentang perbedaan, sebenarnya perbedaan itu indah, rasa ingin memiliki satu sama lain yang membuatnya terasa pedih. (Varasy...