Putar mulmed di atas, biar lebih ngena😁✌
Berbeda itu memang indah, perasaan ingin memilikinya yang membuat keindahan ini menjadi abu-abu.
Varasya Xiallena.
•
•
•Satu minggu sudah terlewat setelah ungkapan Vasya yang ingin berhenti bekerja sebagai pengasuh Marva, satu minggu itu pula Piu yang mengendalikan tubuh Marva. Piu harus menahan sakit ketika raga Marva memberontak, Piu hanya tidak ingin Marva menemukan kesedihan lainnya.
Hari ini Piu akan mengalah, sekarang raga Marva seutuhnya mengendalikan tubuhnya sendiri.
Laki-laki itu tidak sadar hal apa saja yang telah terjadi dalam satu minggu ini, yang Marva masih ingat adalah sifat judes Vasya sore itu dan mengatakan ingin keluar dari pekerjaannya."Kalau capek pulang aja sana, biar gue lari sendirian." ketus Marva pada Vasya yang berlari terengah-engah di sampingnya.
"Nggak kok." jawab Vasya seadanya.
Mereka nampak lucu, biasanya saja saling melempar candaan atau beradu mulut ringan. Tapi lihatlah sekarang, sikapnya seakan berbicara dengan orang yang tak mereka kenali.
Melihat Vasya yang nampaknya sangat kelelahan, Marva menghela napas dan memilih duduk di pinggir jalan. Vasya ikut duduk di sebelah Marva dengan jarak yang tidak dekat, pokoknya dia akan mengikuti saja apa yang majikannya lakukan.
"Baru lari sebentar aja udah ngos-ngosan, dasar cewek!" cibir Marva yang kemudian melenggang menuju warung terdekat.
Vasya mendengus, "sebentar dia bilang? Jarak rumah sampe jalan raya ini aja udah jauh."
"Tenang Vasya, seminggu lagi lo bakal bebas dari cowok nyebelin itu." lanjut Vasya menenangkan diri sendiri.
Marva kembali membawa dua botol air mineral dingin, dia menyodorkannya pada Vasya. Cewek itu memandang wajah Marva sebentar, terlihat dingin dan menyebalkan, jadi Vasya memilih menerimanya.
Duduk di tempat semula, Marva menenggak minuman dingin itu hingga habis setengah. Tangan Marva menyapu lehernya yang dibasahi keringat, menyugar rambutnya ke belakang dan menyiramkan sisa air mineralnya ke rambut hingga membasahi wajahnya.
Hal itu tak luput dari sepasang mata bulat milik Vasya, susah payah Vasya menelan ludahnya sendiri melihat Marva yang nampak, emm seksi.
"Apa lihat-lihat! Terpesona?" sentak Marva membuat Vasya tersadar dari lamunannya.
"Dih! Pede banget iuuhh." Vasya berlagak ingin muntah.
Bibir Marva memberenggut, dia meremas-remas botolnya yang sudah kosong dan dibanting ke dalam tong sampah mengagetkan kucing liar yang sedang tertidur di balik tong sampah itu.
"Ayok balik! lo mau sekolah kan, Kak?" tanya Vasya sedikit judes.
"Hem, tapi berangkat jam 8 karena ada rapat." Marva berjongkok, membenarkan tali sepatunya yang kendur.
"Kita lari dari langit masih gelap, sekarang udah ada matahari. Masa mau dilanjut lagi? Orang lain mah udah pada balik, Kak." gerutu Vasya yang sebenarnya tidak ingin terlalu lama panas-panasan, penyakitnya akan kambuh jika seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different Marvasya [COMPLETED]
Fiksi RemajaBagaimana mungkin aku dan dia akan menyatu, cara kami menyebut Sang Pencipta saja berbeda. (Marvael Arludra Grispara). Bicara tentang perbedaan, sebenarnya perbedaan itu indah, rasa ingin memiliki satu sama lain yang membuatnya terasa pedih. (Varasy...