'It's not real'

1.3K 169 34
                                    

Bratva's mansion,pukul 17.56 pm.

Valeenz berjalan mengitari meja biliard dengan sebelah tangan menenteng sekaleng bir yang baru saja ia ambil dari dalam kulkas,kini ketujuh prince's sedang berkumpul diruangan khusus bernama 'Prince's Room', tempat ketujuhnya beristirahat dan menghabiskan waktu bersama disaat tidak ada misi yang harus dijalankan.

"Apa kau yakin ingin menolak misi dari wakil presiden Amerika serikat?"

Gafrieel berdehem dengan kedua mata terpejam,membuat Axel yang duduk tidak jauh dari kursi pijat tempat pria itu berbaring mengerutkan alis,"bukankah mereka menawarkan bayaran sebesar 1 juta dollar? Kau bisa bersenang-senang dengan uang sebanyak itu Gaf...",ujarnya dengan jari-jari yang bergerak lincah diatas keyboard.

"Aku bisa bersenang-senang sekalipun tidak bekerja"

"Jika kau tidak mau,biar aku yang mengambil alih-"

"Tidak",sentak keenam prince's secara bersamaan,membuat Azka yang baru saja hendak melanjutkan ucapannya terdiam dengan mulut terbuka, sedetik kemudian pria itu berdecih dengan wajah jengkel.

"Kau pikir berurusan dengan pemimpin dari negara besar seperti AS,hal mudah? Sekalipun kau mati,aku masih ingin melihat mayatmu,bodoh"

Mendengar ucapan Aric yang memang benar adanya membuat Arenzya terkekeh, pria itu membuka kaleng bir ditangannya sebelum bersuara,"Putra rekan bisnis dad yang memegang kartel selatan juga pernah mendapat misi yang sama dengan yang Gaf dapatkan,Kau tau apa yang terjadi padanya? Dia menghilang tanpa jejak sehari sebelum waktu yang ditentukan untuk memulai misi,dan sampai saat ini,tidak ada yang tau dimana keberadaannya,apakah dia hidup atau... Mati?",ujarnya dengan tatapan mengarah pada Azka.

"Apa kau menolak karna takut hal itu juga terjadi padamu,Gaf?"

"Haha... Kau baru saja meremehkan kemampuanku zka,aku menolak bukan karna takut menghadapi kematian,tapi karna... Aku mengkhawatirkan Queen"

Gafrieel merubah posisinya yang sedari tadi berbaring menjadi duduk,menggulung lengan kemeja yang ia kenakan hingga sebatas siku sebelum kembali berbicara,"Mungkin, Arast bisa menggantikan ku".

"Aku tidak tertarik"

"Val?"

Valeenz melirik kakak tertuanya sekilas,kemudian tersenyum,membuat dimple dikedua pipinya terlihat dengan sangat jelas,"Aku juga",ujarnya santai lalu melanjutkan kegiatan membacanya yang sempat tertunda.

Drrttt drttt...

Gafrieel merogoh ponsel dari dalam saku celana kain yang ia kenakan, menekan tombol hijau sebelum menempelkan benda pipih itu ke telinga.

"Menyingkir dari hadapanku sialan"

"Kau yang seharusnya menyingkir,ini wilayahku!"

"Apa kau bodoh? Kita berdua satu tim,kau menghalangi jalanku untuk menghabisi musuh! Untuk apa kau bermain game jika hanya berdiri tanpa melakukan apapun?"

Axel mendelik kearah Araster yang duduk disampingnya,"Bukankah seharusnya kau mengucapkan terimakasih? Aku sedang melindungimu agar tidak tertembak oleh musuh,bodoh",ucapnya sinis.

"Ya...", Araster mengalihkan atensinya dari layar monitor kearah Axel yang kini memberikan tatapan sengit padanya,"Apa kau sedang berperan sebagai pangeran? Aku bukan seorang putri yang harus kau lindungi sialan",ucapnya malas,lalu kembali fokus pada layar monitor dihadapannya.

"5 juta dollar jika berhasil membunuh presiden AS"

Gafrieel berbicara setelah memutuskan sambungan telfon,membuat Aric yang sedari tadi berbaring diatas meja biliard reflek merubah posisinya menjadi duduk,"Whaa... Apa kau yakin tidak akan menerima tawarannya?"

Bratva's MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang