Didepan pintu apart Elang menarik nafas dalam-dalam. Ia sangat gugup. Akankan Lea mengetahui jika dia berbohong ? Ia tak pernah setakut ini pada seseorang. Mengapa dengan istrinya dia berbeda? Dengan setengah keberanian Elang masuk ke apartnya.
"Assalamualaikum sayang." Ucap Elang sedikit keras.
"Waalaikumusalam kak El." Jawab Lea segera keluar dari kamarnya. Elang kini sedang sport jantung, akankah Lea tahu, tak semudah itu menyembunyikan sesuatu dari Lea.
Dari kejauhan Lea telah melihat raut wajah tegang dari suaminya. Entah apa yang salah ia belum mengetahuinya. Ia berjalan mendekati Elang. Tapi tepat di depan Elang ia tahu bahwa benar ada yang salah dengan suaminya. Lea menatap intens suaminya, sementara Elang sudah ketar ketir ditatap seperti itu oleh istrinya.
Lea lalu melipat tangannya didepan dadanya dan melihat Elang. Bahkan Elang masih berdiri di depan pintupun Lea tak peduli. Kini waktunya membuat suaminya tahu mana yang benar dan mana yang salah.
"Ada penjelasan?" Tanya Lea datar.
"Aku... Kakak... Ehmm... Itu... Anu..." Elang terbata-bata ia tak tahu harus berbicara apa, entahlah mau membuat alasanpun ia tak mampu.
"Itu apa , kakak kenapa , anu apa ?" Tanya Lea persis seorang ibu yang mengintrogasi anaknya yang telah melakukan kesalahan.
"Itu... Anu.... Itu. Maafin kakak." Elang menunduk, saat ini ia benar-benar sudah tak memiliki kesempatan mengelak ataupun membuat kesalahan. Leader Ambaraka benar-benar sudah di takhlukkan oleh istrinya.
Lea menghembuskan nafas pelan. Ia harus menenangkan emosinya. Ia tahu suaminya salah tapi bukan berarti ia akan menghujaninya dengan omelan, yang terpenting ia harus merubahnya dikit demi sedikit perilaku suaminya itu.
"Kak , jangan diulangi, Ini yang terakhir, baik. Kalau kakak ulangi lebih baik kakak jangan pulang. Ale ga suka lihat kakak gitu " Ucap Lea, sedangkan Elang mengangguk patuh.
"Kakak udah makan?" Tanya Lea lembut, Elang menggeleng lemah. Ia sangat kelaparan ia belum makan kecuali waktu sarapan dengan Lea. Di markas ia habiskan untuk menegak alkohol dan tidur. Melihat jawaban suaminya Lea mengandeng tangan Elang menuju meja makan.
"Ayo." Ajak Lea. Elang hanya menurut saja. Lea menyuruh Elang duduk di meja makan sementara Lea mengambilkan piring untuk Elang. Setelah kembali dengan piring ditangannya Lea lalu mengambilkan Elang makan.
"Mau makan sendiri atau Ale suapin?" Ucap Lea memecah ketegangan pada diri Elang. Lea sangat tahu bahwa suaminya masih tegang.
"Suapin." Ucap Elang. Lea menanggapi dengan senyuman . Lalu ia duduk di sebelah suaminya. Lea mulai menyuapkan satu persatu nasi kedalam mulut Elang, sementara Elang sangat menikmati masakan yang dimasak oleh istrinya, dan itu selalu enak. Selesai menyuapi Elang , Lea bangkit dan mencuci piringnya lalu kembali ketempat Elang berada.
***
Selesai shalat isya, kini mereka sudah berada di sofa depan tv, mereka memilih duduk di karpet daripada di sofa, menurutnya duduk di karpet lebih nyaman dan mereka bisa bergerak bebas karena luas.
Lea duduk didepan Elang. Setelah kejadian saat Elang pulang tadi, Elang begitu manja kepada Lea seperti saat ini. Elang memeluk Lea dari belakang dengan kepala yang ia susupkan di ceruk leher Lea.
"Kakak kenapa sih?" Tanya Lea heran. Elang hanya menggeleng sebagai jawaban atas pertanyaan Lea.
"Jujur ih, kakak bilang kalo ada yang dipikirin." Ucap Lea. Seketika Elang menegakkan tubuhnya tapi tangannya tetap melingkar di perut istrinya.
"Jujur kakak takut." Jawab Elang pelan dan kata-katanya mengandung beribu kerumitan untuknya.
"Takut apa kak?" Lea mendongakkan kepalanya ingin menatap Elang tapi yang dilihatnya hanya rahang tegas suaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABOUT AFTER DARKNESS : Takdir Cinta (END)
Roman pour Adolescents𝙅𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙡𝙪𝙥𝙖 𝙛𝙤𝙡𝙡𝙤𝙬 𝙙𝙪𝙡𝙪 𝙜𝙪𝙮𝙨 ! Dia ALLEA KANIA FAJIRA seorang gadis barbar , periang , pemberani dan supel. Yang sehari-hari dipanggil Ale. Berubah seketika saat sesuatu yang tak pernah terbayangkan terjadi menimpanya. Ia mem...