DM 14 || RAPUH

4.9K 789 368
                                    

Salib dileher ku dengan tasbih ditangan mu itu bagaikan dua kutub yang saling bertolak belakang, tidak akan pernah bertemu apa lagi menyatu.

Varasya Xiallena.
_____


Waktu istirahat kali ini dimanfaatkan siswa-siswi Bangun Jaya dengan sebaik-baiknya, semuanya meninggalkan kelas masing-masing dan berlomba datang ke kantin.

Misya tersenyum melihat Levi datang dengan dua piring batagor dan dua minuman dingin, ia membantu temannya itu untuk meletakan makanannya diatas meja, sambal kacang dari batagor itu membuat air liur Misya hampir menetes.

"Batagornya Mang Karim emang paling dabes." Misya mulai mengaduk batagornya.

"Kenapa sih, kelihatan seneng banget hari ini?" tanya Levi sambil menyeruput minuman dingin miliknya.

Misya menjawab setelah menelan satu batagornya, "gue udah baikan sama Vasya, udah gue jelasin semua masalah kemaren."

Levi mengernyit, "masalah apa emang?"

Uhuk! Uhuk!

Levi panik melihat wajah Misya yang memerah, ia segera menenggakan minuman itu ke Misya. Levi hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Misya, tidak pernah kalem.

Misya menyengir lebar setelah meredakan acara keseleknya, rasa-rasanya tidak perlu Misya membicarakan masalah Marva yang menciumnya kemarin. Bisa-bisa berita ini gempar seantereo sekolah oleh grup lambe turah dimana Levi merupakan salah satu adminnya.

"Gak papa kok, cuma sedikit kesalah pahaman." ucap Misya yang diangguki Levi.

Mereka melanjutkan acara makannya dengan diselingi obrolan ringan, sebenarnya masih ada satu masalah yang membebani Misya, tentang hubungan Guntur dan Niken yang belum ia ketahui.

"Mi, kata Fahmi lo sama gue disuruh Bu Eri ke perpustakaan sekarang." seseorang datang dan berujar to the point pada Misya.

Misya memutar bola matanya malas, "bentar, gue habisin batagornya dulu."

"Sekarang, Misya." kesal Najib yang melihat Misya makan dengan lemah lembut, kalau seperti ini kapan kelarnya.

Najib yang mewarisi sifat ketidak sabaran Ikbal lantas menyuapkan satu batagor ke mulut Misya, gadis itu melotot sambil memegangi lehernya. Misya tidak bisa mengunyah makanan sebanyak ini, berbeda dengan Vasya yang makan cukup dengan waktu 4 sampai 5 menit.

"Lo mau bunuh temen gue, Jib?" Levi ikutan kesal, ia memberikan minum untuk Misya.

Melihat Misya kesulitan menelan batagornya membuat Najib prihatin, ia mengusap punggung Misya sampai gadis itu menelan makanannya.

"Gila! Berasa dicekik tanpa tangan." Misya mengibaskan tangannya didepan wajah.

"Maaf ya?" Najib berjongkok agar melihat wajah Misya, gadis itu hampir terpana oleh wajah imut Najib.

"Ayok, Mi! Sorry ya, Lev, kita tinggal." tanpa persetujuan dari Misya, Najib menggenggam lembut tangan Misya dan membawanya pergi dari sana.

Misya masih belum mencerna dengan baik kejadian ini, jemarinya masih berada dalam kungkungan tangan kekar Najib. Suasana menjadi awkward, mulut Misya yang biasanya tak berhenti mencibir Najib kini mendadak bungkam.

Different Marvasya [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang