DM 46 || BEST LASKAR

3.1K 742 741
                                    


Putar mulmed di atas biar nyesss🤣👆

Happy reading gemoy💓


Menyamar menjadi seseorang walaupun dengam wajah yang sama tetap membuat Misya ketar-ketir.

Saat ini dia sedang memegang spatula masak dengan wajah piasnya bersama Naya yang berdiri di sampingnya. Wanita cantik dua anak itu menyuruh untuk membantunya memasak.

Sejauh ini Misya belum pandai memasak, paling-paling merebus mie dan memasak nasi goreng, itu pun dengan bantuan Vasya.

"Kok bengong, sayang?" tegur Naya, "nyalain kompornya terus tuangin minyak secukupnya, tumis bumbu yang udah Bunda halusin ya."

"I-iya Tante," gagap Misya.

"Kok Tante sih? Vasya udah gak mau lagi ya panggil aku Bunda?" Naya bersedekap dada.

Misya gelagapan, dia lupa kalau Vasya biasanya memanggil Naya dengan sebutan Bunda.

"Eh enggak, maksud aku iya Bunda hehe." Misya menggaruk tengkuknya yang tak gatal, Naya geleng-geleng kepala.

Misya melirik Marva yang sibuk mabar bersama Jio di meja makan, kedua cowok itu seperti sudah masuk ke dunia lain sampai tak menyadari hawa di sekitarnya.

"Ekhem!" Misya berdeham keras sengaja untuk menarik perhatian Marva.

"Kenapa?" Gadis itu tersenyum mendengar suara Marva yang bertanya.

"Kenapa lo serang duluan, A? Tunggu gue dulu dong." Ternyata oh ternyata..

"Iya maap, lagian lama," balas Jio.

Helaan napas lelah terdengar dari sela-sela bibir Misya, dengan tanpa minat dia menuangkan minyak secukupnya untuk menumis.

"Huaaa! Uhuk uhuk." Misya terjingkat sekaligus batuk-batuk setelah menuangkan bumbu ke minyak panas.

Marva dan Jio segera menghampirinya dan mengabaikan ponsel mereka diatas meja.

"Ya ampun Vasya, tangan kamu kena cipratan minyak. Bentar Bunda ambilin salep," panik Naya.

"Biar Ava aja." Marva bergegas mendahului Naya.

Ditengah kesakitannya, jantung Misya berdegup kencang kala Jio mendaratkan bibirnya dipunggung tangannya yang terkena cipratan minyak panas. Cowok itu bahkan menyesapnya pelan membuat kaki Misya melemas.

Beruntung banget Vasya pernah kerja di sini, cogannya bukan main, jir, batin Misya.

"Lukanya gak terlalu parah kok, lain kali hati-hati ya?" tutur Jio diiringi senyum manisnya membuat Misya melongo.

Marva kembali dengan kotak P3K ditangannya, dia mulai mengoleskan salep itu ke luka bakar dipunggung tangan Misya dengan hati-hati.

"Akh!" pekik Misya dengan mencengkram perutnya, membuat semuanya panik.

"Kenapa?" tanya Ibu dan kedua putranya kompak.

"Perut aku sakit banget," ucap Misya, peluh mulai membasahi pelipis hingga lehernya.

"Sana ke toilet!" Marva menutup hidungnya.

Misya menggeleng brutal, "b-bukan kebelet, sakitnya g-gak biasa."

Different Marvasya [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang