DM 38 || TERADUK-ADUK LE

3.6K 785 822
                                    

Jauh, satu kata yang paling aku benci.

Aa Jio unyu-unyu.


"Hidupnya tidak akan bertahan lama lagi, dia masih bisa hidup untuk 10 bulan ke depan karena fungsi hatinya semakin melemah. Kankernya sudah masuk ke stadium akhir."

Penjelasan dokter dengan bahasa asingnya itu membuat bahu Marva merosot. Karena bahagia, Marva jadi lupa bahwa Vasya memiliki penyakit kanker hati sejak kecil.

"Lakukan operasinya sekarang bisa?" Tanya Marva menatap dokter perempuan itu penuh harap.

"Tidak, Tuan. Keadaan pasien sangat lemah, dan dia sedang mengandung. Kami tidak bisa melakukan operasinya saat ini karena akan berdampak negatif pada Ibu dan janinnya," jelas sang dokter.

Dahi Marva berkerut, "anda tau dia sedang mengandung?"

"Tentu, kami selalu memeriksa keseluruhan keadaan pasien sebelum memberikan dosis obat padanya."

Gak heran dokter sekolahnya mahal, otaknya encer semua, gumam Marva dalam hati.

"Saya minta tolong, jangan sampai berita dia hamil sampai ke telinga pengawal saya ya, dok?" Pinta Marva. Dokter itu mengernyit namun selanjutnya mengangguk dengan senyuman.

"Terimakasih, saya permisi." Marva menunduk meninggalkan ruangan dokter yang menangani Vasya.

Ponsel disakunya berdering, Marva tersenyum melihat nama Ratu Grispara tertera dilayar ponselnya.

"Waalaikumsalam." Marva menjawab salam Naya disebrang sana.

"Gimana keadaan Vasya? Dia baik-baik aja kan?"

"Baik kok, Bunda jangan cemas ya? Kita semua di sini baik-baik aja. Harusnya hari ini pulang, tapi Vasya harus dirawat sehari lagi, Bun." Marva menggigit bibir dalamnya karena berbohong pada Naya tentang penyakit Vasya.

"Gak papa sayang, nanti Bunda urus sekolah kamu."

"Makasih hihi, cantik udah makan?"

"Udah kok, Ava sendiri? Di sana pasti masih malam ya? Pake jaket ya, jangan sampe kamu jatuh sakit."

"Iya ratu-ku, jadi kangen hueee." Marva pura-pura menangis membuat Naya terkekeh.

"Udah ah! Bunda jadi tambah kangen kalo dengar suara kamu, kabarin Bunda terus ya? Kamu istirahat sana, wassalamu'alaikum ganteng."

"Waalaikumsalam." Marva tersenyum menatap layar ponselnya yang kini berganti menjadi walpaper foto dirinya bersama Naya dengan pigura besar berisi wajah Gatra di belakangnya.

Memasuki ruang rawat istrinya, Marva disuguhkan pemandangan Vasya yang berdiri membelakanginya sedang menatap bulan di luar jendela.

Grep!

Vasya terjingkat dengan tangan yang melingkari perutnya secara tiba-tiba dari belakang.
Dia melepaskan pelukan Marva dan berbalik menatap laki-laki itu dengan mata berkaca-kaca.

"Ke mana aja?" Tanyanya datar.

"Keluar sebentar-."

Different Marvasya [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang