13. KECURIGAAN

2.4K 159 0
                                    

Hari ini hari terakhir dimana UN kelas 12 dilaksanakan, otomatis hari ini Lea masih libur sekolah.

Lea memutuskan untuk dirumah saja sambil menonton kpop idol kesukaannya karena sendari kemarin dia sudah sering jalan dengan Draka.

Hari-hari Lea bertambah bahagia sejak Draka kembali ya walaupun perasaannya sudah mulai hilang ia tak menampik bahwa masih ada rasa sayang sebagai seorang sahabat.

.

.

.

.

Selesai UN , seperti biasanya Elang dan ketiga sahabatnya tidak langsung pulang melainkan ke markas terlebih dahulu.

"Kenapa akhir-akhir ini Draka ga bikin masalah ya?" Satria memulai pembicaraannya.

"Gue kira gue doang yang ngerasa gitu." Timpal Yosi

"Lagi sibuk kangen-kangenan sama Lea kali." Celetuk Kevin

"Ogeb. kaya Draka ga ada anak buah aja. Biarpun Draka sibuk sama Lea anak buahnya kan pada free. Pasti dia lagi susun sesuatu buat kita." Ucap Yosi tegas.

"Bener juga. Gue semakin curiga. Apa kita tolak aja." Kata Satria

"Ga." Ucap Elang singkat.

"Lo mau bikin dia merasa menang apa ?" Ucap Kevin juga tidak menyetujui ucapan Satria

"Bukan masalah itu bro. Ini taruhannya nyawa atau entah yang lain. Draka itu licik dia pasti udah susun ini dari lama." Jelas Satria.

"Gue bakal terima konsekwensinya. Kalo gue menang, ini yang terakhir kali gue balapan sama Draka." Jelas Elang. Walaupun kalimatnya panjang tetap saja dengan nada datar dan dinginnya.

Ketiga sahabatnya akhirnyapun menuruti kemauan Elang. Karena selama ini Elang selalu tepat sasaran, apa yang dia pikirkan akan sama dengan apa yang terjadi selanjutnya.

"Gue tahu bakal ada jebakan yang ditujukan buat kita. Khususnya gue. Tapi gue ga bakal biarin Draka seenaknya dengan kita." Ucap Elang lagi tegas.

"Gue ga mau saat gue kasih jabatan ketua gue, gue ninggalin masalah buat ketua yang baru. Gue mau masalah dengan Glova clear." Jelas Elang lagi

Memang Elang adalah sosok yang dingin tapi dia selalu peduli dengan orang di sekitarnya. Yang orang tahu Elang adalah sosok yang dingin, bengis dan tangguh tanpa tahu apakah dia sebenarnya benar-benar tangguh atau hanya sebatas topeng belaka. Hanya Elang dan Tuhan yang tahu.

Ting.

Notif hp Elang berbunyi. Dilihatnya nama yang tertera di layar. Dahi Elang berkerut saat nama mamanyalah yang tertera.

"Gue cabut." Ucap Elang dingin.

"Kemana?"

"Pulang."

"Tumben. Ga keapart?" Elang menggeleng

Selama ini Elang lebih sering diapartementnya. Karena lebih dekat dengan sekolahnya. Tapi dia akan pulang sesekali kerumahnya untuk mengunjungi mamanya.

"Bokap balik. Gue duluan" ucap Elang.

Elang melangkahkan kakinya tanpa mendengar jawaban sahabatnya terlebih dahulu.

"Gue duluan." Pamitnya pada anggota Ambaraka yang berkumpul di luar

"Ya bang" jawab mereka serempak.

Elang mengendarai motornya menuju kerumah. Elang memang lebih menyukai menggunakan motor jika kesekolah, alasannya klasik ia tidak ingin terkena macet. Jika dia mengunakan motor ia dapat menyelip ke arah yang kosong.

Sampai dirumah dia langsung mencari mamanya.

"Ma " Panggilnya lembut.

Elang memang lembut kepada orang yang dia sayangi. Apalagi kepada mamanya yang selama ini selalu pengertian kepadanya.

