DM 43 || SERBA-SERBI GRISPARA

3.7K 806 527
                                    

Voment please😁



Laki-laki itu berjongkok di hadapan gundukan tanah berukuran kecil dengan secangkir teh hijau ditangannya, sesekali dia mengoceh walau tahu tak akan mendapat jawaban.

"Walaupun Pusay cuma seekor kucing, tapi lo pernah digendong Ayah gue kan? Dibeliin makanan, dirawat, digendong sana-sini," monolog Marva sambil menatap nisan berbentuk kucing yang tertera nama
Pusay bin Gatra.

Pusay sudah lama tiada, kucing kesayangan Gatra itu berpindah alam tepat setelah 7 hari kematian Gatra. Dokter hewan berkata bahwa Pusay mengalami infeksi saluran nafas atas.

Begitu sayangnya Gatra pada Pusay sampai dia mengajaknya pergi meninggalkan dunia.

"Gue yang bener-bener hasil bibitnya aja gak pernah tuh digendong," lanjut Marva menenggak habis teh hijaunya.

"Huh." Marva membuang napas lelah, "udah malam, gue pulang dulu."

Marva berlalu dari halaman belakang rumah lama Gatra yang terdapat kuburan Pusay, langkahnya terhenti ketika melewati sebuah pintu bercat hitam dengan gantungan bunga mawar yang setiap bulannya diganti oleh Naya.

"Sebenarnya ada apa di dalam sana? Kenapa Bunda sama para Bodyguard gak mau ngasih kuncinya ke gue?" cetus Marva penasaran.

Terlanjur penasaran, Marva menaruh gelasnya di washtafel, setelah itu mencari benda yang sekiranya dapat membantunya untuk membuka pintu ruangan ini.

Cowok itu menemukan jepit rambut perempuan di kamar Gatra, Marva berpikir itu milik Naya. Dia bergegas mengutak-atik lubang pintu hitam itu menggunakan jepit rambut yang ia temukan.

Setelah bermenit-menit lamanya, akhirnya pintu itu berhasil terbuka. Dengan dada berdebar Marva mulai mendorong gagang pintunya, dia menahan napasnya ketika aroma mawar tercium kuat di dalam ruangan ini.

"Gak ada apa-apanya kok, ngapain dikunci segala sih?" dumel Marva setelah sepenuhnya masuk ke dalam, "kirain ada harta karun atau saham perusahaan."

Ketika hendak berbalik, nafas Marva dibuat tercekat kala ekor matanya menangkap meja besar di tengah ruangan yang tiba-tiba bergeser.

Marva menelan salivanya kasar, dia perlahan mendekati benda itu dan menyentuh permukaannya.

Dulu Gatra memang menyuruh pada Bodyguardnya untuk meng-evakuasi semua benda-benda favoritnya, tapi tidak dengan meja besar ini.

"Lo mau nakutin gue, jir? Gak mempan!" Marva berdecih.

Marva beralih ke sebuah dinding di mana yang permukaannya sedikit runtuh, sepertinya bekas tinjuan tangan.

"Apa yang mereka sembunyiin dari gue? Apa Jio juga sama gak tau soal ruangan ini?" gumamnya.

"Bodo ah! Mending tidur sama istri dari pada mecahin teka-teki beginian."

🍈🍈🍈

"Makasi lho udah repot-repot diantar ke sini." Vasya menggiring laki-laki itu keluar dari apartemen.

"Kalau anda butuh sesuatu, hubungi saja nomor saya." Laki-laki itu menyodorkan ponselnya, namun sebuah tangan dengan cepat merampasnya.

Vasya tertegun melihat Marva berdiri di depan pintu apartemen dengan wajah dinginnya, dia menatap laki-laki yang telah berjasa untuknya dengan tajam.

Different Marvasya [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang