DM 54 || RESTU

2.9K 713 587
                                    

Kamu terlalu sibuk menangisi seseorang yang tak membutuhkan air matamu, sampai lupa telah meninggalkan banyak orang yang masih mengharap senyummu.

Different Marvasya.


Hari ini merupakan tepat 40 hari kelahiran si kembar Grispara, rumah Marva sedang ramai karena kedatangan keluarga Gibranata yang sedang menyiapkan makanan untuk syukuran.

Sampai saat ini berita hamilnya Vasya di luar nikah belum sampai ke telinga Gavin, Marva bersyukur akan hal itu.

"Rame banget kayak kebun binatang," celetuk laki-laki yang baru pulang dari sekolah dengan mengajak para kacungnya untuk membantu di rumah.

"Tak totok pake duit segepok kamu ya!" kesal Arga yang sedang berbaring di pangkuan istrinya.

Marva hanya terkikik, mempersilahkan Teresa, Morgan, serta triple buntut tokek untuk duduk. Dia sendiri sibuk membuka sepatu dan dasinya.

"Eh... anak Papia udah bisa lihat ya? Gimana, Papia ganteng bukan maen kan?" Marva mengajak ngobrol Baby Dinta digendongan Vasya.

"Apa banget deh." Vasya memutar bola matanya.

Baby Dinta tersenyum lebar seolah mengerti ucapan Marva, tangan mungilnya terulur ke udara membuat Marva segera menunduk dan memasukkan jari kecil Dinta ke dalam hidungnya. Jahil sekali bukan?

Untung saja Vasya tak menyadarinya karena sedang mengobrol bersama Misya dan yang lain.

"Marvael, sini, Nak!" Panggilan lembut seseorang membuat Marva segera beranjak.

Dia menyalimi punggung tangan Oma Dira dan memeluk serta mencium pipinya sekilas.

"Omada makin kempot makin cantik aja," ceplos Marva sambil geleng-geleng kepala.

"Apa itu Omada?" tanya Dira sambil merapikan poni Marva yang hampir menutupi mata cowok itu.

"Oma awet muda," jawaban Marva sukses membuat Dira tertawa geli.

Dira menggiring Marva agar duduk di kursi makan, dia mengusap pipi cowok itu layaknya seorang bocah kecil. Marva tersenyum, mengusap punggung tangan Dira yang singgah dipipinya.

"Marva, kamu sudah punya keluarga sendiri. Punya anak dan istri, kamu gak boleh nakal, gak boleh manja lagi ya?" tutur Dira dengan suara halus seperti biasanya.

"Emangnya Ava pernah nakal?" Marva manyun, "tapi kalau manja sama istri sendiri boleh dong, Oma?"

Lagi-lagi perut Dira dibuat tergelitik oleh sifat Marva yang berbeda dari cowok lain diluar sana, dia persis seperti almarhum Adnan-suaminya.

"Iya boleh, tapi jangan bikin Vasya kerepotan ya? Apalagi dia sedang sakit." Dira menepuk-nepuk pelan pipi Marva.

Marva memanggut, "Ava selalu sayang kok sama Aca. Paling manja kalau mau tidur minta dipeluk, mau makan minta disuapi, mau berangkat sekolah minta dicium. Gak apa-apa kan, Oma?"

"Iya sayang gak papa. Ya udah, sekarang kamu mandi dulu terus turun lagi ya?"

"Eum... kalau mandinya minta dimandiin Aca boleh gak, Oma?" Marva mengerjap-erjapkan matanya lucu.

"Gak boleh dong! Jahitan Vasya belum kering, nanti kelepasan." Jawaban dari suara berat membuat Marva menoleh, di ujung meja ternyata ada Jio yang sibuk dengan laptopnya.

Mulut Marva terbuka, dia geleng-geleng kepala sambil berdecak kagum.

"Orang cuma minta dimandiin kok, gak yang aneh-aneh. Lihat Oma, cucu bule Oma mulai mesum," adu Marva pada Dira membuat Jio mengelus dada.

Different Marvasya [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang