Gengs, masih ingat lok-lok yang Marva beliin sepuluh gerobak buat Vasya? Kalian belum pada ngerti kan?🤣
Jadi lok-lok tuh jajanan sate seafood yang dipanggang gitu, aku kaget kalian gak tau, soalnya jajanan itu populer banget di daerahku😭Maap ya baru jelasin😂
•
•
•Laki-laki itu berdiri dengan kedua tangan yang menggenggam erat pembatas balkon, jambulnya tersibak ke atas kala angin sore bertiup kencang seolah menambah nuansa senja yang menyorot merah merekah.
Helaan napas pelan terdengar dari sela-sela bibirnya, dia menunduk menatap hilir-mudik yang terlihat padat di sore hari. Mungkin para pekerja sedang berada dalam perjalanan pulang.
Marva mengetuk kepalanya beberapa kali, mengapa dia bisa ceroboh? Hingga Vasya menemukan surat dari rumah sakit yang mereka datangi sewaktu di Brazil. Tentang usianya yang tak lagi panjang, tentang hatinya yang sudah rusak.
"Cukup berhenti di Genta. Setelah ini, gak ada yang boleh pergi lagi ninggalin gue," bisiknya pada angin sore yang menyapu dedaunan kering di bawah sana.
Termasuk warga Different Marvasya, tetaplah di sini, menjadi saksi bisu lika-liku kisah ku yang pilu.
Marva mengusak rambutnya yang setengah basah, dia kembali masuk ke kamar dan mengenakan sweater abu gelap bermerk Ballenciaga.
Berjalan ke ruang televisi, mendapati istri tercinta dengan perut besarnya terlelap di sofa, bibirnya yang terbuka kecil membuat Marva terkikik geli.
"Udah mau punya buntut, masih gemes aja heran." Marva geleng-geleng kepala.
Dengan hati-hati, Marva mengangkat tubuh Vasya yang agak berat kemudian memindahkannya ke kamar. Meletakannya ke king size dengan gerakan lembut seolah Varasya Xiallena merupakan permata yang berharga dan mudah hancur.
Dipandanginya wajah damai Vasya dengan mata tertutup, jari telunjuk Marva menyingkirkan poni yang menghalau wajah cantik Aca- Nya.
"Kenapa harus dia, wanita kedua yang paling gue cintai setelah Bunda?"
"Kenapa harus dia yang terjebak dan terkurung selamanya di dalam hati gue?"
"Dan kenapa harus dia yang bukan hamba dari Tuhan yang gue sembah?"
Semua pertanyaan itu hanya mampu didengar oleh jarum jam yang berdetak, Marva menarik senyumnya, mencium punggung tangan Vasya dan mengelusnya pelan.
"Aku keluar dulu sebentar. Kamu jangan lupa bangun lagi ya?" monolognya, mencium kening Vasya lama sambil mengusap perut wanita itu.
Sebelum keluar dari apartemen, Marva mengambil sesuatu di lemari es nya.
Mobil sport keluaran terbaru mulai melesat meninggalkan apartemen, untung saja keluarga Grispara sudah membolehkan Marva untuk mengemudi sendiri. Dan Gavin pun dengan senang hati membelikannya mobil atau motor mewah setiap minggunya. Duh, Marva sangat bersyukur, tapi dia juga pusing karena baseman di rumahnya sudah hampir penuh oleh kendaraan yang datang setiap minggunya.
Sampai di tempat tujuan, Marva menaikkan kacamata hitamnya dan membiarkannya bertengger diatas kepala. Dia mengetuk pintu di depannya dengan gaya angkuh sambil memandangi cup berisi alpukat kocok ditangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different Marvasya [COMPLETED]
Teen FictionBagaimana mungkin aku dan dia akan menyatu, cara kami menyebut Sang Pencipta saja berbeda. (Marvael Arludra Grispara). Bicara tentang perbedaan, sebenarnya perbedaan itu indah, rasa ingin memiliki satu sama lain yang membuatnya terasa pedih. (Varasy...