Berdiri tanpa penyangga, roboh tidak ditopang. Aku.
Varasya Xiallena.
________
Tas ransel berwarna hijau pupus itu sudah dipenuhi oleh pakaian, gadis itu mengangkatnya dengan sekuat tenaga dan memakainya dibelakang punggung.
Hari ini ia menguncir rambutnya, high neck berwarna nude dan celana panjang hitam akan menemani keberangkatannya ke Bogor menemani sang majikan.Setelah memakai sendalnya, Vasya menghampiri ranjang kembarannya. Tersenyum, mengusap lembut kepala Misya yang masih tertidur kemudian keluar kamar untuk berpamitan pada Bigis.
"Pak, aku berangkat kerja dulu." Vasya berbicara menggunakan nada pelan.
Bigis yang sedang asyik menonton tayangan sepak bola di televisi mengalihkan atensi ke putrinya, matanya menelisik penampilan Vasya dari atas sampai bawah.
"Kerja apa kamu berangkat pagi buta begini? Oh, Bapak gak salah duga ternyata. Jadi jalang ya kamu?"
Jleb!
Perkataan Bigis memang tidak bisa ditolerir untuk mengoyak hati Vasya, gadis itu hanya tersenyum getir dan melangkah untuk mencium punggung tangan Bigis.
Tidak semudah itu bagi Vasya untuk sekedar mencium punggung tangan Ayah kandungnya sendiri, Bigis malah melayangkan tempelengan didahi Vasya dan menyuruhnya agar segera pergi.
Dengan setetes air mata yang jatuh dari mata sebelah kiri, Vasya mulai menggayuh sepeda dengan kecepatan tinggi agar segera sampai ke rumah Naya. Ia tidak ingin berangkat telat dan berakhir dipecat. Padahal hari ini matahari saja belum bangun dan muncul ke permukaan.
Tahukah kamu jika menangis dan air mata yang jatuh dari mata sebelah kiri terlebih dahulu, itu tandanya kamu benar-benar tersakiti dan sedang berada didalam kesedihan yang teramat pilu.
Jarak perumahan Agrawijaya dan rumah Vasya yang berada di gang kecil memang tidak terlalu jauh, itu sebabnya Vasya bisa cepat sampai walau hanya menunggang sepeda.
"Makasih, Pak." ucapnya tersenyum lebar pada Deri yang telah membukakan pintu gerbang.
Pagi-pagi begini Vasya sudah harus mikir, apakah ke empat Bodyguard Naya itu menjaga rumah 24 jam non stop? Mereka bahkan tidak nampak kelelahan walau berdiri tegap selalu.
Setelah mengamankan sepedanya, Vasya mengetok pintu utama dengan napas terengah-engah. Percayalah, menggoes sepeda dari gerbang menuju pintu utama saja membutuhkan waktu 7 menit.
"Silahkan masuk, Neng. Ikut Bibi aja ke belakang, nanti Bibi buatin minum untuk Neng Misya." Bi Sumi dengan wajah freshnya menyambut Vasya.
Aku Vasya, Bi. Bukan Misya.
Gadis itu tersenyum kemudian mengekori Bi Sumi ke belakang setelah meletakkan ranselnya disamping meja yang ada di ruang tamu.
"Hemm, wangi apa nih?" Vasya menghampiri Naya yang sedang berkutat dengan alat masaknya.
Ya, sama seperti Gatra. Anak-anaknya itu tidak mau makan kalau bukan Naya yang masak.
"Eh Misya, kok pagi-pagi udah nyampe aja?" Naya melirik Vasya sekilas lalu kembali sibuk menaburi bumbu ke dalam wajan untuk membuat mi goreng home made lauk sarapan nanti.
![](https://img.wattpad.com/cover/244290906-288-k480355.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Different Marvasya [COMPLETED]
Fiksi RemajaBagaimana mungkin aku dan dia akan menyatu, cara kami menyebut Sang Pencipta saja berbeda. (Marvael Arludra Grispara). Bicara tentang perbedaan, sebenarnya perbedaan itu indah, rasa ingin memiliki satu sama lain yang membuatnya terasa pedih. (Varasy...