"Iya sayang. Maaf ya, mama ganggu kamu sama temen kamu main ya? Itu papa nyariin kamu." Jelas mamanya.

"Papa dimana ma ?"

"Ruang kerja sayang. Cepet kamu samperin dulu." Titah mamanya.

Elang mengangguk  tapi kakinya sudah melangkah ke arah ruang kerja papanya .

Tok... Tok... Tok...
Elang mengetuk pintu ruang kerja papanya.

"Elang masuk pa." Pamitnya.

Ceklek.

"Baru pulang El ?" Tanya papanya.

"Iya pa. Tadi ngumpul sama Kevin dan yang lain dulu." Jujurnya.

Papanya mengangguk. Ia selalu menghargai kejujuran anaknya. Lebih baik anaknya jujur daripada bersembunyi -sembunyi di belakangnya. Ia tak pernah terlalu membatasi keinginan Elang selagi itu bisa di toleransi.

"Gimana UNnya ? Kamu siapkan harus ke Jerman setelah ini?" Tanya papanya.

"Elang ga ada pilihan." Ucap Elang santai. Tapi didalamnya tersirat bahwa dia tidak bisa memilih apapun karena pilihannya hanya ada satu yaitu berangkat.

"Baik. Sangat baik. Papa bangga sama kamu. Kamu tau kan papa cuman punya kamu jadi mau tidak mau kamu yang akan jadi pewaris semua perusahaan papa. Papa ga selamanya muda giliran kamu yang meneruskan semuanya. Maafin papa harus memberikan beban ini pada kamu." Ucap papanya sendu.

Sebenarnya papanya tidak ingin anaknya seperti dirinya yang terus saja bekerja tapi keadaan yang memaksanya berjalan seperti itu.

"I'm fine. No problem." Ucap Elang.

"Elang ke kamar dulu pa."

Papa Elang menatap sendu punggung anaknya itu.

'Papa tahu kamu belum siap El. Maafin papa.' Batin Papa Elang.

Elang menaiki satu persatu anak tangga. Ia membuka pintu kamarnya dàn menutupnya asal. Elang merebahkan diri di kasur king sizenya. Elang menatap langit-langit kamarnya.

"Gue ga punya pilihan. Gue harus terima keadaan gue yang kaya gini. Gue yakin gue pasti bisa walaupun gue tahu ini berat." Gumamnya masih menatap langit-langit kamarnya

Pikiran Elang sangat lelah ,karena ia harus memikirkan masalahnya dengan Draka dan ditambah memikirkan kepergiannya untuk kuliah di Jerman.

"Tuhan, kenapa banyak banget cobaan yang kau berikan." Gumam Elang lagi

"Ga tau gue kuat atau ga kalo terus di kasih beban pikiran kek gini terus." Gerutunya pada dirinya sendiri.

Elang memilih memejamkan matanya untuk mengistirahatkan badan dan pikirannya.

'Kamu pasti kuat nak' Batin mamanya sendu.

Sendari tadi mamanya mendengar apa yang dikatakan anaknya. Ia melihat dari balik pintu kamar Elang yang sedikit terbuka.

Mamanya menitikan air matanya. Ia menutup mulutnya sendiri agar tak ada yang mendengar isakannya.
Mama Elang merasa semua tidak adil untuk Elang. Karena ia tahu sendari dulu yang diinginkan Elang adalah menjadi pilot. Mamanya mengingat setiap detail raut bahagia Elang saat bercerita betapa bahagianya dia saat menjadi pilot suatu hari nanti.

Tapi dewi fortuna sama sekali tak memihak ke anak kesayangannya itu. Ia harus meneruskan perusahaan papanya. Persaingan bisnis yang ketat , musuh dimana-mana, persaingan bisnis itu memang kejam. Saat kita di atas banyak yang iri dan ingin menjatuhkan. Tapi saat dibawah menjadi bahan olok-olokan dan ditertawakan.

.

.

.

.

Tbc.
Jangan lupa voment
Maaf jika ada typo
Tq.

ABOUT AFTER DARKNESS : Takdir Cinta  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang