Percayalah, hal yang paling menyakitkan adalah ketika aku mendengar cacian dari orang tua ku sendiri.
Varasya Xiallena.
•
•
•Hari ini keluarga Grispara turunan ke tiga sedang mengunjungi Restoran bintang lima untuk sekedar menghabiskan waktu bersama keluarga, hal ini Naya lakukan juga semata-mata untuk mendekatkan Jio dan Marva.
Seperti biasa, Naya merangkul ke dua lengan putranya yang setia berdiri disisi kanan dan kirinya. Mereka mengenakan pakaian berwarna apricot, ide Naya agar terlihat kompak.
"Mau diatas apa dibawah, Bun?" tanya Marva terdengar ambigu.
Naya menoleh ke sisi kirinya, memandang wajah Marva cengo begitu pula dengan Jio yang mengerjapkan matanya beberapa kali dengan bibir sedikit terbuka.
Menyadari ada yang salah, Marva mengklarifikasi ucapan sebelumnya, "maksud Ava, kita mau makan di lantai atas apa di lantai dasar aja?"
Naya memanggut sambil membuang napas lega, ia pikir otak mesum Gatra juga menurun ke si bungsu.
"Enaknya dimana, ya?" Naya tampak berpikir.
"Di lantai atas aja, Bun, kan disana ada out door juga, jadi lebih rileks aja ditambah pemandangan senja." usul Jio dengan menatap Naya lembut.
"Boleh." sahut Naya girang.
Keluarga kecil itu lantas menaiki eskalator menuju lantai atas tepatnya di out door Restoran bintang lima ini, Naya berdecak kagum melihat pemandangan kota dari atas sini, begitu menakjubkan.
"Silahkan, Bunda Ratu." Marva menggeser kursi untuk Naya.
"Makasih Ava sayang."
Jio tersenyum kecil melihatnya dan memilih duduk berhadapan dengan Marva, dia menepuk tangan sekali dan pelayan robot otomatis mendatanginya.
"Widih! Pelayannya robot, Bun. Boleh Ava bawa pulang gak, Bun?" pekik Marva sambil menoel-noel lengan robot itu.
"Jangan sentuh saya, saya jijik sama Mas." semuanya terperangah kala robot itu bersuara dengan nada khasnya.
Marva berdecih, "cih! Mesin aja belagu lo! Gak jadi gue bawa balik lah, gue jitak aja sini."
Jio menahan tangan Marva yang hendak menjitak bagian kepala dari robot itu, "jangan, Va. Gak enak dilihat orang."
"Jangan sentuh saya, saya jijik sama Mas!" Marva menirukan ucapan robot tadi dengan mengibaskan tangannya hingga terlepas dari genggaman Jio.
Naya hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah dua putra Grispara itu, ia beralih pada robot itu dan menyebutkan pesanannya mulai dari hidangan pembuka sampai hidangan penutup diikuti oleh Marva dan Jio.
Pelayan robot itu berlalu dari sana, Marva menguel-nguel tangannya sendiri karena masih gemas dengan benda elektronik itu. Mungkin nanti Marva akan meminta pada Gavin agar membelikan robot besar untuknya.
"Ava kok tadi pulang-pulang bajunya basah? Kamu main hujan di sekolah, hm?" Naya membenarkan poni Marva yang tertiup angin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different Marvasya [COMPLETED]
Fiksi RemajaBagaimana mungkin aku dan dia akan menyatu, cara kami menyebut Sang Pencipta saja berbeda. (Marvael Arludra Grispara). Bicara tentang perbedaan, sebenarnya perbedaan itu indah, rasa ingin memiliki satu sama lain yang membuatnya terasa pedih. (Varasy...