DM 22 || KEHANCURAN

5.1K 805 361
                                    

Susah payah aku memperjuangkan masa depan, keadaan malah menghancurkannya dengan sekejap.

Varasya Xiallena.


Kebahagiaan Marva sudah terpenuhi, senyuman ceria selalu menghiasi wajahnya. Dia berbaring di atas kasur empuknya dengan menatap langit-langit kamar. Wajah Gatra masih terbayang jelas dalam ingatan Marva, bagaimana dia memeluk dan menyugar rambut Marva, semuanya masih membekas dalam hati Marva.

Sayangnya, Kakek kembali menutup mata batin Marva sehingga ia tak bisa melihat lagi Gatra dan Malven. Tak apa, Kakek sudah memberitahu caranya agar bisa melihat mereka pada Marva dan Jio.

"Si Unyil ngado apaan ya?" teringat kado dari Vasya, Marva beranjak dari rebahannya dan duduk di tepi ranjang dengan membuka laci nakasnya.

Tangannya sibuk membuka tali yang melilit kotak kecil itu, senyum Marva mengembang melihat lilin hias pengantar tidur dengan model mug berwarna ungu. Terdapat sebuah kartu ucapan di dalamnya,

Gua gak bisa ngasih yang mahal, Kak. Tapi semoga lo suka ya? Gue tau lo sering kesusahan tidur, lilin ini bisa menguarkan aroma menenangkan.
Tinggal jentikan jari kalau mau nyalain, terus tiup kalau mau dimatiin. Lilin ini gak bakal habis karena pakai listrik, tinggal charger aja.

"Terharu gue." gumam Marva setelah membaca kartu ucapan itu.

Marva berjanji akan menjaga baik-baik pemberian dari Vasya. Cowok dengan piyama bergambar kodok itu berjalan keluar kamar untuk membuang bungkus lilin ini.

"Bagus." celetuk seseorang tiba-tiba, membuat Marva sedikit terkejut.

Marva mengangkat lilinnya, "kado dari Aca."

"Dia tau semua tentang kamu, bahkan dia tau kamu insomnia di malam hari, mangkanya dia ngado lilin tidur kayak gini." oceh Jio yang dibalas senyuman tipis dari Marva.

Marva melihat ke lantai bawah, orang-orang suruhan Gavin sedang sibuk mendekor ruangan untuk pesta Marva besok malam. Ya, Marva akan mencoba beradaptasi dengan teman-temannya, doa kan saja semoga Marva bisa menjadi manusia yang lebih baik.

"Aa juga punya kado buat Ava." Jio mengangkat laptop di tangannya.

"Lo ngasih gue laptop bekas?" Marva mengangkat sebelah alisnya.

Jio menggeleng dengan senyumannya, dia menarik lembut tangan Marva menuju kamar yang dulu mereka tempati bersama, kamar dengan desain seperti taman bermain yang dibuat oleh Gatra. Entah kemana sikap kasar Marva yang selalu membantah dan menyentak tangan Jio jika menyentuhnya sedikit saja.

Jio duduk di salah satu single bed diikuti oleh Marva, cowok bermanik biru itu dengan setia menunggu Jio yang sedang mengutak-atik laptopnya.

Setelah menemukan apa yang dicari, Jio menarik meja kecil untuk meletakkan laptopnya. Menekan tombol putar hingga Marva terdiam dibuatnya.

Vidio yang Jio putar menunjukkan masa-masa kecil Jio dan Marva yang sangat bahagia. Di sana nampak Marva menangis karena Jio terjatuh dari sepedanya, sedangkan Jio kecil malah terbahak karena merasa lucu dengan tingkah Marva.

Hal itu membuat seulas senyum terbit dibibir Marva, matanya berkaca-kaca mengingat dulu ternyata Marva sangat menyayangi Jio ketimbang dirinya sendiri.

Different Marvasya [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang