Heloo jumpa lagiii😀
Mau minta vote dan komennya dulu dong☺
-
-
-Akibat bermain tanpa didampingi orang tua, si kembar cilik Grispara jadi menumpahkan semua mainannya dari box.
Pradipta sudah menemukan mainannya yaitu barbie, eh salah maksudnya robot yang dapat mengeluarkan sinar laser bohongan.
Sementara Nadinta masih sibuk mengubek semua mainan yang tercecer di lantai, hingga mata bulatnya berbinar ketika menemukan bola bekel berwarna merah.
Tak!
"Aduh!" Pradipta mengaduh merasa jidatnya tertimpuk sesuatu.
Nadinta menutup mulutnya sendiri dan berjalan kecil menghampiri kembarannya, "sakit ya, Bang?"
"Ya cakit lah, kenapa Tata timpuk Abang pake bola itu?" kesal Pradipta menatap garang adiknya dengan mata berkaca-kaca.
"Ih, kan Tata cuma mau ngecek bola itu masih bisa mantul atau enggak." Nadinta bersedekap dada lucu.
"Kan bica mantulin-na ke lantai."
"Tapi jidat Bang Didip lebih mulus dakhi lantai, siapa tau mantulnya makin kencang." Nadinta terus saja menyahut.
Tak tega melihat wajah memelas sang Abang, bocah cilik dengan rambut dikuncir dua itu memegangi kepala Pradipta kemudian mendaratkan bibirnya dibekas kemerahan yang terkena timpuk bola darinya.
"Maaf ya... pasti langsung sembuh deh kalau dicium Tata, iya kan?" Nadinta memiringkan kepala sambil mengedipkan matanya beberapa kali.
Pradipta mengangguk lugu hanya untuk menyenangkan hati adiknya.
"Tapi bolan-na hilang." Nadinta celingak-celinguk mencari bola yang memantul jauh.
"Tata au main bola?" tanya Pradipta yang diangguki bocah jahil itu.
Pradipta meletakkan robotnya kemudian menggandeng tangan kecil Nadinta, mengajaknya berjalan untuk mencari keberadaan bola merah itu.
"Tutututuh bola-na!" seru Nadinta girang sambil menunjuk-nunjuk keberadaan bola merah dibawah meja ruang tamu.
"Bial Bang Didip yang ambil." Pradipta menyingsing lengan layaknya lelaki gentle.
"Gak usah, biakh Tata aja. Lagian gak tekhlalu kedalem kok."
Pradipta menghela napas, "jangan yaa, nanti ada kewoca tau."
"Bukan kewoca, Abang. Tapi kecoa." Nadinta membenarkan.
"Ooo, kecoa ya?" Pradipta menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"He em, ya udah, Bang Didip ti-titi ya," kata Nadinta sambil mengelus rambut Pradipta.
(Ti-titi ala Nadinta = hati-hati).
Pradipta hanya memanggut, dia mengubah posisinya menjadi tengkurap lalu mulai merangkak pelan-pelan masuk ke kolong meja.
"YA TUHAN!"
Dug.
"Akh! Huaaa."
"Yahhh... Mimu sih ngagetin, jadi Bang Didip-na kejedot agi deh." Bibir Nadinta manyun beberapa senti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different Marvasya [COMPLETED]
Ficção AdolescenteBagaimana mungkin aku dan dia akan menyatu, cara kami menyebut Sang Pencipta saja berbeda. (Marvael Arludra Grispara). Bicara tentang perbedaan, sebenarnya perbedaan itu indah, rasa ingin memiliki satu sama lain yang membuatnya terasa pedih. (Varasy...