DM 18 || PENGAKUAN

4.7K 859 231
                                    

Kamu berhasil membuatku jatuh dalam pelukanmu, ku harap kamu juga bisa membuatku jatuh cinta pada Tuhan mu.

Varasya Xiallena.


"Gue gak mau kita jauhan, gue mau kita sama-sama terus, gue gak mau jauh dari lo, Kak."

Marva menampar pipinya sendiri berkali-kali takut ia hanya berhalusinasi, Vasya yang masih mewek jadi dibuat heran oleh putra Karnaya ini. Vasya dan Teresa saling lirik, beberapa pengunjung Rumah sakit pun menatap Marva aneh.

Teresa memegang bahu Marva, "Piu?"

Laki-laki itu terperanjat, mengerjapkan matanya pelan dan menatap Teresa lembut, "masih Marva kok."

Otak kecil Vasya sangat sulit mencerna kejadian ini, apa yang dimaksud oleh dua orang itu? Piu? Siapa Piu? Vasya terus bertanya-tanya dalam hati.

Marva mesem-mesem sendiri, ternyata ini bukan mimpi atau pun halusinasi seperti yang dilakukan Teresa ketika membuka aplikasi oren nya.

Walaupun sedang bahagia pake banget, Marva harus tetap stay kalem. Dia berdeham pelan, menyugar rambutnya ke belakang dengan wajah sok dipasang sedingin mungkin, tangannya bergerak menyentuh bahu Vasya yang membuat gadis itu berdiri.

"Dimaapin, tapi masih ngambek." Marva mencebikan bibirnya membuat Vasya terkikik.

"Bukannya dibantu berdiri dari tadi, lutut gue hampir keram gara-gara kelamaan jongkok." Vasya meledek.

Marva bersedekap dada sok marah, "oh, jadi tadi nunduk cuma pura-pura?"

"Hihi, enggak kok, Kak. Gue beneran minta maaf, udah dimaafin kan?" Vasya menautkan jari-jarinya, memasang puppy eyes andalannya.

Tolong kuatkan iman Ava, ya Allah. Lagian Bunda nih bawa pengasuh imut banget, kan Ava jadi khilap. dumel Marva dalam hati namun kepalanya tetap memanggut.

Vasya bersorak gembira, merentangkan tangannya yang langsung ditubruk oleh Marva dengan pelukan eratnya, cowok itu bahkan mengangkat tubuh Vasya dan memutarnya ala film-film hollywood.

Teresa ikut menyunggingkan senyum, sedikit tidak percaya majikan begitu dekat dengan bawahannya. Jika dilihat-lihat, mereka lebih mirip seperti Adik Kakak atau sepasang kekasih.

"Teresa!" suara seseorang mengintrupsi, "ponsel mu ketinggalan di ruangan saya."

Putri tunggal dari Fansa itu menepuk jidatnya sendiri, "terimakasih, Dokter Karys. Saya buru-buru tadi, Marva nya gak sabaran."

Karys hanya menyunggingkan senyum tipis, dia sama saja seperti Jio. Terlalu kaku jika berinteraksi dengan wanita, bahkan Dokter muda itu belum pernah pacaran sama sekali, belum menemukan yang pas katanya.

"Lepasin kali, Dok, tangannya." heboh Marva yang melihat tangan Karys masih menempel ditangan Teresa, mereka seperti bersalaman yang hanya terhalang ponsel.

Karys segera menarik tangannya, wajah kakunya itu nampak lucu jika sedang salah tingkah. Membenarkan jas kebesarannya, Karys menunduk sebelum menjauh dari mereka.

"Cie Sasa udah gede cie." goda Marva sambil menyenggol lengan Teresa, "kalo lo bisa naklukin Dokter kaku itu, lo gue akuin keren pake bgt, Sa."

Different Marvasya [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang