Mungkin masih ada kata maaf dariku, tapi untuk melupakan, sepertinya aku butuh waktu yang cukup lama.
Marvael A Grispara.
Diombang-ambingkan oleh perasaan, ditampar oleh keadaan, terjatuh karena beban.
Varasya Xiallena.
________
"Ayok turun, sayang!"
Wanita dengan pakaian serba hitam itu menuntun ke dua anaknya turun dari mobil, bunga mawar dikeranjang yang ia bawa menyebarkan semerbak wangi yang memanjakan hidung.
Marva menghela napas, seharusnya ia senang karena akan mengunjungi makam Ayahnya, tapi aturan yang dibuat Naya ketika mereka akan mengunjungi pemakaman adalah Marva harus akur dengan Jio, percaya lah sangat sulit bagi Marva.
"Ayok, Va." ujar Jio mengetahui Marva masih betah di dalam mobil.
Dengan sangat terpaksa Marva menuruni mobil yang dikendarai oleh Rabil, tangan Jio mulai merangkul pundak Marva. Berbeda dengan adiknya, Jio malah sangat senang jika mengunjungi pemakaman saat ini karena dia bisa berdekatan dengan Marva tanpa penolakan darinya.
"Inget ya! Gue cuma gak mau Ayah sedih lihat kita gak akur." bisik Marva penuh tekanan.
Ya, Naya pernah mengatakan pada Marva jika setiap mengunjungi pemakaman orang yang meninggal pasti akan melihatnya, maka Marva harus bersikap baik pada Jio agar Gatra mengira mereka adalah saudara tak sedarah yang akur. Padahal setiap waktu pun Gatra menyadari bahwa ke dua putranya tak pernah akur karena dia selalu berada didekat mereka.
"Ava, mana airnya? Siram dong ke makam Ayah." titah Naya yang melihat Marva hanya diam saja dengan kacamata hitam yang bertengger dihidung mancung cowok itu.
"Iya, Bun." Marva menuruti perintah Naya, mulai dari batu nisan, sampai gundukan tanah yang sudah ditata rapi kini sudah basah oleh siraman air dari Marva.
Naya mulai menaburkan kelopak bunga mawar dikeranjangnya ke atas gundukan tanah dengan nisan bertuliskan,
Regatra A Grispara
bin
Gavintara GrisparaLahir 5 Agustus
Wafat 2 April.Tak lupa juga Naya menyebar bunga itu disamping makam Gatra, itu adalah makam putranya yang tak lain adalah kembaran Marva.
Malven A Grispara
Bin
Regatra A GrisparaWafat 18 Februari.
"Bun!"
"Bunda!"
Dua laki-laki itu terkejut melihat Naya terjatuh ke tanah, pipinya sudah dibasahi oleh sungai kecil yang mengalir dari matanya. Naya mencengkram kuat pashmina hitam yang menutupi kepalanya, menatap penuh luka dua nisan yang saling berdampingan itu.
"Hiks... kenapa kalian ninggalin aku, hah? Kenapa kalian gak ngajak aku pergi sekalian? Hiks... hiks." Naya menangis tergugu dalam dekapan ke dua putranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different Marvasya [COMPLETED]
Fiksi RemajaBagaimana mungkin aku dan dia akan menyatu, cara kami menyebut Sang Pencipta saja berbeda. (Marvael Arludra Grispara). Bicara tentang perbedaan, sebenarnya perbedaan itu indah, rasa ingin memiliki satu sama lain yang membuatnya terasa pedih. (Varasy...