'guerra civile'

1.5K 179 39
                                    

"Dad,disini ada dua brankas", Araster mengerutkan alisnya saat tidak mendapat jawaban apapun dari Bratva,"dad?".

"Lakukan saja apa yang menurutmu harus dilakukan,dad tidak disini",sahut Gafrieel dengan nafas memburu.

Dorr!

Dorr!

Araster melirik kearah pintu sebelum melangkah mendekati brankas yang terdapat dipojok kiri ruangan,mengelurkan sebuah kamera berbentuk kabel dan juga sebuah bor
dari dalam tas.

Dorr!

Dorr!

"Ckk,come on!Kenapa susah sekali", desisinya karna brankas itu sangat sulit ditembus oleh bor miliknya.

"Aisshh,mereka semakin banyak",ujar Aric.

Gafrieel yang berdiri tidak jauh dari pria itu hanya bisa terkekeh,"Anggap saja kau sedang bermain dalam sebuah game",ujarnya yang sontak membuat Aric memutar mendengus,lalu kembali fokus pada musuh yang terus menembak didepannya.

"Tembak di bagian kepala untuk meminimalisir penggunaan peluru",sahut Araster.

"Apa kau sud... Shit!", Aric langsung menarik tubuhnya untuk bersembunyi dibelakang pilar karna hampir saja sebuah peluru menembus kepalanya jika ia lengah barang sedetik saja.

Sementara didalam,Araster sedang berusaha memasukkan kamera kedalam brankas melalui lobang yang baru saja ia bor,"Jika seperti ini kurasa akan memakan banyak waktu", gumamnya lalu berdiri,mengamati dengan seksama brankas itu sebelum...

Dorr!

"Bravo",ujarnya sembari tersenyum tipis,setelah berhasil menghancurkan gembok pengaman brankar itu.

"Shit", Araster mengumpat saat tidak mendapati apapun didalamnya,pandangannya kini beralih pada satu brankas lainnya yang berada tepat disamping jendela.

"Dimana Aren?",tanya Azka.

"Menuju lantai 2",sahutnya sembari berjalan menuruni tangga darurat.

"Bagaimana keadaan disana Axe?",lagi Azka bertanya sembari terus berjalan menyusuri casino untuk mencari keberadaan Ailen.

"Bad",ujar Axel dengan tatapan waspada,lalu beralih kearah pintu masuk dimana seorang pria tampan berjalan dengan kacamata hitam bertengger manis dihidung mancungnya.

"Hollaaa!"

Wei Hong mengalihkan pandangan dan mendapati seorang pria yang sangat dirinya kenali berjalan kearahnya,"iBuenas Noches",ujarnya sembari tersenyum.

Pria itu yang tak lain adalah Bratva menyipitkan mata saat jaraknya dan meja yang terdapat dipojok ruangan tinggal kurang lebih 2meter,"Dimitri",gumamnya dengan tatapan tak percaya.

"I'm here,bratt",ujar Wei Hong dengan seringaian,sementara Axel sedari tadi mengerutkan alisnya bingung melihat reaksi Bratva.

"Apa yang kau lakukan disini?"

"Bersenang-senang,ahh... Rasanya sudah sangat lama tidak bertemu denganmu",Wei Hong melangkah mendekati Bratva yang kini berdiri sembari mengepalkan kedua tangannya.

"Dad sepertinya mengenali Wei Hong",ucap Axel pelan.

Gafrieel yang sedari tadi berusaha menghabisi orang-orang Wei Hong agar tidak mendekat keruangan dimana Araster sedang mencari permata seketika mengerutkan alisnya,"Kau yakin? Aku tidak bisa mendengar percakapan mereka,bisa kau mendekat?",ujarnya.

Axel melangkah maju,namun saat pandangan Bratva jatuh padanya pria itu langsung mengisyaratkan agar Axel keluar dari sana. Merasa penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi antara kedua pria itu,membuat Axel enggan beranjak dari tempatnya.

Bratva's MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang