DM 47 || SUICIDE

3.3K 770 1.4K
                                    

"Kenapa aku yang menerima cobaan ini?"
Karena kamu yang terhebat dan mampu melewati semuanya di antara manusia lain.


Seharusnya tidak ada lagi kata kehilangan di kamus hidup Marva, seharusnya tidak ada kata pisah yang Marva alami lagi, seharusnya ini waktunya dia memiliki tanpa ada yang merebut.

Semenjak kehilangan putranya dua hari yang lalu, cowok itu kembali menjadi Marva yang dulu. Pendiam, cuek, dan dingin.
Sungguh kehilangan adalah sesuatu yang berpengaruh buruk bagi putra bungsu Grispara ini.

"Kalau butuh sesuatu bilang! Apa gunanya gue di sini nemenin lo?" cetus Marva yang melihat Vasya berusaha menggapai gelas berisi air mineral di samping brankar.

Vasya tidak menggubris perkataan suaminya, dengan tangan yang masih terpasang selang infus, dia mencoba meraih gelas susah payah.

Pyarrr!

"Varasya Xiallena!" tekan Marva mulai geram dengan keras kepala Vasya.

"Apa, Marvael Arludra Grispara?" balas Vasya menatap Marva dengan mata yang memerah.

Marva mendengus, "jangan pernah naikin oktaf suara kalau lagi ngomong sama suami."

"Iya, gue memang bukan istri idaman, bukan perempuan lemah lembut, bahkan bukan Ibu yang baik karena udah ngehilangin anak kita kan?"

"Genta gugur bukan karena kesalahan lo, Sya." Marva memelankan suaranya.

"Semuanya salah gue, gue gak bisa jaga dia dengan benar! Gue kurang hati-hati, gue-."

Grep.

"Hiks." Isak tangisnya lolos ketika Marva mendekap tubuhnya erat.

Rasanya air mata Marva sudah kering akibat menangisi kematian Genta dua hari yang lalu, kini dia hanya mampu menenangkan Vasya tanpa bisa berbuat apa-apa untuk membalikkan takdir.

"Maaf," lirih Marva, "maaf karena gak bisa jagain Mimu sama dedek bayi, maaf ya sayang?"

"Lo marah kan hiks... sama gue?" Vasya menatap rahang tegas Marva dari bawah.

Cowok itu menggeleng pelan.

"Terus kenapa diemin gue, hah?" Vasya mengurai pelukannya, menunggu jawaban Marva.

Dengan sabar Marva mengusap air mata Vasya yang menggenang di pipi sambil berujar, "lo tau kan gue gak suka kehilangan?"

Vasya mengangguk lucu dengan bibir yang ditekuk ke bawah.

"Gue sedang mencoba menerima keadaan, biar Laskar maupun Piu gak muncul yang membuat keadaan tambah parah." Marva menjeda ucapannya, "tapi kayaknya Laskar udah berbuat sesuatu ke Niken."

Mendengar nama Niken membuat Vasya beringsut ketakutan, cewek jadi-jadian itu membuat Vasya trauma. Dia hanya takut, dua janinnya yang lain akan mengalami nasib yang sama seperti Genta gara-gara Niken.

"Gak perlu takut, ada gue." Marva tersenyum sambil menggenggam jemari Vasya, "gue juga udah bayar lima pengawal yang jaga di depan ruang rawat inap ini."

Marva mengusap perut Vasya yang tak sebesar waktu dia mengandung tiga janin, entah mengapa Marva merasa kejadian masa lalu yang dialami kedua orang tuanya terulang kembali menimpa dirinya dan Vasya.

Different Marvasya [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang