Dulu dia adalah alasanku tersenyum, sekarang dia juga yang membuatku lupa cara tersenyum.
Different Marvasya.
•
•
•Marva dilanda kebingungan, jika ia tetap di sini dan membiarkan Feronika yang merupakan istri dari Arga masuk ke ruangan bersalin Vasya, semuanya akan terbongkar. Namun Marva juga tidak mungkin pergi ke rumah sakit lain melihat Vasya sudah tidak karuan.
"Gimana dong ini?" Marva mengusak rambutnya frustasi.
Sebuah tangan berkeringat dingin menggenggam pergelangan tangannya, berhasil menghentikan Marva yang sedari tadi mondar-mandir.
"Sebuah rahasia gak ada yang awet walaupun kita tutup rapat-rapat," ujar Vasya dengan keringat yang membanjiri wajah, "kita hadapi sama-sama ya?"
Marva menghirup napas dalam kemudian menghembuskannya perlahan, dia mengangguk dengan senyuman. Membungkus jemari Vasya ke dalam genggamannya yang hangat, sembari mengusap keringat yang terus mengucur membuat rambut Vasya sedikit basah.
"Marva ngapain disini?"
Jantung Marva seakan lolos dari tempatnya mendengar suara Feronika memasuki ruangan bersalin ini.
"Eh Tante." Marva menggaruk rambutnya sambil cengengesan, "Tante sendiri ngapain disini?"
"Ya mau nanganin orang lahiran lah," jawab Fenonika sambil mengenakan handscoone yang diberikan suster.
"Lho, ini bukannya yang pernah kerja di rumah kamu dulu ya? Dia hamil? Suaminya gak ikut ke sini?" Deretan pertanyaan Feronika membuat keduanya gelagapan.
"Ikut kok," ceplos Vasya yang kemudian menampar mulutnya sendiri.
Feronika mengernyit, "mana? Suruh masuk dong."
"Aku suaminya Vasya." Marva mengatakannya dengan satu tarikan nafas.
Semuanya mendadak hening, Feronika melongo, mengerjap, dan kemudian tertawa sambil menggeplak lengan Marva.
"Kamu habis tidur sore ya? Mangkanya ngehalu gini," kekeh Feronika, "sana keluar, Va-."
"Aku suaminya Vasya, Tan. Dia lagi ngandung anak aku," sela Marva dengan dada naik turun.
Feronika menelan ludah, "Va?"
"Iya! Aku hamilin Vasya, dan sekarang kita udah nikah sirih. Aku minta tolong sama Tante buat rahasiain ini semua dari Bunda, aku bakal cerita kalau udah siap." Marva memohon dengan menggenggam kedua tangan Feronika yang menegang, sedangkan Vasya sudah menangis sesenggukan.
"Tante jangan diam aja dong, nanti Ava jelasin semuanya asal Tante bantu Vasya melahirkan dulu ya?" Mata Marva memerah.
Feronika menatap Marva dengan pandangan kosong, perlahan dia melepaskan genggaman Marva dari tangannya kemudian berbalik hendak meninggalkan ruangan.
"Dokter, pasien mengalami pendarahan dan sekarang sudah pembukaan sembilan. Kita harus segera menanganinya, dok!" seru suster yang tadi datang bersama Feronika membuat langkah istri Argara Gibranata itu berhenti.
Langkah Feronika terhenti, sekarang pikirannya sedang tidak baik, tapi Feronika harus profesional, dia tidak mungkin melalaikan pasiennya begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different Marvasya [COMPLETED]
Fiksi RemajaBagaimana mungkin aku dan dia akan menyatu, cara kami menyebut Sang Pencipta saja berbeda. (Marvael Arludra Grispara). Bicara tentang perbedaan, sebenarnya perbedaan itu indah, rasa ingin memiliki satu sama lain yang membuatnya terasa pedih. (Varasy...