Pada hakikatnya, seorang laki-laki harus melakukan suatu tindakan yang menggambarkan perasaannya, bukan cuma bualan semata.
Calon Papa muda--Marva.
•
•
•"Gimana keadaan anak kita sayang?"
Vasya membeku ditempatnya, tangan kekar Marva kini sedang mengusap perut datarnya yang terbalut sweater membuat Vasya bergetar sampai tak terasa air matanya jatuh.
"Kak?"
"Hm?" gumam Marva menatap mata Vasya, "ayok ikut, gue jelasin semuanya."
Marva membawa Vasya ke mobilnya dan melajukannya menuju sebuah apartemen, setelah berbincang cukup lama dengan wanita berjas rapi kini Marva mengajaknya menuju lantai delapan.
"Gue beliin apartemen ini buat kita, kalo gue bawa lo ke rumah yang kemaren takut Bunda atau Bodyguard yang lain tiba-tiba dateng." Marva tersenyum, menarik lembut tangan Vasya ke dalam ruangan yang akan menjadi tempat tinggal barunya.
Dalam diam Vasya berdecak kagum, sebut saja ini sebuah penthouse karena bangunannya yang mewah dan megah. Banyak tiang-tiang tinggi yang menopang atap serta cat silver yang dominan membuat ruangan terlihat semakin elegan.
"Suka?" tanya Marva yang tanpa sadar diangguki Vasya.
Apartemen ini masih sangat kosong, lihat saja dalam sehari Marva akan memenuhi setiap sudutnya dengan berbagai macam alat rumah tangga.
"Duduk, Ibu hamil gak boleh kelamaan berdiri." Marva mendudukkan Vasya di sofa panjang yang tersedia.
Sebelum berbicara, Marva menyalakan pendingin ruangan terlebih dahulu agar dirinya semakin rileks. Ia tidak ingin membuat Vasya ketakutan lagi dengan munculnya Laskar nanti.
Marva menggenggam tangan Vasya, "sebelumnya gue mau minta maaf karena membuat lo hamil di luar nikah, dan lo pasti ngira gue pura-pura lupa atas kejadian itu. Tapi percayalah, bukan gue yang ngelakuin itu, Sya."
"Maksud Kakak?" kening Vasya berkerut.
"Sebenarnya ini rahasia keluarga." Marva menghembuskan napas, "tapi gue perlu jelasin semuanya biar lo gak salah paham. Sya, gue mengidap penyakit DID atau kepribadian ganda."
"Ada dua kepribadian di dalam tubuh gue, namanya Piu, dia seorang anak laki-laki berusia 8 tahun yang selalu menggantikan posisi gue saat sedih."
"Yang satunya lagi namanya Laskar, dia laki-laki yang kejam, gak segan-segan nyakiti orang di sekitarnya. Bahkan dia sempet nusuk Bunda kata dokter Karys. Dan di malam pesta ulang tahun gue, Laskar yang ngendaliin tubuh gue dan melakukan 'itu' ke lo, Sya. Gue minta maaf." Mata biru Marva terlihat sayu.
Air mata sudah membanjiri pipi Vasya sejak tadi, dia menutup mulutnya menggunakan tangan yang bebas dari genggaman Marva. Hatinya sangat sakit apabila mengingat kejadian itu.
"Kenapa lo tau semuanya? Bukannya lo bakal lupa semua kejadian kalo suatu kepribadian menguasai diri lo, Kak?" tanya Vasya dengan mata sembabnya.
"Dokter Karys yang ceritain semuanya, dia denger pembicaraan lo sama Misya di rumah sakit. Lo ingat dia kan?"
Vasya menarik tangannya dari genggaman Marva, dia menutup wajahnya dan kembali menangis, semuanya sangat rumit dan terjadi di luar pikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different Marvasya [COMPLETED]
Fiksi RemajaBagaimana mungkin aku dan dia akan menyatu, cara kami menyebut Sang Pencipta saja berbeda. (Marvael Arludra Grispara). Bicara tentang perbedaan, sebenarnya perbedaan itu indah, rasa ingin memiliki satu sama lain yang membuatnya terasa pedih. (Varasy...