Bughh!
Bughh!
"Shit!"
Bughh!
"Apa ada masalah?", Axel berjalan mendekati Aren,menatap aneh kearah pria itu yang tidak hentinya melayangkan tinju pada samsak hitam yang tergantung didepannya.
Bughh!
"Bubblyku... Mati",sahutnya dengan sorot tajam mengarah pada samsak hitam yang tampak berayun dihadapannya.
"Uh? Apa kau tidak memberinya makan?"
Aren terkekeh sembari mengusap keringat yang mengalir didahinya, mengambil sebotol air mineral yang tergeletak diatas meja tidak jauh darinya lalu membasuh wajahnya dengan air itu,"Seseorang membunuhnya",desisinya sembari tersenyum tipis,membuat Axel menatap kearah pria itu dengan kedua mata menyipit.
"Kau tidak mungkin setenang ini jika milikmu benar-benar terbunuh"
"Lalu? Apa aku harus membunuh pembunuhnya?",ujar aren disertai kekehan.
"Kau mencongkel mata boneka kelinci milik Queen,lalu kelinci peliharaan mu mati", Axel memilih duduk dikursi kayu yang berada tidak jauh dari Aren,menyilangkan kedua tangannya didepan dada dengan sorot menyelidik.
"Apa kau berusaha mencari tahu tentangku, Axe?"
Axel mengedikkan bahu sekilas lalu mengalihkan pandangannya kearah pintu,mengamati bayangan Seseorang yang dia yakini sedang menguping pembicaraan mereka,"Sudah cukup selama ini aku berpura-pura seolah tidak tau apapun,gadis itu... Kenapa kau mencarinya lagi?".
Aren tampak mengerutkan alisnya, sedetik kemudian wajah pria itu kembali datar,"kupikir kau seekor kucing lugu,ternyata kau tidak lebih baik dari seekor rubah licik, Axe", ujarnya dengan sorot tajam, Aren berjalan mendekati Axel sembari mengigit bibir bawahnya.
Axel mengedipkan sebelah matanya kemudian melitik kearah pintu masuk,membuat Aren juga mengalihkan pandangannya kearah lirikan pria itu. Hening,keduanya sama-sama saling menatap satu sama lain untuk beberapa saat hingga akhirnya terdengar kekehan halus yang keluar dari celah bibir ranum Aren.
"Dia milikku! Tidak ada yang boleh menyentuhnya selain aku. Ahhhh,apa kau dalang dibalik semua ini?"
Axel tertawa seraya berdiri dengan kedua tangan berada didalam saku celana,menatap adiknya penuh arti lalu kembali mengedipkan sebelah mata,"aku hanya ingin membantumu,bukankah jika lebih cepat disingkirkan akan jauh lebih baik?".
Mendengar ucapan axel yang seolah mengejeknya,membuat Aren mengepalkan kedua tangannya kuat, lalu dengan tiba-tiba...
Bughh!
"Tutup mulutmu bajingan! Dia milikku!Persetan bahwa kita saudara kandung,aku hanya ingin apa yang seharusnya menjadi milikku kembali!", Ucap Aren lantang dengan kedua tangan mencengkram erat kaos yang Axel kenakan,membuat pria itu berdecih sembari tersenyum miring.
"Fuck you! Aku juga menginginkan kan nya",desis Axel tajam,lalu melirik sekilas kearah pintu masuk.
Bughhh!
"Mierda!"
Umpatan itu keluar dari bibir Aren yang kini tampak robek dibagian samping akibat ulah Axel yang tiba-tiba.
"Aku... mengambilnya darimu"
Setelah menyelesaikan ucapannya dan kembali mengedipkan sebelah mata kearah Aren,Axel berjalan keluar sembari menyeka darah mengalir dari sudut bibirnya.
"Dia... berada ditangan orang lain", Aren mengambil sebuah pistol dari dalam lemari lalu berjalan menuju pintu keluar.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Bratva's Mafia
ActionTidak menyediakan spoiler. /Prince's and Princess BRATVA'S/