SEMUA NAMA TOKOH, TEMPAT, NEGARA, AGAMA, dan INSIDEN DALAM CERITA INI HANYA FIKSI.
•
•
•Tangan Vasya mencengkram kuat spray ketika merasakan sensasi di bawah sana, matanya merem melek sesekali melirik Marva yang sedang beraksi di bawah sana.
"Ah... sakit," rintih Vasya sambil menggigit bibir bawahnya.
"Tahan, bentar lagi juga enak," ucap Marva meyakinkan.
"Lebih ditekan lagi, Kak, ah.. iya gitu." Vasya mendongakkan kepala merasakan sakit dan nikmat secara bersamaan.
Marva mangap-mangap, tapi melihat air mata Vasya rasanya ia tidak tega untuk melanjutkan aktivitasnya.
"Mau berhenti aja, Ca?" Tawarnya menatap leher Vasya yang dibasahi keringat.
"Jangan! Lanjut aja, udah mulai enak nih, hmm terus Kak," gumam Vasya dengan bibir yang terbuka kecil.
"Waduh, mengsol anjir!" Celetuk Marva membuat Vasya membuka matanya lebar-lebar.
"Apa? Kaki gue mengsol? Wah lo nih pasti ngurutnya gak bener, Kak!" Marah Vasya membuat Marva tergelak.
Laki-laki itu asyik tertawa melihat wajah panik Vasya, ia bahkan meninju kasurnya beberapa kali untuk melampiaskan kesenangannya karena telah berhasil mengerjai istrinya itu.
Vasya mengubah posisinya menjadi duduk, ia menatap datar Marva yang tawanya belum juga reda. Gemas, Vasya mencubit kuat perut Marva kuat-kuat membuat laki-laki itu menghentikan tawanya.
"Aduh duh! Iya, iya ampun bos." Marva mengangkat kedua tangannya dengan bibir terkatup rapat.
Laki-laki itu mengerucutkan bibir setelah Vasya menjauhkan tangannya dari sana, dia membuka kausnya dan terlihat bekas kemerahan diperutnya. Gak maen-maen nih si unyil kalo nyubit.
Mulut Vasya menganga lebar melihat enam kotak diperut Marva, karena penasaran dia mendekatkan telunjuknya di sana dan betapa terkejutnya Vasya karena ternyata kotak-kotak itu sangat keras.
"Kak, lo nelan batu bata?" Tanya Vasya polos.
Marva berusaha tak menyemburkan tawanya mendengar pertanyaan itu atau nanti Ibu hamil ini akan merajuk lagi, pertama-tama Marva mengangkat dagu Vasya agar bibir cewek itu terkatup.
"Iya nih gue nelan batu bata, hebat kan?" Vasya mengangguk lucu membuat Marva gemas sendiri.
Marva mencium pipi bulat Vasya dan menggigitnya kecil, "duh gemes banget anak siapa sih niii uumumumumu."
Ya mereka telah tiba di Brazil beberapa jam yang lalu, kaki Vasya terkilir saat hendak turun dari jet pribadi sehingga tadi Marva berusaha mengurutnya. Orang kepercayaan Gavin membawa Marva dan Vasya ke hotel yang sudah dipesan oleh Gavin, pekerjaann Marva akan dimulai siang nanti.
"Udah mendingan kakinya?" Vasya mengangguk.
"Enak kan gue kalo mijit? Iya dong, gue mah multi talenta, nah nih piyik-piyik gue yang masih di dalam perut harus nerusin bakat gue," ucap Marva dengan bangganya.
Vasya memutar bola matanya malas, terserah saja cowok itu akan mengatakan apa. Dia beringsut turun dari ranjang sambil menyatukan rambutnya kemudian mencepolnya asal.
"Mau ke mana, Yang?" Manja Marva seakan tak ingin jauh dari Vasya.
"Mandi lah," ketus Vasya yang sedang membuka kopernya untuk menyiapkan baju ganti.
"Mau mandi juga," ceplos Marva menampilkan senyum jahil.
Vasya menatap Marva tajam, "apasih, mesum!" Kemudian segera masuk ke kamar mandi tak lupa mengunci pintunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different Marvasya [COMPLETED]
Teen FictionBagaimana mungkin aku dan dia akan menyatu, cara kami menyebut Sang Pencipta saja berbeda. (Marvael Arludra Grispara). Bicara tentang perbedaan, sebenarnya perbedaan itu indah, rasa ingin memiliki satu sama lain yang membuatnya terasa pedih. (Varasy...