DM 20 || RUMIT

5K 785 403
                                    

"Duhai senangnya pengantin baru, tetoet tetet toet." Wildan dan Ikbal bersenandung keras dan menari-nari di atas panggung pernikahan Juna dan Ani.

Juna menutup wajahnya menggunakan buket bunga milik Ani, padahal semua tamu undangan terhibur dengan nyanyian tidak karuan dari Wildan dan Ikbal.

"Loh, Juna?" heboh Ani memegang dada sebelah kiri Juna dengan tampang serius membuat Juna panik.

"Kenapa?" tanya Juna ikut memegangi dadanya sendiri.

"Tulang rusuk kamu hilang dua, Jun. Karena ada di aku, maaf ya." Ani terkikik geli setelah mengatakan itu.

Juna membuang napas kasar, ia menyentil kening istrinya pelan dan ikut tertawa. Ani sama sekali tidak berubah, ia masih menjadi Ratu gombal tingkat atas dari sekian perempuan yang Juna kenal.

"Jangan digodain terus, An. Ntar hidungnya si Juna jatuh." kelakar Dena yang mulai menaiki panggung kecil pelaminan mereka diikuti Naya dan Carla.

"Gue gak tau, ntar malem siapa yang akan mulai duluan." celetuk Naya yang tertular otak mesum Gatra.

"Ani kasihan banget ya, masa jodohnya sama Juna." Carla mengusap bahu Ani prihatin, wajahnya sangat polos.

Juna mendelik, "sekata-kata lo! Lo sama Ikbal tuh kasihan sama-sama berjodoh, gak ada yang memperbaiki keturunan kapasitas otaknya."

Carla yang tidak mengerti ucapan Juna hanya menyengir lebar dengan menggaruk kepalanya yang memang gatal, ia dadah-dadah heboh pada Ikbal yang masih asyik bernyanyi di panggung bersama Wildan, sepertinya tukang musik semakin tertekan.

Emak-emak dan Bapak-bapak masih sibuk dengan urusannya sendiri, mereka tidak peduli pada anak mereka yang dititipkan pada Marva, Vasya, dan Jio.

"Baby Zui coba melet, mana lidahnya Kak Ava pengen lihat." Marva mencubit gemas pipi Zui--Putra Dena yang duduk di pangkuan Vasya.

Bayi kecil itu tersenyum lebar mendengarnya, ia sering mendengar kata melet dari Dena dan tahu cara melakukannya. Zui memamerkan lidahnya pada Marva dengan wajah yang sangat imut.

Dengan jahilnya Marva menempelkan lemon yang sudah dipotong ke lidah Zui membuat bayi laki-laki itu menampilkan raut wajah menggemaskan dengan sebelah mata yang terpejam membuat Marva tertawa keras.

"Kak Marva, usil banget sih!" geram Vasya yang segera memberi minum untuk Zui, untung saja mereka duduk dengan jarak jauh dari para orang tua.

"Biarin wleee." Marva menjulurkan lidah.

"Ava akal!" Zui mengudarakan tangan mungilnya mencoba menggeplak wajah menyebalkan Marva.

Marva melotot tajam, "apaan tuh akal? Belum bisa ngomong aja udah gaya lu, siapa yang ngajarin?"

"Papa." jawab Zui kecil dengan bibir yang ditekuk ke bawah dan wajah yang mulai memerah.

Vasya mencubit keras paha Marva dan memilih berdiri membawa Zui menjauhi Marva, jangan biarkan anak kecil berada di dekat Marva, laki-laki kalau sudah merasa gemas sangat meresahkan.

"Va, Oma sama Opah nanti sore mau ke rumah lho." ujar Jio yang duduk di samping Marva dengan Mey yang tertidur pulas dipangkuannya.

Mata Marva berbinar seketika, "mereka mau ke sini? Nginep?"

Jio mengangguk yang membuat Marva bersorak heboh sampai menarik perhatian orang-orang.
Karena kelewat senang, Marva sampai memeluk Jio erat-erat membuat sesuatu dalam diri Jio menghangat, ia sangat rindu pelukan dari Marva.

"Ava seneng banget, A." pekik Marva tanpa sadar memanggil Jio dengan sebutan Aa.

Cowok bermanik hazel itu terdiam kaku, dengan ragu ia mengangkat tangan hendak menyentuh punggung Marva, tapi belum sempat mendarat, Marva malah buru-buru berdiri kembali memamerkan ekspresi kesal yang biasa Jio lihat setiap hari.

Different Marvasya [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang