51.

2.6K 138 0
                                    

8 bulan kemudian.

Hari-hari Lea ditemani oleh ke-overprotective-an Elang. Lea yang tak boleh ini tak boleh itu, tak boleh kesana tak boleh kesini, entah tak boleh makan ini ataupun makan itu, tapi Lea selalu sabar menghadapi sikap suaminya itu. Ia menyadari semua yang dilakukan demi kebaikannya dan calon buah hatinya.

Selama ini Elang juga menjadi suami yang siaga. Ia rela bangun malam hari demi memenuhi keinginannya. Lea sangat bersyukur walaupun Elang adalah leader yang bengis tapi ia juga suami yang baik.

Sedangkan rencana Draka yang akan mempermainkan emosi Lea sama sekali tak pernah terlaksanakan. Setiap hari Lea melewati hari dengan damai. Terkadang jika hari libur Zahra dan Abel akan menemaninya seharian.

Akhir-akhir ini Elang dan Allea dibuat cemas karena sebentar lagi Lea akan melahirkan. Pasalnya kini usia kandungan Lea sudah 9 bulan lebih beberapa hari. Apalagi saat malam hari Lea akan kesulitan tidur dengan perut yang sudah membesar.

"Kalau kakak dirumah aja gimana?" Tawar Elang . Entah kenapa hari ini ia sangat malas pergi ke kantor.

"Mana ada CEO kaya gitu. Ga.Profesional." Lea menekankan kata ga profesionalnya. Ya, tepat sebulan lalu Elang telah mengantikan papanya menjadi CEO. Otak jenius Elang mampu membuatnya menyerap pelajarannya dengan cepat sehingga ia sudah dapat mengantikan papanya.

"Tapi kakak hari ini ga pingin ke kantor." Rengek Elang.

"Anaknya mau lahir lo kalau bapak Elang lupa. Butuh banyak uang." Ucap Lea.

"Tapi kakak kan udah punya uang." Ucap Elang.

"Sombong ya pak." Cibir Lea membuat Elang terkekeh. "Sana pergi kekantor." Titah Lea.

"Ya udah.Kakak berangkat ya sayang. Hati-hati dirumah, kalau ada apa-apa langsung telepon kakak." Pesan Elang. Sejujurnya ia setengah hati untuk berangkat ke kantor hari ini. Jika bukan Lea yang meminta ia lebih memilih rebahan di ranjangnya.

"Iya kak."

"Bibi, nanti kalau ada apa-apa langsung telepon Elang ya. Kalau Elang ga angkat-angkat langsung telepon bunda Lina atau mama Novi ya." Pesan Elang pada bi Suti. Setiap hari Elang akan memesan hal yang sama pada bi Suti dan istrinya, hingga membuat Allea memutar bola matanya malas. Lea bahkan sampai hafal diluar kepala kata-kata suaminya itu.

"Iya mas Elang. Nanti kalo terjadi sesuatu bibi langsung hubungin mas Elang." Jawab bi Suti.

"Makasih ya bi."

"Iya mas."

Elang segera berlutut di bawah istrinya , ia mensejajarkan wajahnya tepat di hadapan calon anaknya berada. Elang selalu melakukan rutinitas paginya sebelum berangkat ke kantor yaitu mencium perut istrinya untuk menyapa calon buah hatinya.

"Daddy berangkat ya sayang." Ucap Elang kepada calon buah hatinya dibalas tendangan oleh anaknya.

"Ouhh." Ringis Lea.

"Tendangnya jangan keras-keras sayang, kasihan tuh mommynya." Ucap Elang seakan sedang berbicara dengan anaknya.

"Udah sana kakak berangkat." Ucap Lea.

"Iya-iya kakak berangkat. Lihat nak mommy mu sudah mengusir daddy." Ucap Elang mengadu keanaknya. Sementara Lea dan bi Suti terkekeh.

Lea mengantarkan suaminya kedepan. Elang melambaikan tangannya saat meninggalkan halamannya. Lea berniat masuk kedalam rumah ketika suaminya telah benar menghilang. Tapi itu sebelum perutnya terasa sakit.

Lea segera berteriak memanggil bibinya.

"Bi... Bibi... Tolong." Panggil Allea yang sudah terduduk dilantai. Tapi sama sekali belum ada sahutan dari bi Suti.

ABOUT AFTER DARKNESS : Takdir Cinta  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang