Aku penasihat terbaik dalam cinta, tapi aku yang paling gugur jika memulai percintaan.
Varasya Xiallena.
•
•
•Rambut panjangnya bergoyang-goyang seiring irama langkahnya, dia menunduk melihat sepasang sepatu dikakinya. Mengeluarkan sesuatu dari sakunya, kemudian masuk ke dalam mobilnya dan melaju meninggalkan area rumah sakit.
"Kenapa dokter Karys ngelakuin ini? Dasar!" Teresa memukul stir mobilnya penuh emosi.
Dia menginjak rem ketika sudah sampai di tempat yang dituju, menarik napasnya dalam-dalam dan mulai melangkahkan kaki ke dalam apartemen mewah ini. Tangan Teresa tak kunjung memencet bel di hadapannya.
"Tinggal pencet susah amat nih tangan," gerutunya sambil mengangkat tangan kanan dibantu oleh tangan kirinya kemudian menekan bel beberapa kali.
Lama menunggu, akhirnya pintu itu terbuka menampilkan sosok jangkung yang biasanya berpenampilan rapi kini hanya memakai piyama dengan rambut acak-acakan.
"Teresa? Kamu kok bisa di sini? Tau alamat saya dari mana?" Serbu Karys dengan manik yang bergerak-gerak menatap Teresa.
Gadis itu hanya diam, dia menyelonong masuk begitu saja dan menutup pintunya lagi. Menggapai lengan Karys dan merebahkannya di ranjang yang ada di samping sofa tamu.
"Harusnya dokter bilang aja kalo nasi goreng yang saya buat rasanya asin banget," gumam Teresa yang duduk di bibir ranjang.
Karys menggeleng, "rasanya enak kok."
"Kalo rasanya enak, dokter gak mungkin rebahan di sini sekarang. Dokter sakit perut kan gara-gara makan nasi goreng buatan saya?" Tanya Teresa dengan mata berkaca-kaca.
Karys terdiam, pasti Teresa mengunjungi rumah sakit dan bertanya-tanya pada yang lain mengapa dirinya tak berangkat. Dia menatap punggung Teresa yang membelakanginya.
"Maaf."
"Harusnya saya yang minta maaf sama dokter!"
Laki-laki itu tertegun mendengar suara serak Teresa, dengan sebelah tangan yang memegangi perutnya, Karys berusaha duduk dan memegang pundak Teresa.
"Jangan nangis," tuturnya.
"Gak perlu berkecil hati, kamu pasti bisa membuat yang lebih baik nanti."
Teresa mengusap matanya yang basah, dia berbalik badan menatap Karys, "maaf ya?"
Karys hanya mengangguk tanpa ekspresi. Padahal ia tidak bilang dengan siapapun kalau dirinya sakit perut gara-gara memakan nasi goreng buatan Teresa, dia hanya bilang pada teman-teman di rumah sakit itu hanya sakit perut saja. Tapi kenapa Teresa bia tau ya? Karys bingung.
"Pantes aja saya gak boleh minta pas dokter makan nasi goreng itu." Teresa mengerucutkan bibir.
"Kalo saya biarin kamu ikut makan, pasti kamu nangis di sana, nanti saya dikira bikin nangis bocah," sahut Karys santai.
"Ih, ngeselin!" Tanpa sengaja Teresa melayangkan bantal dan mengenai perut Karys.
Karys mengaduh, "aduh!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Different Marvasya [COMPLETED]
Teen FictionBagaimana mungkin aku dan dia akan menyatu, cara kami menyebut Sang Pencipta saja berbeda. (Marvael Arludra Grispara). Bicara tentang perbedaan, sebenarnya perbedaan itu indah, rasa ingin memiliki satu sama lain yang membuatnya terasa pedih. (Varasy...