DM 59 || SOLD OUT

2.6K 582 391
                                    

Nyatanya niat Marva mengajak si kembar ke kantornya adalah kesalahan yang fatal, dalam bayangan Marva ketika ia sedang bekerja dengan didampingi anak-anaknya maka akan bertambah semangat. Tapi tidak, Marva malah semakin dibuat pusing oleh ulah Pradipta dan Nadinta.

"Bang Didip coba iat deh, ni poto Tata pas kecil digendong Mimu tantik banget ya." Dengan tingkat kepercayaan diri yang tinggi, Nadinta menunjuk salah satu figura di meja kerja Marva yang berisi foto dirinya semasa bayi.

" Dengan tingkat kepercayaan diri yang tinggi, Nadinta menunjuk salah satu figura di meja kerja Marva yang berisi foto dirinya semasa bayi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pradipta yang sedang sibuk bermain tumpukan kertas milik Marva pun menoleh sebentar dan mengangguk sekilas.

Kertas hvs berukuran A4 itu habis dibongkar Pradipta untuk membuat pesawat terbang yang pernah Kakek Bigis buatkan untuknya, walaupun bentuknya tidak sempurna malah terlihat seperti kepalan kertas, namun Dipta tetap senang.

Tuk.

"Aduh!" Marva mengaduh sambil memegangi hidungnya yang tertimpuk sesuatu.

"Hihi," si pembuat ulah malah terkikik melihat wajah sebal Papia-nya.

"Bang Didip ndak oleh nakal dong, Papia na atit," tutur Nadinta dengan garangnya seolah melupakan perbuatannya kemarin yang menimpuk jidat Pradipta menggunakan bola bekel.

"Abang cuma ngecek kok pesawat na bica telbang apa endak," bela Pradipta.

"Papia gak papa kok." Marva tersenyum menenangkan, "bang Didip sini deh, Papia bantuin bikin pesawat terbang."

Mendengarnya membuat Pradipta bersorak senang, dengan langkah kecil dan pantat semok yang tersumpal pampers dia berjalan menuju kursi kebesaran Marva, kemudian Marva mengangkat tubuh mungilnya agar duduk dipangkuannya.

Melihat kembarannya asyik bersama sang Papia, Nadinta merasa tersisihkan. Dia bersedekap dada dengan pandangan sinis menatap keduanya.

"Uhuk... uhuk..." upaya Nadinta untuk mengalihkan perhatian dua laki-laki tampan itu dengan pura-pura batuk ternyata gagal.

"ADDAAAWW!" erangan nyaring dari Marva membuat Pradipta yang ada dipangkuannya terlonjak kaget.

Marva menatap si kecil yang berdiri di sebelah kursinya sedang menatapnya garang, baru saja Nadinta menggigit kuat paha Marva yang tertutup celana bahan.

"Tata kok gitu sama Papia? Kalau kulit Papia copot gimana dong, Mimu kamu pasti gak sayang lagi sama Papia." Marva mengomel.

"Eh tapi gak mungkin si Aca gak sayang lagi sama gue cuma gara-gara kulit copot, secara kan gue ganteng gak ada lawan, tajir melintir 23 turunan," lanjut Marva dengan gumaman pelan.

"Papia sama Bang Didip nih nyebelin! Tata kan juga mau main cama kalian," kesal Nadinta sambil menggigit jarinya sendiri karena terlalu gemas.

Different Marvasya [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang