'Gangster city'

1.6K 187 9
                                    

"Nona!",seorang pelayan berlari menghampiri Ailen yang baru saja keluar dari kamar dengan piyama berwarna purple.

"Aku ingin jalan-jalan",rengeknya manja yang membuat Raina,ketua pelayan dimansion Bratva tersenyum gemas.

"Baiklah,saya akan mengantarkan nona ketaman belakang",ujarnya lalu memapah tubuh Ailen,agar gadis itu bisa berjalan dengan nyaman.

Mereka berdua berjalan menuju taman belakang yang berada cukup jauh dari kamar Ailen yang berada dilantai dua,dimana hanya ada kamar Azka dan dirinya sementara keenam prince's lainnya memiliki kamar dilantai 3 dan 4.

"Aahhh.... Rasanya sudah sangat lama aku terkurung didalam kamar"

Ailen merentangkan kedua tangannya dengan kedua mata terpejam,merasakan hembusan angin yang menerpa wajah telanjangnya, meninggalkan kesan sejuk dan menyegarkan terlebih suara burung-burung yang terdengar berkicau indah,menambah kesan damai.

"Rain"

"Yaa,nona?"

"Apa aku boleh meminta sesuatu?",ujar Ailen sembari duduk dikursi yang berada ditengah-tengah taman.

Wanita berusia pertengahan 50 tahun itu tersenyum sembari mengangguk,"Tentu,saya tidak bisa mengatakan tidak untuk gadis cantik ini",ujarnya yang membuat senyum Ailen mengembang.

"Aku ingin piknik disini bersamamu,tapi kita tidak membawa makanan apapun"

"Saya kembali kedalam dulu untuk menyiapkan makanan,apa nona baik-baik saja jika saya tinggalkan sendirian disini? Atau perlu seorang pelayan untuk menemani?"

Ailen menggeleng sembari tersenyum,"Aku baik-baik saja", ujarnya lembut yang langsung diangguki Raina,lalu wanita itu kembali masuk kedalam mansion.

Hening,yang terdengar hanya kicauan burung dan suara daun yang begemersik karna hembusan angin. Gadis itu memejamkan matanya perlahan sembari menghirup dalam udara segar,entah kapan terakhir kali Ailen melakukan hal semenyenangkan dan setenang ini,karna semenjak kematian ibunya tidak ada lagi rasa tenang dan damai yang ia rasakan,semua kehangatan yang diciptakan Yoona seolah memudar seiring kepergian wanita itu.

"Mom,Ai merasa asing dengan semua orang yang berada dirumah ini,tidak satupun dari mereka yang bisa Ai pahami", ujarnya lirih dengan tatapan lurus kedepan,memperhatikan danau buatan yang terbentang luas dengan air jernih sehingga rerumputan didalamnya tampak jelas.

"Andai waktu bisa diputar,bukankah jauh lebih baik jika Ai yang pergi? Setidaknya suasana rumah tidak menjadi kelam dan penuh sesak seperti ini".

Ailen lagi-lagi memejamkan mata,tanpa sadar setetes cairan bening mengalir dari sudut matanya. Membuat rasa sesak itu kembali menghimpit dadanya,"Mom,Ai sakit...",ucapnya lirih dengan bibir bergetar.

"Tuhan.... Kenapa rasanya sesakit ini? Ai tidak ingin menjadi gila pada akhirnya".

Lama gadis itu terdiam hingga akhirnya memilih berdiri,berjalan dengan tertatih menuju pintu masuk taman yang berada dibelakangnya. Namun saat melewati gudang,langkahnya terhenti karna suara seseorang yang terdengar samar ditelinganya.

"Aku akan melakukannya tapi tolong jangan sentuh gadisku",ujar seorang pria yang membuat Ailen mengerutkan alisnya.

Terdengar helaan nafas lalu suara bass itu kembali terdengar,"Sam tidak bisa dihubungi sejak kemarin,kurasa dia lari membawa wanita itu".

Setelah itu tidak terdengar suara apapun lagi hingga langkah kaki seseorang terdengar mendekat,membuat Ailen bergegas bersembunyi dibalik tembok.

"Apa lagi ini?", Ucapnya lirih lalu menempelkan kepalanya pada tembok dengan kedua mata terpejam.

Bratva's MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang